Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

Askep KOLOREKTAL

BAB I
PENDAHULUAN 
      1.1  Latar Belakang
Kolon ( termasuk rectum ) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita ( Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat.
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut:
  • Asendens        : 25 %
  • Transversa       : 10 %
  • Desendens       : 15 %
  • Sigmoid           : 20 %
  • Rectum            : 30 %
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan ca kolorektal
.
1.2  Tujuan
Tujuan umum
ü  Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada penyakit kolorektal

Tujuan khusus
ü  Untuk mengetahui pengertian dari penyakit  kanker kolorektal
ü  Untuk mengetahui etiologi penyakit  kanker kolorektal
ü  Untuk mengetahui faktor risiko penyakit kanker kolorektal
ü  Untuk mengetahui woc dari penyakit kanker kolorektal
ü  Untuk mengaetahui manifestasi klinis penyakit kanker kolorektal
ü   Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker kolorektal
ü  Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosa penyakit kanker kolorektal
ü  Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan penyakit kanker kolorektal

1.3  Manfaat
ü  Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kelompok tentang penyakit kanker kolorektal
ü  Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan bagi semua pembaca tentang penyakit kanker kolorektal.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS


2.1 PENGERTIAN
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006).
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar ( Aliran depan feces ) yang meliputi faktor kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Etiologi lain :
·         Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
·         Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat.
·         Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
·         Lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
·         Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
·          Obesitas.
·         Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum.
2.3 FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang menyebabkan seseorang akan rentan terkena kanker kolorektal yaitu:
·         Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita diatas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahunpun dapat saja terkena. Sekitar 3 % kanker ini menyerang penderita pada usia dibawah 40 tahun.
·         Polyp kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar dan rektum. Sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
·         Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua, kakak, adik atau anak), maka risiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena tersebut terserang kanker ini pada usia muda.
·         Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat menyebabkan kanker ini adalah hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar tiga dari empat penderita cacat gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal, dimana usia yang tersering saat terdiagnosis adalah diatas usia 44 tahun.
·         Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Demikian pula wanita yang memiliki riwayat kanker indung telur, kanker rahim, kanker payudara memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker ini.
·         Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang menyebabkan inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu lama, akan meningkatkan risiko terserang kanker kolorektal.
·         Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat dan rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering minum alkohol, akan meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.
·         Merokok, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.
2.4 PATOFISIOLOGI
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian :
·         26 % pada caecum dan ascending colon
·         10 % pada transfersum colon
·         15 % pada desending colon
·         20 % pada sigmoid colon
·         30 % pada rectum
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk:
·         Kelenjar Adrenalin
·         Ginjal
·         Kulit
·         Tulang

2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak ( suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik ).
Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  • fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
  • Colok dubur.
  • Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah, sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum
  • Sigmoidoskopi atau kolonoskopi, dengan menggunakan teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor.
Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan .
2.8 PENATALAKSANAAN
·         Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor. Pendekatan laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah terbuka pada beberapa randomized trial. Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat digunakan pada pasien kolon kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar pada kolon atau pada pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal.Eksisi tumor yang berada pada kolon kanan harus mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika sebagaimana juga seluruh arteri ileokolika dan arteri kolika kanan.
Eksisi tumor pada hepatik flexure atau splenic flexure harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika.Permanen kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian bawah dan tengah harus dihindari dengan adanya tehnik pembedahan terbaru secara stapling.Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kanan biasanya ditangani dengan reseksi primer dan anastomosis. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat ditangani dengan dekompresi.Tumor yang menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis dan closure dari kolostomi.
·         Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker.
Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung beberapa menit.
Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor. Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh.
·         Adjuvant Kemoterapi
Kanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen kemoterapi.
Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau dengan kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut berhubungan dengan peningkatan survival ketika diberikan post operatif kepada pasien tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi dari kanker hingga 39%, menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.19
2.9KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
  • Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
  • Pembentukan abses
  • Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Perasaan lelah, nyeri abdomen atau rectal.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita penyakit kanker kolorektal menampakkan gejala nyeri abdomen, cepat leleh dan nyeri rektal
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya, seperti radang usus.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit kanker kolorektal pada anggota keluarga yang lain.

6. Data Dasar Pengkajian Pasien
  1. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :
  • Perdarahan pada rectal
  • Anemia
  • Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya ( tetapi bisa tidak banyak ) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.
Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :
  • teraba massa
  • pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
  • perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
    Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.
  1. Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien.
Orang-orang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti pedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.
  1. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (Tanaman lobak dan Gula bit ) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen ) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit

  1. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1)      Konstipasi b/d lesi obstruksi
2)      Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
3)      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia
4)      Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
5)      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Keletihan anemia.
6)       Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Konstipasi b/d lesi obstruksi

Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam, dsiharapkan pasien tidak mengalami konstipasi lagi

·   Konstipasi berkurang

·   Nyeri berkurang
Mandiri
·   Pertahankan eliminasi Frekuensi dan konsistensi defekasi. Dorong asupan harian sedikitnya 2 ltr cairan sampai dengan 8-10 gelas.
·  Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum 30 mnt sebelum sarapan,



·   Auskultasi bising usus











Kolaborasi
·       Berikan pelunak feses, supositurisesuai indikasi

·   Menurunkan resiko iritasi mukosa







·   cairan ini bertindak sebagai stimulus untuk pengeluaran feses.

·   Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek defresan dari efek anestesi, ileus paralitik, inflamasi intraperitoneal

·   Mungkin perlu untuk merangsang peristaltic dengan perlahan

2.
Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi

Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam, dsiharapkan kebutuhan cairan dapat dipenuhi secara adekuat
·   Mempertahankan hidrasi adekuat dengan membran mukosa lembab, TTV stabil TD: 120/80
RR: 16-24x/i, ND: 60-100x/I, S: 36,5-37,5oc
·      Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan

·      Batasi masukan makanan oral dan cairan untuk mencegah muntah.











·      Berikan antiemetik sesuai indikasi








·      Pasang selang nasogastrik untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen


·       Pasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap jam








·      Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit,.











·      Kaji status hidrasi.
·         Indicator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi, memberikan pedoman untuk penggantian cairan
·      Memberikan pasien makanan cairan sesuai kebtuhan, pemberian makanan dan cairan rterlalu banyak dapat memperberat kerja usus

















·      Pemberian cairan hangat yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan pasien secara adekuat
·      Haluaran kurang dari 30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapatdisesuaikan





·      terutama kadar serum untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal
·      penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, urine pekat, serta peningkatan berat jenis urine dilaporakan.
3.
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia

Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam, dsiharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
·  Nafsu makan betambah
·  Mual berkurang
·  Menunjukkan berat badan stabil atau meningkat sesuai dengan yang diharapkan
Mandiri
·   Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut. Mual atau muntah






·   Catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan







·   Kaji kebiasaan makan pasien











·   Berikan asupan nutrisi pasien dengan porsi sedang tapi sering








·   Berikan pasien makanan selingan












·   Atur diit pasien dengan makanan tinggi natrium

·      Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala gastrointestinal berat yang mempengaruhi pencernaan.
·      Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda  tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindiasikan pemberian tambahan glukortikoroid

·      Dengan mengkaji kebiasan makan pasien perawat dapat mengetahui seberapa besar masukan nutrisi pasien
·      Dengan mengatur makanan pasien dengan porsi sedang tapi sering, maka akan mengurangi rasa mual pada saat makan
·      Dengan memberikan makanan selingan agar ada variasi dalam menu makan pasien





·      Dengan memberikan makanan tinggi natrium maka kebutuhan natrium pasien akan terpenuhi.



BAB IV
TINJAUAN KASUS


4.1.            PENGKAJIAN DATA KLIEN

A.      Biodata pasien:
Nama                                             :     Tn. “Y”
Umur                                             :     52 Th
Suku/bangsa                                  :     Bengkulu/ Indonesia
Jenis kelamin                                 :     Laki-laki
Agama                                           :     Islam
Status                                            :     Nikah
Pendidikan                                    :     SMP
Pekerjaan                                       :     Swasta
Suku bangsa                                  :     Bengkulu / Indonesia
Alamat                                          :     Jl. Hibrida Raya No. 1
Tanggal masuk RS                        :     30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian                       :     1 Nopember 2012

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:
Nama                                             :     Ny “S”
Umur                                             :     49 Tahun
Jenis kelamin                                 :     Wanita
Pekerjaan                                       :     Ibu rumah tangga
Alamat                                          :     Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien                      :     Istri
Sumber informasi                          :     keluarga pasien, status, klien, perawat dan catatan perawat


4.2       RIWAYAT KESEHATAN
1)       Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya darah dalam feses.
Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya darah dalam feses, susah buang air besar, nyeri pada daerah abdomen, diare, badan terasa lemah.

2)     Riwayat kesehatan sekarang :
·         Faktor pencetus
pasien mengatakan tidak mengetahui awalnya mengapa fesesnya terdapat darah dan nyeri di daerah abdomen, tetapi pasien mengatakan mempunyai riwayat peradangan pada daerah rektal sejak 2 tahun yang lalu. Sejak 6 bulan terakhir ini jika ia sakit ia berobat ke mantri dan di beri obat berwarna putih kecil, yang dikonsumsinya secara rutin.
·         Sifat keluhan
Pasien mengatakan darah yang terdapat dalam feses ini keluar, saat ia buang air besar. Pasien juga mengeluh kadang-kadang ia susah buang air besar dan kadang-kadang ia diare.
·         Lokalisasi dan sifatnya
Pasien mengatakan nyeri di daerah abdomennya cenderung menetap.
·         Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan darah yang keluar bersama feses sering keluar setiap kali pasien buang air besar. Nyeri yang dirasakan pasien di daerah abdomen dirasakan secara tiba-tiba. Mual dan muntah cenderung berkurang ( awal masuk rumah sakit frekuensi 3-4 kali / hari, saat pengkajiaan muntah cenderung berkurang 2-3 kali / hari).
·         Lamanya keluhan
Klien mengatakan ada perubahan pada daerah abdomennya yaitu lebih besar dari pada sebelumnya, ini terjadi pada 6 bulan terakhir. Mual dan  muntah sehabis makan dirasakan sejak dirumah dengan frekuensi 4 kali sehari sejak 5 hari yang lalu. Terjadinya pendarahan pada saat buang air besar yang bercampur dengan feses, sejak 10 hari terakhir.



·         Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat perut/abdomennya nyeri klien hanya mengoleskan minyak kayu putih, dan meminun obat yang diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien mengatakan, Saat klien mual muntah hanya dikerik oleh istrinya. Klien mengatakan saat klien buang air besar dan di fesesnya ada darah klien tidak melakukan apa-apa, karena klien tidak tidak tahu apa yang harus klien lakukan.
·         Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada perut/abdomennya timbul secara tiba-tiba dan jika diukur dengan skala nyeri klien mengatakan berada pada skala 5-6 (rentang respon nyeri 1-10). Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, lokalisasi nyeri di bagian kiri bawah abdomen kuadran 4.

Diagnosa medik :
Suspect Kanker kolorektal            : 30 Oktober 2012
Kanker kolorektal                         : 2 Nopember 2012

3)   Riwayat Kesehatan Dahulu
·         Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan yang sama selama 3 hari yang lalu. Klien mengatakan tidak ada perubahan apapun, kemudian klien memutuskan untuk berobat ke rumah sakit M. Yunus Bengkulu. Klien mengatakan pernah menderita peradangan usus sejak 10 bulan yang lalu.
4)   Riwayat Kesehatan Keluarga
·         Klien mengatakan ibunya memiliki riwayat kanker ovarium dan tidak ada keluarga yang lainnya yang menderita kanker ovarium.selain itu, klien juga mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti TB paru, Hepatitis, HIV/AIDS.

4.3       PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
·         Penampilan umum : Keadaan umum klien lemah.
·         Kesadaran                : Composmentis
·         Klien tampak           : Lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
·         TD   : 90/60 mmHg
·         ND   : 90 i/menit
·         RR   : 27 i/menit
·         S       :  36,3 c
3. Kulit
·         Inspeksi       : warna kulit gelap, tidak terdapat uremik frost, lesi kulit tidak ada, pruritus tidak ada.
·         Palpasi         : suhu dingin, turgor baik/elastis
4. Kepala/Rambut
·         Inspeksi       : terdapat sedikit uban, bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kepala simetris.
·         Palpasi         : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
·         Fungsi penglihatan          : Baik
·         Pupil dan reflek cahaya  : Normal
·         Konjungtiva                     : Anemis
·         Lensa/iris                          : Tidak ada kekeruhan lensa
·         Odema palpebra              : Tidak ada
6. Telinga
·         Fungsi pendengaran       : Baik
·         Kebersihan                      : Bersih
·         Daun telinga                    : simetris Kiri dan kanan
·         Sekret                               : Tidak ada
·         Mastoid                            : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid

7. Hidung dan Sinus
·         Inspeksi                            : Bentuk simetris
·         Fungsi pennciuman         : Baik
·         Pembengkakan                : Tidak ada pembengkakan
·         Kebersihan                      : Bersih
·         Pendarahan                                 : Tidak ada pendarahan
·         Sekret                               : tidak ada
8. Mulut dan Tenggorokan
·         Membran mukosa           : kering
·         Kebersihan mulut           : lidah bersih, bentuk lidah simetris
·         Keadaaan gigi                  : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
·         Tanda radang                  : Tidak ada
·         Trismus                            : Tidak ada trismus
·         Kesulitan menelan           : Tidak ada
9. Leher
·         Trakea                              : Simetris
·         Kelenjar limfe                  : Ada pembesaran limfe
·         Kelenjar tiroid                 : Tidak ada pembesaran tiroid
·         Gerakan leher                 : Normal
·         Kaku kuduk                    : tidak ada kaku kuduk
10. Thorak dan paru
·         Inspeksi       : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
·         Perkusi        : Resonan pada kedua paru
·         Palpasi         : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
·         Auskultasi   : Vesikuler
11. Abdomen
·         Inspeksi       : Ascites, lingkar perut 85 Cm, tampak benjolan.
·         Perkusi        : pekak di kuadaran 4
·         Palpasi         : Nyeri tekan Abdomen
·         Auskultasi   : bising usus 10 X / menit
12. Genetalia           : sering berkemih
13. Neurologis
·         Status mental            : Compos mentis
·         Motorik                     : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak ada.
BAB V
PENUTUP

5.I. Kesimpulan
Kanker usus besar (kanker kolon) lebih sering terjadi pada wanita, kanker rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum pada saat yang bersamaan.
kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Adapun tanda dan gejala dari ca colorectal ntara lain: Gejala ca colorectal ini sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Oleh karena itu sangat penting kita mengetahui asuhan keperawatan sehingga dapat mengurangi resiko dari masalah keperawatan yang muncul.

5.2  Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan sebaiknya nantinya dalam memberikan asuhan keperawatan juga harus memberikan pedidikan kesehatan, serta dapat menganjurkan pasien untuk bergaya hidup sehat seperti makan makanan yang bergizi dan teratur. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.s
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price,A.Sylvia,dkk.2006.Patofisiologi(vol1).Jakarta:EGC
http://rachman-soleman.blogspot.com/2009/10/karsinoma-kolorectal-staging-and.html

No comments:

Post a Comment