BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolon ( termasuk rectum ) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran
cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih
besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari
semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (
Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat.
Diperkirakan bahwa
150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun,
kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial.
Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada
wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Distribusi tempat
kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut:
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok
pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah
menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan ca
kolorektal
.
.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
ü Untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada penyakit kolorektal
Tujuan khusus
ü Untuk mengetahui pengertian dari
penyakit kanker kolorektal
ü Untuk mengetahui etiologi penyakit kanker kolorektal
ü Untuk mengetahui faktor risiko penyakit
kanker kolorektal
ü Untuk mengetahui woc dari penyakit kanker kolorektal
ü Untuk mengaetahui manifestasi klinis
penyakit kanker kolorektal
ü Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker
kolorektal
ü Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosa
penyakit kanker kolorektal
ü Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan penyakit kanker kolorektal
1.3 Manfaat
ü Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
kelompok tentang penyakit kanker kolorektal
ü Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
pengetahuan bagi semua pembaca tentang penyakit kanker kolorektal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang
bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang
di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut
kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal
(Aru, 2006).
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar ( Aliran depan feces ) yang meliputi faktor
kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The
National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Etiologi lain :
Etiologi lain :
·
Kontak
dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
·
Pola
makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak
diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat.
·
Zat
besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
·
Lemak
jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
·
Minuman
beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita
kanker kolon.
·
Obesitas.
·
Bekerja
sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum.
2.3 FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang menyebabkan seseorang akan
rentan terkena kanker kolorektal yaitu:
·
Usia,
umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90
persen penyakit ini menimpa penderita diatas usia 50 tahun. Walaupun pada usia
yang lebih muda dari 50 tahunpun dapat saja terkena. Sekitar 3 % kanker ini
menyerang penderita pada usia dibawah 40 tahun.
·
Polyp
kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar dan
rektum. Sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah
tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan
mengangkat polyp ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
·
Riwayat kanker kolorektal pada
keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua, kakak, adik atau anak),
maka risiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila
keluarga yang terkena tersebut terserang kanker ini pada usia muda.
·
Kelainan
genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan risiko terkena kanker
kolorektal. Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat menyebabkan
kanker ini adalah hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang disebabkan
adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar tiga dari empat penderita cacat gen
HNPCC akan terkena kanker kolorektal, dimana usia yang tersering saat
terdiagnosis adalah diatas usia 44 tahun.
·
Pernah
menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit yang sama
untuk kedua kalinya. Demikian pula wanita yang memiliki riwayat kanker indung
telur, kanker rahim, kanker payudara memiliki risiko yang tinggi untuk terkena
kanker ini.
·
Radang
usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang menyebabkan
inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu lama, akan meningkatkan
risiko terserang kanker kolorektal.
·
Diet,
makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat dan
rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering minum alkohol, akan
meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.
·
Merokok,
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.
2.4 PATOFISIOLOGI
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon
mengikuti kira-kira pada bagian :
·
26 %
pada caecum dan ascending colon
·
10 %
pada transfersum colon
·
15 %
pada desending colon
·
20 %
pada sigmoid colon
·
30 %
pada rectum
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan
adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai
gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini
menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu
pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor
mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen
pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang
kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase
yang lain termasuk:
·
Kelenjar
Adrenalin
·
Ginjal
·
Kulit
·
Tulang
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi,
karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan
sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes
Guaiak ( suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik ).
Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus,
tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.
Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang –
kadang pada epigastrium. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan
perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri
kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita.
Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia
akibat kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- fecal occult blood test, pemeriksaan
darah samar feses di bawah mikroskop
- Colok dubur.
- Barium enema, pemeriksaan serial
sinar x pada saluran cerna bagian bawah, sebelumnya pasien diberikan
cairan barium ke dalam rektum
- Sigmoidoskopi atau kolonoskopi,
dengan menggunakan teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya
polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor.
Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan .
2.8
PENATALAKSANAAN
·
Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah
secara luas diterima sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal.
Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal
regional lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor
dengan minimum margin 5 cm bebas tumor. Pendekatan laparaskopik kolektomi telah
dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah terbuka pada beberapa
randomized trial. Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat digunakan
pada pasien kolon kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang
tersebar pada kolon atau pada pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker
kolorektal.Eksisi tumor yang berada pada kolon kanan harus mengikutsertakan cabang
dari arteri media kolika sebagaimana juga seluruh arteri ileokolika dan arteri
kolika kanan.
Eksisi tumor pada hepatik flexure atau
splenic flexure harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika.Permanen
kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian bawah dan tengah
harus dihindari dengan adanya tehnik pembedahan terbaru secara stapling.Tumor
yang menyebabkan obstruksi pada kolon kanan biasanya ditangani dengan reseksi
primer dan anastomosis. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat
ditangani dengan dekompresi.Tumor yang menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi
dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis dan
closure dari kolostomi.
·
Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker
dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat
dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal
radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker.
Eksternal radiasi (external beam therapy)
merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada
sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker, maka dibutuhkan
pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat disekitarnya. Terapi
radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung beberapa
menit.
Internal radiasi (brachytherapy, implant
radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin
pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa
dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor.
Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang
relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa
penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh.
·
Adjuvant Kemoterapi
Kanker kolon telah banyak resisten pada
hampir sebagian besar agen kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang
diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah
efektifitas dari agen kemoterapi.
Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika
kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada
fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau
dengan kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU +
leucovorin. Pemakaian secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut
berhubungan dengan peningkatan survival ketika diberikan post operatif kepada
pasien tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi
dari kanker hingga 39%, menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.19
2.9KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya
pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
- Perforasi usus besar yang disebabkan
peritonitis
- Pembentukan abses
- Pembentukan fistula pada urinari bladder atau
vagina
Biasanya
tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor
tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan
pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter
) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi
identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah Perasaan lelah, nyeri abdomen atau rectal.
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang
Penderita penyakit kanker kolorektal menampakkan
gejala nyeri abdomen, cepat leleh dan nyeri rektal
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum
masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya,
seperti radang usus.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit kanker kolorektal pada
anggota keluarga yang lain.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
- Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca
Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah
:
- Perdarahan pada rectal
- Anemia
- Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti
mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada
sebelah kanan kolon tetapi biasanya ( tetapi bisa tidak banyak ) tumor
disebelah kiri kolon dan rektum.
Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :
- teraba massa
- pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
- perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal
dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.
- Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan
karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan
kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan
peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol
Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat
mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien
dan keluarga klien.
Orang-orang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti pedoman
kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini
mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa
secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan
pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan
mengungkapkan perasaanya selama proses ini.
- Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit ) aspirin dan vitamin C
untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah
klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen )
Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis
tentang gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan.
Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang
positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari
berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan
terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan
dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan
mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan
monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit
- Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan
tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen.
Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas
dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNGKIN MUNCUL
1) Konstipasi b/d lesi obstruksi
2) Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
3) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
anoreksia
4) Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi.
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Keletihan anemia.
6)
Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis
kanker
3.3 RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Konstipasi b/d lesi obstruksi
|
Setelah dilakukan intervensi selama
3x 24 jam, dsiharapkan pasien tidak mengalami konstipasi lagi
|
·
Konstipasi berkurang
·
Nyeri berkurang
|
Mandiri
·
Pertahankan eliminasi Frekuensi dan konsistensi defekasi.
Dorong asupan harian sedikitnya 2 ltr cairan sampai dengan 8-10 gelas.
·
Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum 30 mnt sebelum
sarapan,
·
Auskultasi bising usus
Kolaborasi
·
Berikan pelunak feses, supositurisesuai indikasi
|
·
Menurunkan resiko iritasi mukosa
·
cairan ini bertindak sebagai stimulus untuk pengeluaran
feses.
·
Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek defresan
dari efek anestesi, ileus paralitik, inflamasi intraperitoneal
·
Mungkin perlu untuk merangsang peristaltic dengan perlahan
|
2.
|
Resiko kekurangan volume cairan b/d
muntah dan dehidrasi
|
Setelah dilakukan intervensi selama
3x 24 jam, dsiharapkan kebutuhan cairan dapat dipenuhi secara adekuat
|
·
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan membran mukosa
lembab, TTV stabil TD: 120/80
RR:
16-24x/i, ND: 60-100x/I, S: 36,5-37,5oc
|
·
Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan
menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan
·
Batasi masukan makanan oral dan cairan untuk mencegah
muntah.
·
Berikan antiemetik sesuai indikasi
·
Pasang selang nasogastrik untuk mengalirkan akumulasi
cairan dan mencegah distensi abdomen
·
Pasang kateter
indwelling untuk memantau haluaran urin setiap jam
·
Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit,.
·
Kaji status hidrasi.
|
·
Indicator langsung
dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi, memberikan pedoman untuk penggantian
cairan
·
Memberikan pasien makanan cairan sesuai kebtuhan, pemberian
makanan dan cairan rterlalu banyak dapat memperberat kerja usus
·
Pemberian cairan hangat yang adekuat dapat memenuhi
kebutuhan pasien secara adekuat
·
Haluaran kurang dari 30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi
cairan intravena dapatdisesuaikan
·
terutama kadar serum untuk mendeteksi hipokalemia dan
hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal
·
penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, urine
pekat, serta peningkatan berat jenis urine dilaporakan.
|
3.
|
Perubahan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia
|
Setelah dilakukan intervensi selama
3x 24 jam, dsiharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
|
· Nafsu makan betambah
· Mual berkurang
· Menunjukkan berat badan
stabil atau meningkat sesuai dengan yang diharapkan
|
Mandiri
· Auskultasi
bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut. Mual atau muntah
· Catat
adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat,
peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
· Kaji kebiasaan makan
pasien
· Berikan asupan nutrisi
pasien dengan porsi sedang tapi sering
· Berikan pasien makanan
selingan
· Atur diit pasien dengan
makanan tinggi natrium
|
· Kekurangan
kortisol dapat menyebabkan gejala gastrointestinal berat yang mempengaruhi
pencernaan.
· Gejala
hipoglikemia dengan timbulnya tanda
tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindiasikan pemberian
tambahan glukortikoroid
· Dengan mengkaji kebiasan
makan pasien perawat dapat mengetahui seberapa besar masukan nutrisi pasien
· Dengan mengatur makanan
pasien dengan porsi sedang tapi sering, maka akan mengurangi rasa mual pada
saat makan
· Dengan memberikan
makanan selingan agar ada variasi dalam menu makan pasien
· Dengan memberikan
makanan tinggi natrium maka kebutuhan natrium pasien akan terpenuhi.
|
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1. PENGKAJIAN DATA KLIEN
A. Biodata
pasien:
Nama :
Tn. “Y”
Umur :
52 Th
Suku/bangsa : Bengkulu/ Indonesia
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Status :
Nikah
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa :
Bengkulu / Indonesia
Alamat :
Jl. Hibrida Raya No. 1
Tanggal masuk RS :
30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2012
Keluarga
dekat yang dapat dihubungi:
Nama :
Ny “S”
Umur :
49 Tahun
Jenis kelamin :
Wanita
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Alamat :
Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien :
Istri
Sumber informasi : keluarga pasien, status, klien, perawat dan
catatan perawat
4.2 RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya darah dalam
feses.
Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul
10.30 WIB, dengan keluhan adanya darah dalam feses, susah buang air besar,
nyeri pada daerah abdomen, diare, badan terasa lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
·
Faktor pencetus
pasien mengatakan tidak mengetahui awalnya
mengapa fesesnya terdapat darah dan nyeri di daerah abdomen, tetapi pasien mengatakan
mempunyai riwayat peradangan pada daerah rektal sejak 2 tahun yang lalu. Sejak
6 bulan terakhir ini jika ia sakit ia berobat ke mantri dan di beri obat
berwarna putih kecil, yang dikonsumsinya secara rutin.
·
Sifat keluhan
Pasien mengatakan darah yang terdapat
dalam feses ini keluar, saat ia buang air besar. Pasien juga mengeluh
kadang-kadang ia susah buang air besar dan kadang-kadang ia diare.
·
Lokalisasi dan sifatnya
Pasien mengatakan nyeri di daerah
abdomennya cenderung menetap.
·
Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan darah yang keluar bersama
feses sering keluar setiap kali pasien buang air besar. Nyeri yang dirasakan
pasien di daerah abdomen dirasakan secara tiba-tiba. Mual dan muntah cenderung
berkurang ( awal masuk rumah sakit frekuensi 3-4 kali / hari, saat pengkajiaan
muntah cenderung berkurang 2-3 kali / hari).
·
Lamanya keluhan
Klien mengatakan ada perubahan pada daerah
abdomennya yaitu lebih besar dari pada sebelumnya, ini terjadi pada 6 bulan
terakhir. Mual dan muntah sehabis makan dirasakan
sejak dirumah dengan frekuensi 4 kali sehari sejak 5 hari yang lalu. Terjadinya
pendarahan pada saat buang air besar yang bercampur dengan feses, sejak 10 hari
terakhir.
·
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat perut/abdomennya
nyeri klien hanya mengoleskan minyak kayu putih, dan meminun obat yang
diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien mengatakan, Saat klien mual muntah
hanya dikerik oleh istrinya. Klien mengatakan saat klien buang air besar dan di
fesesnya ada darah klien tidak melakukan apa-apa, karena klien tidak tidak tahu
apa yang harus klien lakukan.
·
Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
perut/abdomennya timbul secara tiba-tiba dan jika diukur dengan skala nyeri
klien mengatakan berada pada skala 5-6 (rentang respon nyeri 1-10). Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, lokalisasi nyeri di bagian kiri bawah abdomen
kuadran 4.
Diagnosa medik :
Suspect Kanker kolorektal : 30 Oktober 2012
Kanker kolorektal : 2 Nopember 2012
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
·
Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga
Makmur dengan keluhan yang sama selama 3 hari yang lalu. Klien mengatakan tidak
ada perubahan apapun, kemudian klien memutuskan untuk berobat ke rumah sakit M.
Yunus Bengkulu. Klien mengatakan pernah menderita peradangan usus sejak 10
bulan yang lalu.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
·
Klien
mengatakan ibunya memiliki riwayat kanker ovarium dan tidak ada keluarga yang
lainnya yang menderita kanker ovarium.selain itu, klien juga mengatakan tidak
ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti TB paru, Hepatitis,
HIV/AIDS.
4.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
·
Penampilan umum : Keadaan umum
klien lemah.
·
Kesadaran :
Composmentis
·
Klien tampak : Lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
·
TD :
90/60 mmHg
·
ND :
90 i/menit
·
RR : 27 i/menit
·
S :
36,3 c
3. Kulit
·
Inspeksi :
warna kulit gelap, tidak
terdapat uremik frost, lesi kulit tidak ada, pruritus tidak ada.
·
Palpasi :
suhu dingin, turgor
baik/elastis
4. Kepala/Rambut
·
Inspeksi :
terdapat sedikit uban,
bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk
kepala simetris.
·
Palpasi :
Tidak ada massa di
kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
·
Fungsi penglihatan : Baik
·
Pupil dan reflek cahaya : Normal
·
Konjungtiva : Anemis
·
Lensa/iris :
Tidak ada kekeruhan lensa
·
Odema palpebra : Tidak ada
6. Telinga
·
Fungsi pendengaran : Baik
·
Kebersihan : Bersih
·
Daun telinga : simetris Kiri dan kanan
·
Sekret :
Tidak ada
·
Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan
mastoid
7. Hidung dan Sinus
·
Inspeksi :
Bentuk simetris
·
Fungsi pennciuman : Baik
·
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
·
Kebersihan :
Bersih
·
Pendarahan :
Tidak ada pendarahan
·
Sekret :
tidak ada
8. Mulut dan Tenggorokan
·
Membran mukosa : kering
·
Kebersihan mulut : lidah
bersih, bentuk lidah simetris
·
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
·
Tanda radang : Tidak ada
·
Trismus :
Tidak ada trismus
·
Kesulitan menelan : Tidak
ada
9. Leher
·
Trakea :
Simetris
·
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
·
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
·
Gerakan leher : Normal
·
Kaku kuduk :
tidak ada kaku kuduk
10. Thorak dan paru
·
Inspeksi :
Dada simetris, RR : 27 X/
menit, menggunakan otot bantu pernapasan
·
Perkusi :
Resonan pada kedua paru
·
Palpasi :
Fremitus kiri=kanan,
Tidak ada nyeri tekan
·
Auskultasi :
Vesikuler
11. Abdomen
·
Inspeksi :
Ascites, lingkar perut 85
Cm, tampak benjolan.
·
Perkusi :
pekak di kuadaran 4
·
Palpasi :
Nyeri tekan Abdomen
·
Auskultasi :
bising usus 10 X / menit
12. Genetalia : sering berkemih
13. Neurologis
·
Status mental : Compos
mentis
·
Motorik :
Gerak terkoodinasi,
fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak ada.
BAB V
PENUTUP
5.I. Kesimpulan
Kanker usus besar (kanker kolon) lebih sering terjadi pada wanita,
kanker rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker
kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum pada saat
yang bersamaan.
kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Adapun tanda dan gejala dari ca colorectal ntara lain: Gejala ca
colorectal ini sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Oleh karena itu sangat penting kita mengetahui asuhan keperawatan
sehingga dapat mengurangi resiko dari masalah keperawatan yang muncul.
5.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan sebaiknya nantinya dalam
memberikan asuhan keperawatan juga harus memberikan pedidikan kesehatan, serta
dapat menganjurkan pasien untuk bergaya hidup sehat seperti makan makanan yang
bergizi dan teratur. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda
Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.s
Doenges
Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.
Jakarta: EGC
Engram, Barbara.
(1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price,A.Sylvia,dkk.2006.Patofisiologi(vol1).Jakarta:EGC
http://rachman-soleman.blogspot.com/2009/10/karsinoma-kolorectal-staging-and.html
No comments:
Post a Comment