Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

Makalah Sistem Integumen

BAB I
PENDAHULUAN
      1.1. Latar Belakang

Infeksi jamur superficial dapat menyerang kulit, rambut atau kuku. Infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit dikenal dengan infeksi cacing gelang. Kebanyakkan infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh 3 jenis jamur yaitu microsporum, trychophyton, dan epidermophyton. Jamur ditularkan dari manusia ke manusia (antropofilik), dari binatang ke manusia (zoofilik), atau dari tanah ke manusia (geofilik).
Infeksi jamur yang dicurigai dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit dalam larutan kalium hidroksida. Hifa majemuk dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit pasien dengan infeksi jamur.
Tinea kapitis atau infeksi jamur kulit kepala biasanya disebabkan oleh trychopiton tonsurans atau microsporum canis T. tonsurans ditularkan melalui kontak antara anak dan anak mengakibatkan terbentuknya pitak berbentuk oval. Rambut patah dengan panjang yang berbeda dan permukaan kepal ayang bersisik dan berkrusta dengan papula yang disekret.

M. canis biasanya ditularkan dari anak kucing ke anak-anak daan dapat menimbulkan pitak-pitak radang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dengan banyak prustula dan dapat menimbulkan alopesia permanen. Setiap pitak yang tampak bersisik dan berkrusta harus dicurigai sebagai infeksi jamur, lesi yang meradang dapat membentuk masa besar, lunak dan yang disebut  kerion. Untuk memastikan diagnosis infeksi tinea kapitis, rambut dicabut, diperiks dibawah mikroskop setelah pemberian kalium hidoksida dan dibiakkan.

1.2.Tujuan
1.2.1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui semua informasi tentang pengetahuan dan pendidikan berkenaan dengan penyakit infeksi jamur
1.2.2.      Tujuan khusus
     Stelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
1.3. Manfaat
Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Jamur dan setelah memahami isi makalah ini pembaca dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Pengertian
Infeksi jamur adalah anggota dunia tanaman yang berukuran kecil dan makan dari bahan organic, merupakan penyebab berbagai jenis infeksi kulit  yang sering ditemukan ( Suzanne C smetzer).
2.1.2. klasifikasi infeksi jamur
       1. Tenia pedis
Menurut Sylia A. price (2005:1950) “Tenia pedis adalah infeksi jamur pada kaki dan tangan mungkin merupakan infeksi jamur  yang paling sering terjadi.”
Tenia pedis merupakan infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Infeksi ini sering menjangkiti para remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok usia serta mandi pada tempat mandi umum atau berenang di kolam renang ( MacKie,1991).
Infeksi jering jamur jenis tinea pedis adalah jamur yang menyelip disel-sela jari dan telapak kaki, dikenal juga dengan athlete’s foot, ringwon of the foot, kutu air atau rangen kata orang jawa, paling sering bercokol di antara jari ke-4 dan ke-5 yang kerap meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain.
      2. Tenia korporis
Menurut Sylvia A.price (2005:1949) “Tenia Korporis adalah infeksi jamur kulit di seluruh wajah, tubuh, ekstremitas. Sering kali skuama diperifer disertai dengan eriterna dan pustule yang terlihat seperti cincin.”
Tenia corporis atau kadas (kurap)  timbul di leher atau badan, ditandai dengan munculnya bercak bulat atau loncong, berbatas tegas antara yang kemerahan, bertsisik dan berbintil. Daerah tengahnya biasanya lebih “tenang”, tak berbintil.bila dibiarkan, bisa menadi penyakit menahun, keluhannya pun jadi samar-samar hingga menimbulkan ifeksi bakteri.
   3. Tinea kruris
Menurut Sylvia A.Price (2005:1949) “Tinea Cruris merupakan infeksi jamur pada lipat paha. Infeksi ini lebih sering di alami laki-laki dan disertai rasa gatal yang hebat dan lesi berbentuk anular atau berbentuk lengkung dengan eritema perifer dan skuama yang seringkali meluas sampai ke paha. Skrotum biasanya tidak terkena. Istilah yang lazim dipakai untuk kelainan ini adalah jock itch.
Tinea kruris (penyakit jamur lipat paha) merupakan infeksi jamur pada lipat paha yang dapat meluas ke paha bagian dalam dan daerah pantat. Infeksi itu umumnya disertai dengan tenia pedis. Tinea kruris paling sering terjadi pada pelari yang berusia muda, orang- orang yang gemuk dan yang mengenakan pakaian dalam yang ketat. (Brunner & sufddart, 2001).
Tinea kruris atau infeksi jamur dilipatan paha, daerah bawah perut, kelamin luar, selangkangan, dan sekitar anus. Penyakit yang satu ini kerap dianggap enteng,karena lebih enak digaruk ketimbang diobati. Tak jarang jamur selangkangan ini wujudnya menjadi tak karuan. Kulit selangkanganpun lebih legam, meradang dan basah bergetah,terutama jika jamur sudah ditunggangi infeksi olehkuman lain.
Tinea Cruris adalah dermatoitosis pada sela paha, perinem dan  sekitaranus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Tina cruris merupakan nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringwon of the groin, dhobie itch (Rasad, Asri, prof.Dr.2006)
     4. Tinea kapites
Menurut Brunner & suddarth (2001:1868) “Tenia  kapites (penyakit jamur kulit kepala) merupakan infeksi jamur menular yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan rambut yang sering ditemukan diantara anak-anak.”
2.1.3. Etiologi
       Faktor-faktor pencetus infeksi
·         Lembab dan panas dari linkungan, dari pakainan ketat, dan pakaian tak menyerap keringat
·         Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.
·         Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada pahaorang gemuk.
·         Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik , atau hormonal alam jangka panjang
·         Peyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS dan diabetes.
·         Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan tergadap jamur.
Penyebab
Hingga kini diketahui ada 3 jenis yang menyerang kulit, yaitu:
·         Tinea kapitis
Infeksi jamur ini menyerang kulit yang berambut, seperti kulit kepala, alis dan bulu mata.
·         Microsporum canis
Jamur ini menyerang kulit tubuh, dan lebih sering dialami oleh ana-anak. Infeksi kulit yang disebabkan  terlihat membengkak seperti sarsang lebah. Jenis jamurini diketahui cepat menular, karena berpindah secara mudah melalui sentuhan.
·         Tinea kruris
Infeksi jamur kulit yang menyerang lipatan paha, daerah selangkanga, dan sekitar anus.
1.      Etiologi Tinea Pedis
Etiologinya adalah T.rubrum dapat menimbulkan bercak berskuama disertai eriterna pada telapak kaki dan tangan. T.mentagrophytes menimbulkan peradangan erupsi pustular, berkrusta pada kaki (Sylvia A.price, 2005:1450)

2.      Etiologi Tinea korporis
Etiologinya adalah M.conis atau Trichophyton mentagrophytes yang ditularkan dari hewan sedangkandari manusia melalui trichophyton rubrum.(Sylvia A.price, 2005:1449)
3.      Etiologi Tinea Cruris
Penyebab tinea kruris adalah jamur. Seandainya ada 4 jenis jamur yang biasanya menimbulkan penyakit ini yaitu,Trichopyhton rubrum, Candida albcons, Trichopyhton mentagropyhtes dan Epidermophyton floccosum.
Penyebab utama dari tinea cruris Trichophyton mentagrophytes (4%). Trichopyhtion tonsurans (6%)
Faktor ang menyebabkan jamur ini tumbuh di daerah lipatan paha adalah faktor kelembaban. Daerah ini sangat lem, apalagi bila sering lalai tidak mengganti pakaian dalam berhari-hari maka jamur ini akan tumbuh semakin subur.
4.      Etiologi tinea kapitis
Menurut arif mansjoer etiologi dari tinea kapitis adalah disebabkan oleh beberapa spesies Trychophyton dan Microsporum. Di indonesia penyebab terbanyak adalah M.canis dan T.tonsuran.
Penyakit ini dsebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophytes dan Mikrosporum, misalnya T. violaceum, T. gouryilii, T. mentagrophytes, T. tonsrans, M. audoinii, M. canis, M. ferruineum.
      2.1.4. Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihingggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabnya juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian,handuk atau sprei penderita atau autoinokusasi dari tinea pedis, tinea inguiu dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaingan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolotik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhanya dengan radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula dan berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah :
a.       Faktor virulensi dari dermatofita
Virulesnsi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini masng-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas tehadap manusia maupun bagian-bagiandari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang lipatan paha bagian dalam.
b.      Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi susah untuk terserang jamur.
c.       Faktor suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d.      Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomis yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik.
e.       Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia Drg.M.Kes 2003)
Sedangkan untuk tinea korporis, penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel, infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menhasilkan enzim keratolitik yang berdifusi kedalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian berkembang menjadi suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis.
           Untuk tinea kruris, cara penularannya dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara  fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihingggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabnya juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian,handuk atau sprei penderita atau autoinokusasi dari tinea pedis, tinea inguiu dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaingan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolotik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhanya dengan radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula dan berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabakan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan tinggi.
2.1.6. Manifestasi Klinis
1.      Manifestasi klinis tinea pedis
      Tinea pedis yang tersering adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan jari V terlihat fisurayang dilingkari sisik halus dan tipis, dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan telapak kaki. Kelainan kulit berupa kelompok vesikel. Sering terjadi maserasi paa sela jari terutama sisi lateral berupa kulit putih dan rapuh, berfisura dan sering disertai bau. Bila kulit yang mati dibersihkan, akan telihat kulit baru yang  telah di serang jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahu-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan. Pada suatu ketika dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis  dan erysipelas, dengan gejala-gejala konstitusi (Arif Mansjoer, 200)
            Bentuk lain ialah moccasin foot, tipe papulokuamosa hiperkeratolik yang mehun. Pada seluruh kaki , dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal an bersisik, eriterna biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di  bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. Sering terdapat didaerah tumit, telapak kaki, dan kaki bagian lateral, dan biasanya bilateral (Arif Mansjoer,2000)
            Pada bentuk subaku terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bulat. Kelainan ini mula-mula terdapat dipada daerah sela jari , kemudian mes kepunggung kaki atau telapak kaki, dan jarang pada tumit. Lesi-lesi ini mungkin berasal dari perluasan lesi daerah inteigital. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah,  vesikel tersebut meningalkan sisik berbentuk lingkaran yang disebut kolaret. Infeksi sekunder dapat terjadi, sehingga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan kaa-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atp vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiakan. (Arif Mansjoer,2000)
            Bentuk yang terakhir adaah bentuk akut ulseratif pada telapak dengan masersi, madidans,dan bau. Diagnosa tinea pedis lebih sulit karena pemeriksaan kerokan kulit dan kultur sering tidak ditemukan jamur
            Tinea pedis dapat terlihat sebagai infeksi yang akut atau kronis pada telapak kaki atau celah-celah antara jari-jari kaki. Kuku jari kaki dapat pula terkena jika infeksi tersebut menjadi kronik. Limfangitis dan selulitis kadang-kadang dapat terjadi kalau terdapat superinfeksi bacterial. Kadangkala dijumpai infeksi campuran:jamur-bakteri ragi (brunner & suddarth, 2001)
2.      Manifestasi klinis tinea korporis
Dimulai dengan macula eriternatus yang berlanjut menjadi cincin-cincin papula vesikel dengan bagian tengah yang bersih. Lesi ditemukan dalam kelompok-kelompok dapat meluas ke kulit kepala, rambut, atau kuku. Terasa gatal (pruritus). (brunner & suddarth, 2001)
3.      Manifestasi klinis tinea kapitis
Infeksi jamur yang menular pada tangkai rambut. Sering dijumpai pada anak-anak. Bercak-bercak bundar kemerahan dengan pembentukan skuama. Pustule atau papula kecil pada bagian tepi lesi. Rambut menjadi rapuh, mudah patah pada permukaan kulit kepala. (brunner & suddarth, 2001)
4.      Manifestasi klinis tinea kruris
            Pruritis dengan bercak-bercak kecil bewarna  merah dan bersisik, yang meluas menjadi plak sirkuler dengan tepi vesikuler atau bersisik yang menonjol.(brunner & suddarth, 2001)
2.1.7.  Penatalaksanaan
Ø  Pengobatan
Pengobatan yang sering dlakukan untuk tinea pedis, tinea kruris, tinea koporis adalah pemberian  obat antijamur topical yang mengandung ekonazol (spectazole), klotrimazol (mycelex), siklopiroks olami (koprox), terbnafin (lamisil), oksikonazol (Oxistal), haloprogin (halotex), dan ketokonazol (Nizoral). Obat-obat ini digunakan dua kali sehari biasanya selama 1 bulan. Pasien juga diminta untuk menjaga hygiene kaki dan mengenkan pakaian dalam yang longgar dan terbuat dari katun, dan sepatu yang tidak telalu sempit. Untuk mencegah infeksi, maka dapat digunakan asam undesilenat (Desenex) dan tolnaftat (Tinactin) (Sylvia A.price, 2005)
            Infeksi yang resisten pada kaki dan infeksi yang gatal pada lipatan paha dapat juga diobati dengan griseofulvin oral, yaitu suatu obat anti jamur oral yang efektif. Griseofulvin oral juga digunakan untuk infeksi kulit kepala dan infeksi kuku yang berat. Pengobatan diteruskan sampai semua organisme terbasmi. Tinea korporis membutuhkan waktu 2-4 minggu , sedangkan tinea pedis 4-8 minggu. Perlu diperhatikan bahwa obat ini fototoksik dan mengganggu aktivitas obat-obatan tertentu seperti warfarin dan barbiturat. Toksisitas pada sumsum tulang dan hati jarang timbul secara ekstrem pada pasien sebelumnya tidak memilini penyakit hati. Efek samping dari griseofulvin yang paling sering adalah sakit kepala dan gejala GI. (Sylvia A.price, 2005)

1.      Penataltalaksanan tinea pedis
Selama fase akut (vesikuler) dapat dilakukan perendaman gian yang sakit dengan Salin Burowi atau kalium permanganate unruk menghilangkan krsta, skuama, serta debris dan mengurangi inflamas. Preparat antifungus tofikal (mikonazol, klotrimazol) dioleskan pada daerah  yang terinfeksi. Terapi topical dilanjutkan selama beberapa minggu mengingat angka rekuens yang tinggi. (Brunner & suddart, 2001).
2.      Penatalaksanaan tinea korporis
Preparat antifungus topical dapat dioleskan pada lokasi yang sempit. Preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus-kasus infeksi jamur yang luas. Efek samping griseofulvin mencakup fotosensitivitas, ruam kulit, sakit kepala dan mual. Ketokonazol, yaitu suatu preparat antifungus, memberikan harapan yang nyata bagi pasien-pasienyang menderita infeksi jamur (Dermatoifit) yang kronik, termasuk pasien-pasien yang resisten terhadap griseofulvin. (Brunner & suddart, 2001).
 pasien dan pertimbangan perawatandi rumah. Kepada pasien diberitahukan ntuk memakai handukdan lap wajahyang bersih setiap hari. Semua daerah kulit dan lipatan kulit yang menahan air harus dikeringkan dengan seksama karena infeksi jamakan berkembang pada udara yang panas dan lembab. Pakaian yang menyentuh kuit secara langsung (seperti pakaian dalam) harus pakaian dalam dai katun yang bersih.
3.      Penatalaksanaan  tinea kapites
Griseofulvin, yang merupakan preparat antifungus, diresepkan dokter bagi asien-pasientinea kapites. Preparat topical tidak memberikan kesembuhan yang efektif karena infeksi terjadi didalam batang rambut dan di bawah permukaan kulit kepala. Kendati demikian, preparat topical dapat di pakai untuk menghilangkan keaktifan mikroorganisme  yang sudah terdapat pada rambutpreparat ini akan memperkecil kemungkinan dan meniadakan keharusan untuk memangkas rambut. Namun rambut yang terimfeksi akan patah mentara rambt yang belum tinfeksi tep berada pada tempatnya. Rambut harus dikeramas dua ata tiga kali seminggu, dan preparat anti fungus topical perlu dioleskan untuk mengurangi penyearan mikroorganisme tersebut (Brunner dan Suldarth, 2001).
            Penidikan pasien dan pertimbangan peawatan dirumah. Karena tiniakapites menular. Kepada pasien dan keluarganya hars disarankan untuk melaksanakan tindakan hygiene dirumah. Setiap orang harus memilki sisir serta sikat rambut sendiri dan mengindari pemakaian topi serta penup rambut lainya semua anggota keluarga yang terinfeksi dan binatang peliharaan dirumah harus diperiks karena insi dalam keluarga relative sering terjadi (Brunner dan uddarth).

4.      Penatalaksanaan Tinea Kruris
            Infeksi  yang ringan dapat diobati dengan preparat topical seperti klotrimazol, mikonazol atau haloprgin selama sedikitnya tiga hingga empat minggu untuk memastikan eradikasi total infeksi tersebut. Preparat griseofulvin oral diperlukan untuk infeksi yang lebih parah.
            Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Panas, gesekan, dan maserasi (akibat keringat) merupakan predisposisi timbulnya infeksi jamur. Kepada pasien sebanyak mungkin dianjurkan untuk menghindari panas serta kelembaban yang berlebihan dan tidak mengenakan pakaian dalam dari nilon, pakaian yang ketat, serta baju mandi yang basah. Daerah lipatan paha harus dibersihkan, dikeringkan degan seksama dan di bedaki dengan preparat tropical antijamur seperi tolnafat (tinactin) sebagai tindakan pencegahan karena infeksi ini cenderung tibul kembali.
            Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah :
1.      Golongan Azol
a.       Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
b.      Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
c.       Econazole (Spectazole)
d.      Ketokonzole (Nizoral)
e.       Oxiconazole (oxistat)
f.       Sulkonazole (exeldetm)
2.      Golongan alinamin
a.       Nafitine (Naftin)
b.      Terbinafin (Lamisil)
3.      Golongan benzilamin
a.       Butenafine (mentax)
Anti jamur yang polen yang berhubungan dengan alinamin kerusakan membran sel jamur menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhnya. Digunakan dalam bentuk cream 1 % diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa oleskan sebanyak 4 kali sehari.
4.      Golongan lainnya
a.       Siklopiroks (Loprox)
b.      Haloprogin (halotex)
c.       Tolnafate
Edukasi kepada pasien dirumah :
1.      Anjurkan agar menjaga daerah lesi teap kering.
2.      Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3.      Jaga kebersihan kulit dan kaki ila berkeringat keringkan dengan handukdan mengganti pakaian yang lembab.
4.      Gunakan pakaianyang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperi katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.
5.      Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci dan direndam air panas.
Ø  Pencegahan
Untuk mencegah terinfeksi tinea, yang harus dilakukan adalah menjaga kulit tetap bersih & kering.
Selain itu, hal-hal berikut dapat dilakukan untuk mencegah infeksi Tinea:
·         Gunakan pakaian & pakaian dalam yang menyerap keringat.
·         Hindari pengunaan pakaian yang berlapis-lapi atau tebal, terutama di daerah tropis/panas .
·         Jangan gunakan pakaian & als kaki yang basah
·         Keringkan tubuh setiap kali setelah mandi atau terkena air.
·         Ganti pakaian dalam & kaus kaki setiap hari
·         Gunakan alas kaki di tempat umum
·         Jangan saling menjamin pakaian & sepatu dengan orang lain
·         Obati hewan peliharan yang terkena infeksi kulit
Ø  Cara mengatasi infeksi jamur
Pengobatan infeksi jamur dlakukan dengan memperhatikan jenis jamur. Karenanya kita disarankan untuk mengobati infeksijaur dengan menggunakan obatantijamur.
Gunakan obat antijamur sesuai saran pemakaian atau petunjuk dokter agar infeksi jamur teratasi maksimal. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga kesehatan kuit, dengan cara menghindari bertukar handuk, baju, atau sifat dengan orang lain, serta mandi  kali sehari.
2.1.8. Komplikasi
Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemiksaan langsung sediaa basah dan biaan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.
a.       Pemeriksaan dengan sediaan basah
Kulit bersihkan dengan alkohol 70%       kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpet atau pinggir gelas        taruh di obyek glass      tetesi KOH 10-5 % 1-2 pembesaran 10-15 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagioleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium.
b.      Pemeriksaan kultur dengan sabouraud agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (cycobyotic-mycosel) untuk mrghindark kontaminasi bakterial maupun jamur konyaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu(Wiederkehr, Michael.2008)
c.       Punch biopsi
Dapat gunakan untuk membantu menegakkan  diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid-Schiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan dengan Peridoc Acid-Schiff. Pengecatan Dengan (hematoxylin and eosin stain)
d.      Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata.  (Wiederkehr, Michael.2008)
Ø  Pemeriksaan penunjang kapites
Diagnosaditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeiksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopi rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopi kan terlihat spora  luar rambut (ektotriks) atau didalam rambut (endotriks).
Diagnosa laboratorium tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan  dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan potongn-potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat gigi.
Sampel rambut terpilih dikultur atau dilembutkan dalam 10-20% potassium hydroxide (KOH) sebelum pemeriksaan dibawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH (KOH mount) selalu menghasilkan diagnosa yang tetap adanya infeksi tinea.
Pada pemeriksaan lampu wood didapatkan infeksi rambut oleh M.canis, M.ferrugineum, akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan. Infeksi rambut oleh  T. sehoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan hifa didapatkan didalam batang rambut pada rambut sapi T. verucosum meperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada manusia tidak berlupresensi
Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa dibawah lampu wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mroskopik cahaya dan kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.
2.2. Konsep Dasar Askep
2.2.1. Pengkajian
1.      Identitas klien
Melipiti : nama, umur, suku/ bangsa, status perkawinan, agama, pendidikkan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, catatan kedatangan.
2.      Keluhan utama
Klien sering mengeluh gatal, panas, nyeri pada sela-sela jarinya dan telapak kaki.
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasa gatal dan nyeri pada sela-sela jarinyadan telapak kaki serta panas.
b.      Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien menggunakan sepatu tertutup ketika bekerja dan tidak terlalu memperdulikan rasa gatal pada sela jarinya.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami oleh klien.
4.      Data dasar pengkajian
a.       Aktivitas/ istirahat
Gejala : penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada daerah yang sakit, gangguan masa otot, perubahan tonus malaise.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya masa otot
b.      Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan yang lambat
Tanda : pembentukkan edema jaringan, kulit kering, pucat, lembab.
c.       Integritas ego
Gejala : factor stress : masalah tentang keluarga, pekerjaan putus asa, tidak berdaya, kehilangan control diri, mengkhawatirkan penampilan : lesi cacat dan menurunnya berat badan.
Tanda : ansietas, marah, menarik diri.
d.      Eliminas
Tanda : dieresis
e.       Makanan/ cairan
Gejala : anoreksia, mual/ muntah
Tanda : edema jaringan umum, penurunan berat badan, turgor kulit buruk.
f.       Neurosensori
Gejala : kesemutan, sakit kepala
Tanda : perubahan orientasi, perilaku gelisah, ansietas, disorientasi
g.      Nyeri/ kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri, lokalisasi rasa sakit/ ketidaknyamanan pruritus umum
h.      Keamanan
Tanda : area kulit yang tidak terkena lembab/ dingin, pucat
i.        Pemeriksaan penunjang
Ø  Pemeriksaan dengan KOH 10-20
Ø  Kultur, dengan menggunakan media sabouroudst dekstrase agar + klorempenicol + cyclohexamide, akan tumbuh mycobiotik + mycosel dalam wakltu 10-14 hari.
Ø  Pemeriksaan lampu wood’s tidak memberikan gambaran effloresensi yang khas.
j.        Prioritas keperawatan
Ø  Memperbaiki stabilitas hemodinamik/ volume sirkulasi
Ø  Menghilangkan nyeri
Ø  Mencegah komplikasi
Ø  Mendukung control aktif klien terhadap kondisi kesehatan
Ø  Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
2.2.2. Diagnosa Keperawtan Yang Mungkin Muncul
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit
2.      Resiko tinggi terhadap infeksiberhubungan dengan penekanan respon inflamasi, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatasi infeksi
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan melebarnya lesi pada kulit
4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan lesi, gatal-gatal.
5.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kejadian traumatic, nyeri, kacacatan
6.      Kurang pengetahuan berhubuingan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interprestasi informasi, keterbatasan informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif









2.1.3. Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Criteria Hasil
Intervensi

Rasional
1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit kembali normal
Ø Lesi hilang
Ø Turgor elastic
Ø Kulit yang diserang lembab
Ø Sisik halus dikulit hilang
Mandiri :
Ø Kaji/ catat ukuran warna, jaringan nefrotik dan kondisi disekitar lesi.


Ø Berikan perawatan yang tepatdan tindakan control infeksi
Ø Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi



Ø Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut




Kolaborasi :
Ø Siapkan prosedur bedah atau balutan biologis
Ø Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka

Ø Gunakan atau berikan obat-obatan topical/ sistemik sesuai indikasi
Ø Lindungi lesi dengan salep antibiotic sesuai indikasi


Ø Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan pengobatan kulit dan petunjuk tentang sirkulasi pada daerah graf
Ø Menurunkan resiko infeksi

Ø Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
Ø Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yamg menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi
Ø Mengidentifikasi bakteri phatogen dan pilihan perawatan yang sesuai
Ø Digunakan untuk perawatan lesi kulit
Ø Melindungi area ulserasi dari kontaminasi

Ø Untuk meningkatkan penyembuhan
2.
Resiko tinggi terhadap infeksiberhubungan dengan penekanan respon inflamasi, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatasi infeksi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan lesi dapat sembuh dengan cepat dan terbebas dari infeksi jamur
Ø Bebas dari infeksi jamur
Ø Menunjukkan penyembuhan dan penyembuhan luka tepat waktu
Ø Bebas dari eritema
Ø Tidak demam
Ø S : 36,5-37,50C
Mandiri :
Ø Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi



Ø Tekankan teknik cuci tangan yang baik

Ø Gunakan sarung tangan dan teknik aseptic ketat selama perawatan lesi/ luka
Ø Bersihkan jaringan nefrotik yang lepas
Ø Periksa setiap hari, catat perubahan penampilan baud an kuantitas drainase


Kolaborasi :
Ø Tempatkan IV/ garis invasive pada area yang tak terluka


Ø Ambil kultur rutin dan sensivitas luka/ lesi

Ø Bantu biopsy bila infeksi dicurigai


Ø Berikan agen topical sesuai indikasi





Ø Berikan obat dengan tepat. Contoh : subechar slysis/ antibiotic sistemik dan tetanus toksoid atau anti toksin klostridial tepat

Ø  Tergantung tipe/ luasnya luka isolasi untuk menurunkan kontraminasi silang/ terpajan pada flora bakteri multiple
Ø  Mencegah kontaminasi silang : menurunkan resiko infeksi
Ø  Mencegah terpajan pada organism infeksius

Ø  Meningkatkan penyembuhan


Ø  Mencegah auto kontaminasi lepuh yang kecil membantu melindungi kulit dan meningkatkan kecepatan repitelisasi

Ø  Menurunkan resiko infeksi pada sisi insersi dengan kemungkinan mengarah pada septicemia
Ø  Memungkinkan pengenalan dini dan pengobatan khusus infeksi luka
Ø  Agen dibawah ini membantu untuk mencegah/ mengontrol infeksi
Ø  Antibiotic local dan sistemik diberikan untuk mengontrol phatogen yang teridentifikasi oleh kultur/ sesitifitas
Ø  Kerusakan jaringan/ perubahan mekanisme pengetahuan meningkat, resiko terjadinya tetanus
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan melebarnya lesi pada kulit

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan klien bisa melakukan aktivitas dengan normal
Ø Klien bisa menggerakkan kakinya
Ø Skala nyeri 0-3
Ø Klien merasa nyaman
Ø Lesi pada kaki hilang
Mandiri :
Ø Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan

Ø Perhatikan sirkulasi, gerakan, sensasi jari secara sering



Ø Lakukan rehabilitas pada penerimaan




Ø Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif
Ø Beri obat sebelum aktifitas / latiahan



Ø Jadwalkan pengobatan dan aktivitas perawatan untuk memberikan periode istirahat tak terganggu
Ø Instruksikan dan bantu dalam mobilitas. Contoh : tongkat
Ø Dorong dukungan dan bantuan keluarga/ orang terdekat pada latihan rentang gerak

Ø Masukan aktivitas sehari-hari dalam terapi fisik



Ø Dorong partisipasi pasien dalam sensasi aktivitas sesuai kemampuan individual
Kolaborasi :
Ø Berikan tempat tidur busa, udara, atau tempat tidur terapi kinetic sesuia indikasi



Ø Bersihkan dan tutup lesi dengan tepat





Ø Pertahankan tekanan baju bila diperlukan


Ø Konsul dengan rehabilitas fisikal dan terapi kejuruan

Ø  Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas
Ø  Edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan nekrosis jaringan/ terjadinya kontraktur
Ø  Akan lebih mudah membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya penyembuhan
Ø  Mencegah secara progresif, mengencengkan Jarigan parut
Ø  Menurunkan kekeuatan jaringan/ otot dan tegangan, memampukan pasien untuk lebih aktif dan membantu partisipasi
Ø  Meningkatkan kekuatan dan tolenransi pasien terhadap aktivitas

Ø  Meningkatkan keamanan ambulasi



Ø  Memampukan keluarga/ org terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan/ konsisten
Ø  Komunikasi aktifitas yang menghasilkan perbaikan hasil dengan meningkatkan efek masing-masing.
Ø  Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan
Ø  Mencegah tekanan lama pada jaringan, menurunkan potensial iskemia, jaringan/ nekrosis dalam pembentukkan dekobitus
Ø  Eksisi dini diketahui untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi sehingga membantu penyembuhan
Ø  Jaringan parut hipertropik dapat terjadi sekitar areagraf atau sisi dalam
Ø  Memberikan aktivitas/ program latihan terintegrasi dan alat bantu khusus berdasarkan kebutuhan individu dan membantumanagemen intensive jangka panjang terhadap potensial devisit















BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Data Biografi
1.      Identitas klien
Nama                                  :  Tn. T
Umur                                  : 20 tahun
Suku/ bangsa                      : Bengkulu/ Indonesia
Status perkawinan              : belum kawin
Agama                                : islam
Pendidikkan                       : SMA
Pekerjaan                            : Buruh
Alamat                                : jln. Salak No. 30 Bengkulu
Tanggal masuk RS             : 26 desember 2011
Tanggal Pengkajian            : 28 desember 2011
Catatan kedatangan           : dating diantar keluarga
Keluarga dekat yang dapat dihubungi
Nama                                  : Ny. M                        No telepon      : 085267760956
Pendidikkan                       : SMP
Pekerjaan                            : pedagang
Alamat                                : Jln. Salak No. 30 Bengkulu
Sumber informasi               : pasien, keluarga/ orang terdekat
2.      Keluhan utama
Pasien masuk Rumah Sakit karena mengalami gatal dan nyeri pada sela jari dan telapak kakinya
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Factor pencetus : sepatu yang tertutup dan lembab
Lokasi dan sifatnya : menetap pada kaki
Berat ringan keluhan : rasa gatal cenderung, menetap, kadang-kadang bertambah
Lamanya keluhan : rasa gatal dan nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu
Keluhan saat pengkajian : rasa gatal dan nyeriyang bertambah sehingga banyak cairan yang keluar saat digaruk
b.      Riwayat kesehatan dahulu
Klien menggunakan sepatu tertutup ketika bekerja dan tidak terlalu memperdulikan rasa gatal pada sela jarinya.
c.       Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
4.      Pola fungsi kesehatan Gordon
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : pasien mengatakan penyakit yang dideritanya membuat aktivitas sehari-hari pasien terganggu
Penggunaan : pasien mengkonsumsi rokok 3 batang sehari
Alergi : pasien ada alergi
b.      Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan, menurun pasien hanya mampu menghabiskan ½ piring makan.
Fluktuasi BAB 6 bulan terakhir : BB menurun dari 54 kg menjadi 52 kg
Riwayat masalah kulit/ penyembuhan : ditelapak kaki sering mengeluarkan bau yang tidak sedap dan kemerahan
Jumlah minum/ 24 jam dan jenisnya : minum kopi 2-3- gelas/ hari
Frekuensi makanan : 2x/4x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, ikan
c.       Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi          : 1-2 x
Warna               : kuning
Kesulitan          : tidak ada
Waktu               : pagi, sore
Konsisten         : padat
Buang Air Kecil
Frekuensi          : 4x
Kesulitan          : tidak ada
Warna               : jernih
d.      Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
0 = mandiri                               3 = dibantu orang lain dan peralatan
1 = dengan alat bantu               4 = ketergantungan
2 = dibantu orang lain
Kegiatan/ aktivitas
0
1
2
3
4
Makan/ minum




Mandi




Berpakaian




Toileting




Mobilisasi ditempat tidur




Berpindah




Berjalan




Menaikki tangga




Berbelanja




Memasak




Pemeliharaan rumah





Alat bantu :
Kekuatan otot :
Kermampuan ROM : adanya keterbatasan pada rentang gerak pada ekstremitas bagian bawah terutama pada telapak kaki
Keluhan saat beraktivitas : klien mengatakan sulit untuk beraktivitas karena kaki bengkak dan mengeluarkan bau tidak sedap
e.       Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 23.00 smpai dengan 05.00
Kebiasaan menjelang tidur : garuk2 kulit yang gatal
Masalah tidur : pasien mengatakan susah tidur Karena ras gatal dan panas pada telapak kakinya
f.       Pola kognitif dan persepsi
Status mental : orientasi baik terhadap daerah sekitarnya
Bicara : normal (), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ()
Kemampuan berkominikasi : ya (), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat (), panic ( )
Pendengatan : DBN ( ), tuli ( ), tinnitus ( ), alat bantu dengar
Penglihatan : DBN
Ketidaknyamanan atau nyer : pasien berhenti beraktivitas bila rasa gatal dan nyeri jika pada telapak kakinya kambuh 
g.      Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan pasien tentang masalah kesehatan ini : pasien mengatakan juga penyakit ini pasien sering merasa malu karena sering menggaruk telapak kakinya dan telapak kakinya mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga pasien malu bertemu dengan teman-temannya
h.      Pola peran hubungan
Pekerjaan : pasien seorang buruh
System pendukung : keluarga
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di Rumah Sakit/ penyakit karena biaya mahal
Kegiatan social :  tidak bisa ikut kegiatan social baik dikampus dan dilingkungan masyarakat
i.        Pola seksual dan reproduksi
Masalah seksual berhubungan dengan penyakit : tidak ada
j.        Pola koping dan intoleransi stress
Perhatikan utama tentang perawatan di RS atau penyakit : pasien terlalu memikirkan masalah berobat di RS
Hal yang dilakukan saat ada masalah : merokok dan minum kopi
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : pasien mengatakan emosinya (santai masih bias dikontrol)
k.      Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam 
Pengaruh agama dalam lingkungan kehidupan : sangat berpengaruh karena pasien termasuk orang yang taat beragama
5.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum
Penampilan umum : pasien tampak lemah dan sulit untuk berjalan
Klien : tampak sakit karena rasa gatal yang hebat pada telapak kakinya
Kesadaran : kompos mentis
TB : 174 cm
b.      Tanda-tanda vital
TD : 120/ 80 mmHg
ND : 85 x/ i
RR : 16x/ i
S    : 370 C
c.       Kulit
Warna kulit : kulit pasien berwarna sawo matang dan tidak pucat
Kelembaban : kulit lembab karena adanya produksi keringat yang berlebihan pada telapak kakinya
Turgor kulit : tidak elastic
Ada/ tidaknya edema : kulit pada pasien ada edema
d.      Kepala/ rambut
Infeksi : kepala simetris, rambut berwarna hitam, rambut bersih dan tidak ada ketombe
Palpasi : textur halus dan lembut, tidak berminyak dan kering, tidak ada benjolan
e.       Mata
Fungsi penglihatan : penglihatan baik
Ukuran pupil : isokor
Konjungtiva
Lensa/ iris : warna hitam, tidak adanya kekeruhan lensa
Oedema palpebra : tidak ada
f.       Telinga
Fungsi pendengaran : baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris
Fungsi keseimbangan : baik
Secret : tidak ada
g.      Hidung dan sinus
Inspeksi : batuk simetris
Fungsi penciuman : baik
Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada
Kebersihan : bersih
h.      Mulut dan tenggorokkan
Membrane mukosa : lembab dan tidak pucat
Keadaan gigi :,gigi lengkap, tidak menggunakan gigi palsu
Tanda radang : tidak ada
Trimus : tidak ada kesulitan membuka mulut
Kesulitan menelan : disfagia tidak ada
i.        Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Kaku kuduk : tidak ada
j.        Torak/ paru
Inspeksi : retraksi dinding dada tidak ada
Palpasi : ekspansi pada sietris
Perkusi : resonasi pada kedua paru
Aukultasi : vesikuler
k.      Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak ada
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi : terbatas atas, kiri, kanan dan bawah DBN
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar dengan jelas
l.        Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : hepar dan limfe tidak teraba, tidak ada hepatomegali dan pembesaran limfe
Perkusi : tympani
Auskultasi : B, U 12x/ i
m.    Genetalia
Bersih, tidak ada tanda-tanda radang
n.      Rectal
Lesi atau kemerahan tidak ada
o.      Ekstremitas
Ekstremitas atas : akral hangat, edema tidak ada
Ektremitas bawah : akral dingin, adanya oedema pada telapak kaki
ROM : adanya keterbatasan rentang gerak ekstremitas bawah
Kekeuatan otot kurang
p.      Vascular perifer
Clubbing : tidak ada
Perubahan warna : tidak ada sianosis
q.      Neurologis
Kesadaran (GCS) : 15
Status mental : rentang perhatian baik, memori baik
Motorik : adanya rasa nyeri pada ekstremitas bagian bawah
Tanda rangsang meningeal : tidak ada tanda-tanda rangsang
Saraf cranial : fungsi nervus 1-12 baik
6.      Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium
Ø  Pemeriksaan dengan KOH 10-20
Ø  Kultur, dengan menggunakan media sabouroudst dekstrase agar + klorempenicol + cyclohexamide, akan tumbuh mycobiotik + mycosel dalam wakltu 10-14 hari.
Ø  Pemeriksaan lampu wood’s tidak memberikan gambaran effloresensi yang khas.
7.      Penatalaksanaan pengobatan
Berhubung penyakit ini sering rekurens maka factor prediposesperlu dihindari. Kaos kaki yang dipakai dipilaih kaos kaki yang memiliki ventilasi dan diganti setiap hari. Kaki harus bersih dan kering hindari memakai sepatu tertutup, sempit, sepatu olahraga dan sepatu plastic sepanjang hari. Kaki dan sela-sela jari dijaga agar selaqlu kering. Setelah mandi dibedakan dengan ataqu anti jamur.
a.       Obat topical
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganate1/ 5.000atau larutan asam asetat 0,25% selama 15-30 menit, 2-4 x sehari.
Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan dengan obat antibiotic sistemik. Kalau peradangan sudah berkurang diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas, antara lain : haloprogrin, klotrimazol, mikonazol, bifanozol
b.      Obat sistemik
Biasanya tidak digunakan, namun bila digunakan harus dikombinasikan dengan obat-obatan anti jamur topical. Obat-obatan sistemik antara lain : gliseovulvin, ketokanazol, terbinafin.







3.2. Analisa Data
       Nama        : Tn, T
       R. Rawat : Seruni, M. Yunnus Bengkulu
       Dx. Medis            : infeksi jamur
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Ds :
Ø  Klien mengatakan ada lesi pada daerah kaki dan tangan
Ø  Klien mengatakan lesi pada kulit cenderung bertambah parah sejak 2 hari sebelum masuk RS
Ø  Klien mengatakan kakinya menjadi gatal
Ø  Klien mengatakan kainya menjadi bau yang tidak sedap
Ø  Klien mengatakan kakinya mennjadi luka akibat garukan
Do :
Ø  Klien tampak gelisah
Ø  Diantara jari 4 & 5 klien tampak bersisik halus dan tipis meluas, ditelapak kaki berupa kulit putih, rapuh dan bau
Ø  Turgor kulit klien tampak buruk
Ø  Warna kulit klien tampak kemerahan
Ø  Tekstur kulit klien tampak ada lesi
Ø  Pemeriksaan dengan sediaan basah dengan mengerok skuoma dari bagian tepi lesi terdapat hifa.
Ø  Pengecatan dengan pridoc acidshiff jamur akua akan tampak merah muda
Trauma : kerusakkan kulit
Kerusakan integritas kulit
2.
Ds :
Ø  Klien mengatakan ada lesi kaki dan tangan
Ø  Klien mengatakan lesi pada kulitnya cendrung bertambah parah sejak 2 hari sebelum masuk RS
Do :
Ø  Kulit klien tampak putih bau
Ø  Tektur kulit klien tampak ada lesi yang menyebar skala nyeri 4-6 (sedang)
Penekanan respon inflama, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatsi infeksi
Reiko tinggi terhadap infeksi
3.
Ds :
Ø  Klien mengatakan ada luka disela jarinya
Ø  Klien mengatakan badannya terasa lemah
Ø  Klien mengatakan sakit didaerah kakinya
Ø  Klien mengatakan kaku berjalan karena luka pada kakinya
Do :
Ø  Klien tampak lemah
Ø  Klien tampak enggan berjalan
Ø  Lesi pada klien tampak melebar disekitar sela-sela jari
Ø  Lesi pada klien tampak mengeluarkan cairan
Melebarnya lesi pada kulit
Intoleransi aktivitas
      
3.3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit
2.      Resiko tinggi terhadap infeksiberhubungan dengan penekanan respon inflamasi, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatasi infeksi
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan melebarnya lesi pada kulit



3.4.  Nursing Care Planning
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Criteria Hasil
Intervensi

Rasional
1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit kembali normal
Ø Lesi hilang
Ø Turgor elastic
Ø Kulit yang diserang lembab
Ø Sisik halus dikulit hilang
Mandiri :
Ø Kaji/ catat ukuran warna, jaringan nefrotik dan kondisi disekitar lesi.


Ø Berikan perawatan yang tepatdan tindakan control infeksi
Ø Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi



Ø Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut




Kolaborasi :
Ø Siapkan prosedur bedah atau balutan biologis
Ø Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka

Ø Gunakan atau berikan obat-obatan topical/ sistemik sesuai indikasi
Ø Lindungi lesi dengan salep antibiotic sesuai indikasi


Ø Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan pengobatan kulit dan petunjuk tentang sirkulasi pada daerah graf
Ø Menurunkan resiko infeksi

Ø Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
Ø Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yamg menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi
Ø Mengidentifikasi bakteri phatogen dan pilihan perawatan yang sesuai
Ø Digunakan untuk perawatan lesi kulit
Ø Melindungi area ulserasi dari kontaminasi

Ø Untuk meningkatkan penyembuhan
2.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penekanan respon inflamasi, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatasi infeksi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan lesi dapat sembuh dengan cepat dan terbebas dari infeksi jamur
Ø Bebas dari infeksi jamur
Ø Menunjukkan penyembuhan dan penyembuhan luka tepat waktu
Ø Bebas dari eritema
Ø Tidak demam
Ø S : 36,5-37,50C
Mandiri :
Ø Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi



Ø Tekankan teknik cuci tangan yang baik

Ø Gunakan sarung tangan dan teknik aseptic ketat selama perawatan lesi/ luka
Ø Bersihkan jaringan nefrotik yang lepas
Ø Periksa setiap hari, catat perubahan penampilan baud an kuantitas drainase


Kolaborasi :
Ø Tempatkan IV/ garis invasive pada area yang tak terluka


Ø Ambil kultur rutin dan sensivitas luka/ lesi

Ø Bantu biopsy bila infeksi dicurigai


Ø Berikan agen topical sesuai indikasi





Ø Berikan obat dengan tepat. Contoh : subechar slysis/ antibiotic sistemik dan tetanus toksoid atau anti toksin klostridial tepat

Ø  Tergantung tipe/ luasnya luka isolasi untuk menurunkan kontraminasi silang/ terpajan pada flora bakteri multiple
Ø  Mencegah kontaminasi silang : menurunkan resiko infeksi
Ø  Mencegah terpajan pada organism infeksius

Ø  Meningkatkan penyembuhan


Ø  Mencegah auto kontaminasi lepuh yang kecil membantu melindungi kulit dan meningkatkan kecepatan repitelisasi

Ø  Menurunkan resiko infeksi pada sisi insersi dengan kemungkinan mengarah pada septicemia
Ø  Memungkinkan pengenalan dini dan pengobatan khusus infeksi luka
Ø  Agen dibawah ini membantu untuk mencegah/ mengontrol infeksi
Ø  Antibiotic local dan sistemik diberikan untuk mengontrol phatogen yang teridentifikasi oleh kultur/ sesitifitas
Ø  Kerusakan jaringan/ perubahan mekanisme pengetahuan meningkat, resiko terjadinya tetanus
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan melebarnya lesi pada kulit

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan klien bisa melakukan aktivitas dengan normal
Ø Klien bisa menggerakkan kakinya
Ø Skala nyeri 0-3
Ø Klien merasa nyaman
Ø Lesi pada kaki hilang
Mandiri :
Ø Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan

Ø Perhatikan sirkulasi, gerakan, sensasi jari secara sering



Ø Lakukan rehabilitas pada penerimaan




Ø Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif
Ø Beri obat sebelum aktifitas / latiahan



Ø Jadwalkan pengobatan dan aktivitas perawatan untuk memberikan periode istirahat tak terganggu
Ø Instruksikan dan bantu dalam mobilitas. Contoh : tongkat
Ø Dorong dukungan dan bantuan keluarga/ orang terdekat pada latihan rentang gerak

Ø Masukan aktivitas sehari-hari dalam terapi fisik



Ø Dorong partisipasi pasien dalam sensasi aktivitas sesuai kemampuan individual
Kolaborasi :
Ø Berikan tempat tidur busa, udara, atau tempat tidur terapi kinetic sesuia indikasi



Ø Bersihkan dan tutup lesi dengan tepat





Ø Pertahankan tekanan baju bila diperlukan


Ø Konsul dengan rehabilitas fisikal dan terapi kejuruan

Ø  Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas
Ø  Edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan nekrosis jaringan/ terjadinya kontraktur
Ø  Akan lebih mudah membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya penyembuhan
Ø  Mencegah secara progresif, mengencengkan Jarigan parut
Ø  Menurunkan kekeuatan jaringan/ otot dan tegangan, memampukan pasien untuk lebih aktif dan membantu partisipasi
Ø  Meningkatkan kekuatan dan tolenransi pasien terhadap aktivitas

Ø  Meningkatkan keamanan ambulasi



Ø  Memampukan keluarga/ org terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan/ konsisten
Ø  Komunikasi aktifitas yang menghasilkan perbaikan hasil dengan meningkatkan efek masing-masing.
Ø  Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan
Ø  Mencegah tekanan lama pada jaringan, menurunkan potensial iskemia, jaringan/ nekrosis dalam pembentukkan dekobitus
Ø  Eksisi dini diketahui untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi sehingga membantu penyembuhan
Ø  Jaringan parut hipertropik dapat terjadi sekitar areagraf atau sisi dalam
Ø  Memberikan aktivitas/ program latihan terintegrasi dan alat bantu khusus berdasarkan kebutuhan individu dan membantumanagemen intensive jangka panjang terhadap potensial devisit

3.5.  Catatan Perkembangan
Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Senin, 26-12-11
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit

Jam 08.00 wib
Ø Mengkaji/ mencatat ukuran warna, jaringan nefrotik dan kondisi disekitar lesi.
Ø Memberikan perawatan yang tepatdan tindakan control infeksi
Ø Mencatat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi
Ø Mempertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut
Kolaborasi :
Ø Menyiapkan prosedur bedah atau balutan biologis
Ø Mendapatkan kultur dari lesi kulit terbuka
Ø Menggunakan atau berikan obat-obatan topical/ sistemik sesuai indikasi
Ø Melindungi lesi dengan salep antibiotic sesuai indikasi
Jam 10.00 wib
S :
Ø Klien mengatakan tidak ada lesi pada daerah kaki dan tangan
Ø Klien mengatakan kakinya tidak gatal lagi
Ø Klien mengatakan kakinya tidak lagi mengeluarkan bau
Ø Klien mengatakan kakinya luka akibat garuakan mulai sembuh
O :
Ø Klien tampak rileks
Ø Diantara jari 4 & 5 sisik halus telah hilang
Ø Suhu mormal 36,5-37,50C
Ø Turgor kulit klien mulai membaik dan elastic
Ø Warna kulit sudah normal (sawo matang)
Ø Lesi hilang
A :
Ø Masalah Teratasi sebagian, lesi mulai sembuh
P :
Ø Intervensi dilanjutkan
Selasa, 27-12-11
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penekanan respon inflamasi, penurunan system imun, kegagalan untuk mengenal/ mengatasi infeksi

Jam 10.00 wib
Mandiri :
Ø Mengimplementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
Ø Menekankan teknik cuci tangan yang baik
Ø Menggunakan sarung tangan dan teknik aseptic ketat selama perawatan lesi/ luka
Ø Membersihkan jaringan nefrotik yang lepas
Ø Memeriksa setiap hari, catat perubahan penampilan baud an kuantitas drainase
Kolaborasi :
Ø Menempatkan IV/ garis invasive pada area yang tak terluka
Ø Mengambil kultur rutin dan sensivitas luka/ lesi
Ø Membantu biopsy bila infeksi dicurigai
Ø Memberikan agen topical sesuai indikasi
Ø Memberikan obat dengan tepat. Contoh : subechar slysis/ antibiotic sistemik dan tetanus toksoid atau anti toksin klostridial tepat
Jam 13.00 wib
S :
Ø Klien mengatakan tidak ada lagi lesi di kaki dan ditangan
Ø Klien mengatakan kaki tidak gatal-gatal lagi
O :
Ø Sisik halus pada kaki klien sudah hilang
Ø Bau tidak sedap tidak ada lagi
Ø Warna kulit kembali normal
Ø Lesi pada kulit sudah sembuh
A :
Ø Masalah teratasi, infeksi dapat dicegah
P :
Ø Intervensi dilanjutkan



Rabu. 28-12-11
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan melebarnya lesi pada kulit

Jam 12.00 wib
Mandiri :
Ø Mempertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan
Ø Memperhatikan sirkulasi, gerakan, sensasi jari secara sering
Ø Melakukan rehabilitas pada penerimaan
Ø Melakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif
Ø Memberi obat sebelum aktifitas / latiahan
Ø Menjadwalkan pengobatan dan aktivitas perawatan untuk memberikan periode istirahat tak terganggu
Ø Menginstruksikan dan bantu dalam mobilitas. Contoh : tongkat
Ø Mendorong dukungan dan bantuan keluarga/ orang terdekat pada latihan rentang gerak
Ø Memasukan aktivitas sehari-hari dalam terapi fisik
Ø Mendorong partisipasi pasien dalam sensasi aktivitas sesuai kemampuan individual
Kolaborasi :
Ø Memberikan tempat tidur busa, udara, atau tempat tidur terapi kinetic sesuia indikasi
Ø Membersihkan dan tutup lesi dengan tepat
Ø Mempertahankan tekanan baju bila diperlukan
Jam 14.00 wib
S :
Ø  Klien mengatakan luka disela jarinya hilang
Ø  Klien mengatakan tidak lemah lagi
Ø  Klien mengatakan sakit didaerah kakinya sudah hilang
Ø  Klien mengatakan tidak kaku lagi berjalan karena luka sudah sembuh
O :
Ø  Klien tampak rileks
Ø  Klien tampak mudah berjalan
Ø  Lesi yang tadinya melebar sudah hilang
A :
Ø  Masalah teratasi, klien bias melakukan prgerakkan
P :
Ø  Intervensi dihentikan
  

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Infeksi jamur superficial dapat menyerang kulit, rambut atau kuku. Infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit dikenal dengan infeksi cacing gelang. Kebanyakkan infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh 3 jenis jamur yaitu microsporum, trychophyton, dan epidermophyton. Jamur ditularkan dari manusia ke manusia (antropofilik), dari binatang ke manusia (zoofilik), atau dari tanah ke manusia (geofilik).
Infeksi jamur adalah anggota dunia tanaman yang berukuran kecil dan makan dari bahan organic, merupakan penyebab berbagai jenis infeksi kulit  yang sering ditemukan ( Suzanne C smetzer).
4.2  Saran

Disaranakan agar lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan untuk mencegah penyakit ini

No comments:

Post a Comment