PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
mata kuliah sistem perkemihan ini, kami membahas tentang ginjal, ureter,
kandung kemih atau vesika urinaria atau bladder dan uretra baik dalam keadaan
normal maupun sedang mengalami gangguan atau kerusakan. Kerusakan ginjal itu
sendiri didasari oleh berbagai macam hal, seperti adanya glomerulus yang rusak,
penyumbatan pada kandung kemih, ureter serta uretra.
Dalam hal ini kami kelompok ingin membahas tentang
gangguan dalam sistem perkemihan, yaitu nefrotik sindrome, dimana terjadi
kerusakan pada
glomerulus, sehingga ginjal tidak mampu atau sempurna dalam
menyaring darah, sehingga adanya zat-zat seperti protein yang masuk ke dalam
sistem perkemihan dalam jumlah yang banyak atau tidak normal.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang nefrotik sindrome
1.2.2 Tujuan Umum
Untuk mengetahui
tentang definisi nefrotik sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang etiologi nefrotik sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang patofisiologi nefrotik sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang WOC nefrotik sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang manifestasi klinis nefrotik sindrome
·
Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnosti nefrotik
sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang penatalaksanaan nefrotik sindrome
·
Untuk
mengetahui tentang Komplikasi nefrotik sindrome
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep dasar
Teori
2.1.1 Definisi
Sindrom
nefrotik adalah gangguan spesifik di mana ginjal rusak, menyebabkan mereka untuk
kebocoran sejumlah besar protein dari darah ke dalam urin.
Sindrom
Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitasm
embran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
Nephrotic
Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi,
2001).
Sindrom
nefrotik adalah gangguan dari glomeruli (cluster pembuluh darah pada ginjal
mikroskopis yang kecil pori-pori di mana darah disaring) di mana jumlah yang
berlebihan protein diekskresikan dalam urin. Ini biasanya menyebabkan
akumulasi cairan dalam tubuh (edema) dan rendahnya tingkat protein albumin dan
tingkat tinggi lemak dalam darah.
2.1.2 Etiologi
1. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak
diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini
secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada
penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada
anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik
kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak
itu lahir atau usia di bawah 1 tahun.
2. Sindrom
nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau
sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping
obat.
2.1.3 Patofisiologi
Adanya
peningkatan permeabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga
terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karena adanya
pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
Volume plasma, curah
jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium.
Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai
peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.
a). Meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b). Menurunnya aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan
sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan osmotik plasma
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan osmotik plasma
c). Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein,
dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
d). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.
(Suriadi dan Rita yuliani,
2001 :217)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala awal termasuk hilangnya nafsu makan, perasaan
sakit umum (malaise), kelopak mata bengkak dan jaringan pembengkakan dari
kelebihan natrium dan retensi air, sakit perut, lemah otot (atrofi), dan air seni berbusa. Perut bisa membengkak karena terjadi
penimbunan cairan dalam rongga perut (ascites). Sesak napas dapat
mengembang karena cairan menumpuk di ruang sekitarnya paru-paru (efusi
pleura). Gejala lain mungkin termasuk pembengkakan lutut dan, pada pria,
skrotum. Paling sering, cairan yang menyebabkan pembengkakan jaringan
dipengaruhi oleh gravitasi dan karena itu bergerak di sekitar. Selama
malam, cairan terakumulasi di bagian atas tubuh, seperti kelopak
mata. Pada siang hari, ketika orang itu duduk atau berdiri, cairan
menumpuk di bagian bawah tubuh, seperti pergelangan kaki. Pembengkakan
dapat menyembunyikan menyia-nyiakan otot yang berkembang pada saat yang sama.
Pada anak-anak,
tekanan darah umumnya rendah, dan tekanan darah dapat jatuh pada saat anak
berdiri (hipotensi ortostatik). Shock
kadang-kadang berkembang. Orang dewasa mungkin memiliki tekanan darah
rendah, normal, atau tinggi. Urine dapat menurunkan produksi, dan gagal
ginjal bisa berkembang jika kebocoran cairan dari pembuluh darah ke jaringan
menghabiskannya komponen cair dari darah dan suplai darah ke ginjal
berkurang. Kadang-kadang, gagal ginjal dengan output urin yang rendah
terjadi tiba-tiba.
kekurangan gizi bisa terjadi akibat
hilangnya nutrisi diekskresikan dalam urin. Pada anak-anak, pertumbuhan
mungkin akan terhambat. Kalsium mungkin hilang dari tulang. Rambut
dan kuku menjadi rapuh, dan rambut rontok beberapa.
Hiperlipidemia
(< 30 g/l) merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan umumnya,
berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol
LDL dan VLDL meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL menurun. Kadar lipid
tetap tinggi sampai 1-3 bulan.proteunaria
> 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/hari pada anak-anak.
Membran yang
melapisi rongga perut dan organ perut (peritoneum) bisa menjadi meradang dan
terinfeksi. Infeksi
oportunistik-infeksi yang disebabkan oleh bakteri biasanya tidak
berbahaya. Kemungkinan tinggi infeksi diduga terjadi karena antibodi yang
biasanya infeksi tempur akan dikeluarkan melalui air seni atau tidak diproduksi
dalam jumlah normal. Kecenderungan untuk pembekuan darah (trombosis)
meningkat, terutama di dalam vena utama dari ginjal. Kurang umumnya, darah
mungkin tidak menggumpal saat pembekuan diperlukan, umumnya mengarah ke perdarahan
yang berlebihan. Tekanan darah tinggi disertai komplikasi mempengaruhi
jantung dan otak paling mungkin terjadi pada orang yang menderita diabetes atau
lupus eritematosus sistemik.
2.1.5 Pemeriksaan
Diagnostik
·
BJ urine meninggi
·
Hipoalbuminemia
·
Menurunnya serum protein
·
Analisa urine : meningkatnya protein dalam urine
·
Biopsi ginjal
·
Kalsium
dalam darah sering merendah
2.1.6 Penatalaksanaan
·
Istirahat sampai edema
tinggal sedikit
·
Diet
protein 3 - 4 gram/kg BB/hari
·
Diet rendah natrium jika
edema berat
·
Diuretikum
: furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya
edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan
hididroklortiazid (25 - 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau
kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler
berat.
·
Kortikosteroid : Selama 28
hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan
(1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
·
Antibiotika bila ada infeksi
·
Punksi ascites
·
Digitalis bila ada gagal jantung.
·
Terapi albumin jika
output urin berkurang.
2.1.7 Komplikasi
·
Trombosis
vena ginjal
·
Gagal
ginjal akut
·
Penyakit
ginjal kronis
·
Infeksi,
termasuk radang paru-paru pneumonia
·
Malnutrisi
·
Overload cairan, gagal
jantung kongestif edema paru
·
Hypovolemia
2.2
Konsep Dasar Askep
2.2.1 Data
Dasar Pengkajian Pasien
1.
Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada
identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi : nama, jenis kelamin,
suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian
2.
Keluhan Utama
Badan bengkak, muka sembab
dan napsu makan menurun
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah,
napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
4.
Riwayat Keshatan Dahulu
Timbulnya Edema, malaria, riwayat GNA
dan GNK, terpapar bahan kimia.
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga yang
pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan ginjal
6.
Data
Dasar pengkajian Pasien
·
Aktivitas
Gejala : Keletihan,
kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus
·
Eliminasi
Gejala : Disrugia, ragu-ragu, dorongan dan retensi
Abdomen
kembung
Tanda : Perubahan warna urine
·
Makanan/
cairan
Gejala : Peningkatan volume cairan (edema)
Anoreksia
Tanda : Edema
·
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh
Tanda : gelisah
7.
Prioritas Keperawatan
·
Membuat/
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
·
Mencegah
komplikasi
·
Memberikan
dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat
·
Memberikan
informasi tentang penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan
8.
Tujuan Pemulangan
·
Komplikasi
dicegah/ minimal
·
Menerima
kenyataan situasi
·
Proses
penyakit, prognosis, dan program pengobatan dipahami
2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin mucul
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus
2. Perubahan
nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan
menurunnya sirkulasi.
2.2.3 NCP
(Nurse Care Planning)
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
|
Kelebihan
volume Cairan b.d kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan
nafsu makan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
imunitas tubuh yang menurun.
Gangguan integritas
kulit b/d edema dan menurunnya siskulasi
|
Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan tubuh akan
seimbang
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi akan terpenuhi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tidak terjadi infeksi.
Setelah
dilakukan intervensi keperwatan selama 3x24 jam dharapkan integritas kulit terjaga.
|
·
penurunan
edema
·
ascites
tidak ada
·
kadar
protein darah meningkat (normal)
·
output
urine adekuat 600 - 700 ml/hari
·
tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
·
napsu
makan baik
·
tidak terjadi hipoprteinemia
·
porsi makanan yang dihidangkan dihabiskan
·
edema dan
ascites tidak ada.
·
tanda-tanda infeksi tidak ada
·
tanda vital dalam batas normal
·
ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan
perawatan.
·
Tidak ada lagi tanda
kemerahandan lecet serta tidak terjadi tenderness bila disentuh.
|
·
Catat
intake dan output secara akurat
·
Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen,
BJ urine.
·
Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama
·
Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam.
·
Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.
·
Catat intake dan output makanan secara akurat
.
·
Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare
·
Pastikan klien
mendapat makanan dengan diet yang cukup.
·
Lindungi pasien dari
orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung
·
Tempatkan anak di ruangan non infeksi
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
·
Lakukan tindakan invasif secara aseptik
·
Support daerah yang edema dengan bantal
·
Pertahankan kebersihan tubuh
klien.
|
·
Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
·
Tekanan
darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
·
Estimasi
penurunan edema tubuh
·
Mencegah
edema bertambah berat
·
Pembatasan
protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah
bertamabah rusaknya hemodinamik ginjal.
·
Monitoring
asupan nutrisi bagi tubuh
·
Gangguan nutrisi
dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema
intestinal
·
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk.
·
Meminimalkan
masuknya organisme.
·
Mencegah
terjadinya infeksi nasokomial
·
Membatasi
masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah
sepsis.
·
Dengan melakukan pengkajian area
kulit
·
Bersihkan tubuh dan alas tempat
tidur klien.
|
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
1) Pengkajian
v Data Biografi
Nama :
Tn. S No.registrasi
:
Umur :
40 Tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Sudah Menikah
Agama :
Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat :
jl. Hibrida 9
Tanggal masuk rumah sakit : 20 April 2011
Tanggal pengkajian : 20 April 2011
Catatan kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulance ( ), Brankar (
)
v Keluarga terdekat yang dapat
dihubungi:
Nama/umur : Tn. R/35 Tahun No telepon : -
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat :
jl. Hibrida Raya
Sumber informasi : keluarga pasien
2) Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan enurunan
napsu makan.
3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya
sirkulasi.
3) Analisa Data
Nama
Klien : Tn.S (40 tahun)
Ruang
Rawat : Ruang Anggrek RSUD
M.Yunus Bengkulu
Diagnosa
Medik : Sindrom Nefrotik
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
2.
3.
4.
|
DS:
·
Klien mengatakan bengkak bagian perut,lutut,dan kaki
·
Klien mengatakan air seninya seperti berbusa
·
Klien mengatakan badannya terasa lemas
DO :
·
Klien tampak lemas dan tidak bersemangat serta mata klien kelihatan
sembab
·
Hipoalbuminemia (
+ )
·
Proteinaria (>
150 mg/hari)
·
TTV
TD:
ND:
RR:
S :
DS:
·
Klien mengatakan
tidak nafsu makan
·
Klien mengatakan
cepat lelah
DO:
·
Klien tampak
pucat(sisnosis)
·
Hipoproteinemia
(+)
·
TTV:
TD:
ND:
RR:
S :
DS:
·
Klien mengatakan
mudah sakit
·
Klien mengatakan
tidak bisa melakukan aktifitas karena
sakit
DO:
·
Trombosit meningkat
·
Adanya peradangan
dibagian tumpukan cairan.
DS:
·
Klien mengatakan
ada benjolan di kakinya
·
Klien mengatakan
gatal dibagian perut.
DO:
·
Adanya peradangan
dibagian perut
·
Kulit tampak
kemerahan.
·
Turgar kulit
kembali lebih dari 5 detik
|
·
Kehilangan
protein sekunder terhadap peningkatan permaebilitas glomerolus.
·
Adanya cairan
yang merembes ke jaringan otot
· Malnutrisi
· Hipoproteinema
·
Imun dalam tubuh
menurun
·
Antibodi yang
keluar melalui urine
·
Adanya edema
·
Menurunkan
integritas kulit
|
·
Kelebihan volume cairan
·
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
· Resiko tinggi infeksi
·
Gangguan
interitas kulit
|
4).NCP
5).Implementasi
dan Evaluasi (SOAP)
Hari
/tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Senin,24
okt 2011
|
1. Kelebihan volume cairan b/d kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus
|
·
Memantau
intake dan aotput pasien
·
Anjurkan
klien dengan diet protein 1-2 gr/kg BB/hari
·
Memantau
berat badan pasien setiap hari
·
Melakukan
pengkajian tekanan darah,perbesaran abdomen dan BJ urine.
|
S:
Klien
mengatakan tidak ada pembengkakan lagi dbgian brut,kaki dan lutut.
O :
·
Klien dapat
mempertahan diet protin dan berat badannya.
·
Kadar protein
dalam urin kembali normal.
·
TTV kembali
normal
A :
tujuan tercapai
P
; intervensi di hentikan
Tanda
tangan perawat
|
|
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b/d malnutrisi sekunder
terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
Resiko tinggi infeksi
b/d imunitas tubuh yang menurun
Gangguan integritas
kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi
|
·
Berikan
makanan dengan diet yang cukup
·
Lakukan
pengkajian jika ada anoreksia dan hipoproteinemia
·
menempatkan klien
diruangan non infeksi
·
mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan
·
Mensupport daerah yang
edema dengan bantal
·
Mempertahankan
kebersihan tubuh klien/
|
S :
O :
A :
P : Intervensi dihentikan.
Tanda tangan perawat
S:
·
Klien mengatakan
tidak gampang lelah
·
Klien mengatakan
sudah bersemangat untuk melakukan aktifitas.
O:
·
Trombasit kembali
normal
·
Tidak ada
peradangan lagi pada klien.
A:
·
Tujuan tercapai
·
Tanda-tanda
infeksi sudah tidak ada.
P:
Interfensi dihentikan
Tanda tangan perawat
S:
·
Edema hilang
·
Gatal bagian
perut sudah menghilang.
O:
·
Peradangan
dikulit pasien sudah menghilang
·
Kulit kembali
normal
·
Turgor kulit
normal (kembali dalam waktu 2 detik)
A:
·
Tidak ada
lagikemerahan pada kulit serta lecet dan integritas kulit terjaga.
·
Kulit pasien
kembali seperti basanya
P:
Intervensi di hentikan
Tanda tangan perawat
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Nefrotik sindrome terjadi
karena kerusakan ginjal pada glomerulus. Glomerulus ini mengalami peradangan
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas pada dinding kapiler glomerulus,
keadaan ini mengakibatkan ginjal tidak bisa menyaring darah dengan baik,
sehingga terjadinya hipoalbumeminemia. Karena protein yang seharusnya diserap
oleh tubuh masuk kedalam ginjal, karena
glomerulusnya rusak.
Penyebab dari nefrotik sindrome ini dikarenakan terlalu banyak
mengkonsumsi obat anti-inflammatory yang mengandung zat racun. Pasien dengan
penyakit ini biasanya badannya bengak, terutama dibagian kelopak mata, kaki,
lutut, nafsu makan kurang, sakit perut dan air seni berbusa.
3.2
Saran
nefrotik sindrome ini terjadi karena salah satunya mengkonsumsi obat
anti-inflammatory yang mengandung zat racun, untuk itu diharapkan untuk tidak
terlalu berlebihan dalam megkonsumsi obat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth.2002. Keperawatan medikal bedah
vol.2. EGC: Jakarta
Doengoes Moorhous Geissler. Rencana Asuhan
Keperawatan, alih bahasa Made
Karias. EGC: Jakarta
Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001.
Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Rusepno, Hasan, dkk. 2000. Ilmu Kesehaatan Anak 2. Infomedica: Jakarta
Wiliam lippincot & wikins.2011.Menafsirkan tanda-tanda dan gejala
penyakit.Jakarta.PT.INDEKS
No comments:
Post a Comment