Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

ASKEP TRAKEOSTOMI

BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar belakang
      Tindakan bedah ini memiliki reputasi yang panjang sampai baru-baru ini kurang baik. Me Clelland percaya terdapat 5 periode dalam perkembangan dan penerimaan tindakan trakeostomi yang dapat di lihat. Catatan trakeostomi yang paling awal terkubur dalam legenda. Buku suci agama hindu Rig Veda yang di tulis antara tahun 2000 dan 1000 SM menjelaskan satu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara bila rawan leher dipotong. Namun, para ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 1245 SM merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini. Tidak ada catatan bedah mengenai keberhasilan tindakan ini sebelum Brasalova (1500-1570) mengemukakan penanganan bedah yang berhasil pada angina ludwing pada tahun 1546. Pada era kedua, dari tahun 1546 hingga 1833, tindakan bedah seperti ini sangat di takuti, dan hanya 28 trakeostomi yang di laporkan berhasil selama 3 abad ini.

Trousseau dan Bretonnean mempopulerkan operasi ini di Perancis, mereka melakukannya untuk menangani kasus difteria dengan angka keberhasilan 25% (angka penyembuhan yang cukup tinggi pada saat itu ). Era trakeostomi yang ke 3 terangkat pada tahun 1921 saat Chevalier Jacson mengemukakan teknik-teknik modern dan menantang insisi kartilago krikoid/cincin trakea pertama. Saran ini, bila diikuti, mengurangi angka komplikasi yang tinggi akibat stenosis subglotis latrogenik. Selama masa ini, indikasi untuk trakeostomi hampir ekslusif merupakan sumbatan jalan nafas bagian atas.
Era keempat dimulai tahun 1932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan nafas dapat dilakukan pada kasus-kasus paralisis pernafasan yang sulit, khususnya poliomyelitis. Gallow juga ikut berperan dalam mengarahkan pemikiran dalam era ini, dengan melakukan trakeostomi untuk indikasi seperti cedera kepala, cedera dada yang berat, intoksikasi barbiturate, dan control jalan nafas pasca bedah. Era ini merupakan masa-masa yang penuh rasa antusias. Selama tahun-tahun ini, lahirlah ungkapan-ungkapan jika anda mempertimbangkan trakeostomi, pepatah ini masih diikuti oleh sebagian dokter untuk menghindari trakeostomi pada saat kritis.
Sejak awal 1960-an, kecenderungan melakukan trakeostomi guna memintas sumbatan dan mengatasi akumulasi secret/kegagalan, ventilasi mulai muncul ke permukaan. Intubasi endotrakea telah menjadi lebih kompotitif, dimana perawatannya dapat lebih baik termasuk penghisapan trakea yang sering, serta pemakaian udara lembab dan tuba baru yang di buat dari plastik guna mengurangi pembentukan keropeng, dengan demikian tidak lagi memerlukan penggantian tuba yang sering. Kecepatan, intubasi dan kemudahan ekstubasi serta dapat dihindarkannya komplikasi trakeostomi membuat teknik ini menarik.
Intubasi yang lama menimbulkan beberapa komplikasi dengan angka kesakitan dan bahkan kematian bermakna. Antara lain sinusitis akut, destruksi hidung, mukosa dan kartilago, otitis media serosa, dan gangguan laring dan subglotis. Gangguan laring dapat lebih sukar di atasi dibandingkan stenosis trakea akibat trakeostomi karena laring merupakan organ berotot fungsional dan bukan hanya suatu tuba berongga untuk menghantarkan udara. Rekonstruksi laring mungkin sukar dan rehabilitasi terkadang tidak memuaskan.
Saat ini, diberbagai pusat, intubasi dilakukan pada kasus-kasus darurat/jika tuba dianggap dapat dilepaskan dalam 1 minggu. Setelah 72 jam, bila tuba masih diperlukan, barulah dilakukan trakeostomi. Telah terjadi sedikit komplikasi pada daerah laring dan subglotis bilamana menjalankan protocol ini. Namun intubasi dewasa yang lama jelas meningkatkan resiko dan keparahan komplikasi.
Pada anak dan bayi, intubasi yang lebih lama, ternyata cukup berhasil. Tuba dapat dipertahankan untuk waktu yang lebih lama hingga 6 hari, seperti yang diperlihatkan penelitian klinis. Bayi dapat ditangani untuk waktu yang lebih lama, oleh karena akan lebih sulit melakukan dan merawat trakeostomi pada kelompok usia ini. Bahkan pada neonates, intubasi hingga lebih dari 6 bulan telah dilaporkan berhasil. Namun adakalanya terjadi komplikasi laring setelah intubasi yang lama pada anak.   

 1.2 Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan trakeotomi dan trakeostomi
1.2.2    Tujuan Khusus           
1.      Untuk mengetahui konsep dasar teoritis tentang trakeotomi dan trakeostomi
2.      Untuk megetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan trakeotomi dan trakeostomi, yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, dan intervensi
3.      Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan trakeotomi dan trakeostomi yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi
1.3       Manfaat penelitiaan
A.    Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan trakeotomi dan trakeostomi
B.     Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan pada klien dengan trakeotomi dan trakeostomi
BAB II
                                          TINJAUAN PUSTAKA
                                                                                                        
2.1. Konsep Dasar Trakheostomi dan Trakheotomi
2.1.1. Pengertian
Trakheostomi adalah operasi pembuatan suatu lubang di trakea. Ketika selang indwelling dimasukkan ke dalam trakea maka istilah trakeotomi digunakan. Trakheostomi dapat menetap atau permanen. Trakheostomi dilakukan untuk meminta suatu obstruksi jalan nafas atas, untuk membuang sekresi trakeo bronchial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau paralise( dengan menutup trakea dari esophagus ), dan untuk mengganti selang endotrakeal. Ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat trakheostomi di perlukan.
Trakheotomi adalah suatu prosedur pengirisan trakea.(irman sumantri,2008)
Trakeotomy adalah prosedur pembedahan di mana pembukaan ke trakea dibuat di leher tepat di bawah laring untuk memfasilitasi bernapas.
Tracheotomy berarti "untuk membagi (memotong), trakea (batang tenggorok). Karena itu nama yang benar dari operasi aktual. Lubang dibuat disebut trakeostomi, Namun, kata stoma, pembukaan.
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.1,2,3(adams, 1997)
Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea (buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 volume 1 ).
Trakheostomi adalah operasi pembuatan suatu lubang ditrakea.(irman sumantri,2008)

2.1.2. Anatomi trachea
Trakhea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.

2.1.3 Fungsi
Fungsi dari trkhesotomi antaralain:
1.      Menegurangi  jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100ml.
2.      Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengaibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif
3.      Proteksi terhadap aspirasi
4.      Memunginkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
5.      Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
6.      Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
2.1.4 Indikasi
1.      Obstruksi laring
a.       Karena radang akut, misalnya pada laringitis akut, laringitis difterika, laringitis  membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
b.      Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise nerus Rekurens


2.       Obstruksi di atas laring
a.       Retrofa ringeal abses, terutama pada anak-anak
b.      Perdarahan diatas laring sehingga menghambat jalan nafas
c.       Paralise otot menelan, sehingga sekret terkumpul dan tidak dapat ditelan
d.      Tumor dan trauma laring
3.      Penimbunan sekret disaluran pernafasan
Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat, cerebro vascular disease ( CVD ), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring.
4.      Rencana melakukan operasi didaerah laring dan radioterapi
Jika dikuatirkan komplikasinya adalah edema laring

2.1.5  jenis tindakan Trakeostom
1.      Surgical trakesotomi
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan didala ruang operasi. Insisi diuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2.      Percutaneous trakeostomi
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu, dua, tiga. Karena lubang yang dibuat kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian infeksi juga jauh lebih kecil
2.1.6 Prosedur trakeostomi
Prosedur trakheostomi biasanya dilakukan di ruang operasi atau di unit perawatan intensif, dimana ventilasi pasien dapat di control dengan baik dan teknik aseptic yang optimal dapat di pertahankan. Suatu lubang di buat pada cincin trakea kedua dan ketiga. Setalah trakea terpajan selang trakheostomi balon dengan ukuran yang sesuai di masukkan. Cuff trakheostomi adalah perlekatan yang dapat mengembang pada trakheostomi yang di rancang untuk menyumbat ruang antara dinding trakea dengan selang untuk memungkinkan ventilasi mekanis yang efektif. Selang trakheostomi di pasang di tempatnya dengan plaster pengencang mengelilingi leher pasien. Biasanya, kassa segiempat steril di letakkan di antara selang dan kulit untuk menyerap drainase dan mencegah infeksi .


A.jenis-jenis pipa Trakeostomi
1.      Cuffed tubes: selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil resiko timbulnya aspirasi.
2.      Uncuffed tubes : digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai resiko aspirasi.
3.      Trakesotomi dua cabang ( dengan kanul dalam ): dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapa dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4.      Silver negus tubes : Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakesotomi jngka panjang.
5.      Fenestrated tubes : alat trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka disebelah pasteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya.
Balat-alat trakesotomi
      Alat yang diperlukan untuk melakukan trakesotomi adalah semprot yang bersisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea sesuai dengan ukuran.

2.1.7        Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantal kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi yang seperti  ini leher akan lurus dan trakea akan terletak digaris median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptic dan antiseptic dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan dipertengaahaan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan dapat vertika digaris tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fossa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahaan jarak antara kartilago krikoid dengan fossa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan dibawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan dibawahnya dibuka tepat ditengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismut tiroid yang ditemukan ditarik keatas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismut tiroid di klem pada dua tempat dan dipotong di tengah nya. Sebelum klem dilepskan ismut tiroid diikat kedua tepinya dan disisikan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membrane antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ketiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi denga tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi harus diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek, agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.


2.1.8        Pedoman Pengisapan Trakeostomi
Peralatan
·         Kateter penghisap
·         Sarung  tangan
·         Goggles untuk pelindung mata
·         Spuit 5 -10 ml
·         Normal salin steril yang dituangkan kedalam cangkir untuk irigasi
·         Bag yang dapat mengembang sendiri milik pasien ( resuscitator tangan ) dengan oksigen suplemntal ( kantung diganti setiap hari untuk mengurangi kemungkinan infeksi )
·         Mesin penghisap ( suction )
Prosedur
·         Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan selama penghisapan, karena pasien mungkin gelisah berkenaan dengan tersendak dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi
·         Mulai dengan mencuci tangan secara menyeluruh
·         Hidupkan sumber mesin menghisap ( tekanan tidak boleh melebihi 120 mmHg).
·         Buka kit kateter penghisap
·         Isi basin dengan normal salin steril
·         Ventilasi pasien dengan bak resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi
·         Kenakan sarung tangan pada tangan yang dominan
·         Ambil kateter penghisap dengan tangan yang mengenakan  sarung tangan dan hubungkan ke penghisap
·         Hiperinflasi atau hiperoksigenaksikan paru-paru pasien selama beberapa kali nafas dalam dengan kantung yang dapat mengembang sendiri
·         Masukkan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa memberikan isapan, cukup untuk menstimulasi reflex batuk
·         Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat ( tidak lebih dari 10 detik – 15 detik, karena pasien dapat menjadi hipoksik dan mengalami  distrikmia, yang dapat mengarah kepada henti jantung)
·         Reoksigenasikan dan inflasikan paru-paru pasien selama beberapa kali nafas
·         Masukkan 3-5 ml normal salin kedalam jalan nafas hanya jika reflex batuk tertekan
·         Ulangi 4 langkah sebelumnya smapai jalan nafas bersih
·         Bilas kateter dalam basin degan normal salin steril antara tindakan penghispan bila perlu
·         Hisap kavitas ororfaring setelah menyelesaikan penghisapan tracheal
·         Bilas selang penghisap
·         Buang kateter, sarung tangan, dan basin

2.10   Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fungsi : menentukan kemampuan paru untuk pertukaran gas karbondioksida  dan termasuk tetapi tidak terbatas padahal berikut ini:
1.      GDA: mengkaji status oksigenisasi dan ventilasi dan keseimbangan asam basah.
2.      Kapasitas vital :menurun pada keterbatasan dada atu kondisi paru,normal atau meningkat pada PPOM: normal atau menurun pada penyakit neuromuscular (Guillain –barre ),menurun pada kondisi keterbatasan  gerak torax (kifaskoliosis).
3.      Kapasitas pital kuat (FVC) :diukur dengan spiorometri) menurun pada kondisi restriktif .
4.      Volume tidal (VT) : dapat menurun pada proses restriktif atu obstruktif membantu menentukan apakah pasien dapat bernafas.
5.      Inspirasi negative kuat (NIF) : dapat mempengaruhi kapasitas vital untuk membantu menentukan apakah pasien dapat bernafas.
6.      Ventilasi menit : mengukur volume untuk inhalasi dalam satu menit pernafasan normal.
7.      Tekanan inspirasi(Pimax) : mengukur regangan oto pernafasan.
8.      Volume ekspirasi kuat (FEV) : biasanya menurun pada PPOM.
9.      Sinar X dada : mengawasi perbaikan atau kemajuan kondisi atau komplikasi

Pemeriksaan penunjang:
 Secera setelah trakeostomi dilakukan:3
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi
            Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkduAminggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.1,3
2.1.9        Perawatan pasca trakeostomi
Setelah trakeostomi dilakukan :                                                            
A.     Rontgen dada untuk menentukan posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
B.     Antibiotic untuk menurunkan resiko timbulnya infeksi.
C.     Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

2.1.11        Komplikasi
1.      Pendarahan
Pendarahan mungkin terjadi sewaktu operasi, tetapi lebih sering terjadi beberapa hal sesudah tindakan trakheostomi. Oleh karena itu, ketika melakukan trakeostomi sebaiknya pendarahan di cari dan pembuluh darah diikat terutama di sekitar kelenjar tiroid.
2.      Emfisema
Dapat terjadi di subkutis atau mediastinum. Emfisema subkutis terjadi karena luka insisi kulit dijahit terlalu rapat pada kanula, sedangkan stoma terlalu lebar. Emfisema dapat juga terjadi kalau kanula trakea yang di pakai terlalu kecil dibandingkan dengan stoma trakea yang di buat.
3.      Pneumotoraks
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada anak-anak, sebab pleura pada anak terlalu tinggi di leher sehingga mudah terjadi kerusakan. Penderita yang telah ditrakheostomi sebaiknya dibuat foto rontgen toraks dan bila sampai adanya pneumotoraks segera pasang water sealed drainage (WSD).
4.      Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi, terutama pada anak-anak. Hal ini disebabkan pengisapan lender penderita melalui stoma trakea kurang memenuhi syarat sepsis.
5.      Stenosis trakea
Stenosis trakea mungkin disebabkan karena terbentuknya jaringan granulasi atau keloid disekitar stoma. Stenosis trakea oleh jaringan granulasi sering terjadi bila trakheostomi dilakukan pada cincin trakea II. Keloid akan terbentuk di sekitar stroma, apabila luka insisi mengalami peradangan, sehingga luka tidak sembuh per-primum.
6.      Fistula trakeo-esofagus
Bila trakea di potong tepat pada waktu penderita batuk, maka mungkin sekali dinding anterior esophagus teriris. Oleh krena itu, sebaiknya insisi trakea dilakukan pada waktu penderita melakukan inspirasi. Agar dinding anterior dan dinding posterior trakea(yang merupakan dinding anterior esofagus) tidak beredekatan, maka cincin trakea III dikaitkan dengan penakulum.
7.      Kematian mendadak
            Apnea, hipertensi dan aritma jantung merupakan komplikasi yang menyebabkan kematian pada saat dilakukan trakheostomi. Pada penderita dengan penyumbatan saluran pernafasan kronis, konsentrasi karbondioksida yang tinggi dalam darah mengurangi kepekaan pusat pernafasan terhadap rangsang karbondioksida. Pernafasan tergantung keberadaan oksigen. Keadaan kurangnya oksigen dihilangkan dengan trakheostomi, sehingga rangsang nafas berkurang. Apabila pada obstruksi yang kronis itu, tiba-tiba diberikan oksigen denga dosis yang terlalu tinggi, maka penderita akan menjadi apnea

 Proses Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Trakheotomi Dan Trakeostomi
2.2.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
  Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi : nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
          Nyeri, dispnea, batuk.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
         Klien dengan traetomi dan trakeostomi menampakkan gejala: sesak napas, kesulitan bernapas, batuk, nyeri. Riwayat bedah atau trauma.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu      
 Pada tindakan trakeotomi dan trakeostomi yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: obstruksi jalan napas, anginaludwig
5. riwayat kesehatan keluarga
           Tidak ada riwayat pada anggota keluarga yang lain dengan tindakan trakeotomi dan trakeostomi.
6. data dasar pengkajian pasien
          Pengumpulan data tergantung pada patofisiologi dan/atau alasan untuk dukungan bantuan ventilasi (trakeostomi) misalnya: gagal pernapasan akut (GPA).
    1. Aktivitas/istirahat
       Gejala : dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas
   2. Sirkulasi
      Tanda : takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apical berpindah oleh adanya penyimpangan medaistinal. TD hiper/hipotensi.
   3. Makanan/cairan
      Gejala : anorexia (mungkin karena bau sputum)
Tanda : pemasangan IV line,
   4. Nyeri/kenyamanan
      Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateral meningkat karena batuk atau bernafas
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah
   5. Pernafasan
      Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada.
Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaan ventilasi mekanik (trakeostomi), secret pada selang trakeostomi
   6. Hygiene
      Tanda : kemerahan area luka trakeostomi
   7. Interaksi social
      Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distress pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1). Pola pernafasan tak efektif/ventilasi spontan, ketidakmampuan untuk meneruskan. Berhubungan dengan Depresi pusat pernafasan, paralisis otot pernafasan.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif Berhubungan dengan
Benda asing (jalan nafas buatan) pada trachea, ketidakmampuan batuk efektif.
3). Komunikasi verbal, kerusakan. Berhubungan dengan
Hambatan fisik, contoh selang trakeostomi, paralisis neuromuscular.
4). Nyeri akut berhubungan dengan pemasangan selang trakheostomi dan Insisi pembedahan.

2.2. NCP( Nursing Care Planning)
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional

1
Pola pernafasan tak efektif/ventilasi spontan, ketidakmampuan untuk meneruskan. Dapat dihubungkan dengan :
Depresi pusat pernafasan, paralisis otot pernafasan.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24jam, diharapkan pola napas kembali efektif.
-pucat tidak ada
-pola napas efektif.
-frekuensi napas normal.
-sianosis tidak ada
-TTV: DBN
TD: 120/80 mmHg
N: 60-100x/i
RR: 16-24x/i
Mandiri:
-          ­­Selidiki etiologi gagal pernafasan




- Observasi pola nafas. Catat frekuensi , jarak antara pernafasan spontan dan nafas ventilator

-Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila memungkinkan




-Periksa selang trakeostomi terhadap obstruksi, misal terlipat



-Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke dalam wadah

-Bantu pasien dalam control pernafasan di samping tempat tidur dan ventilasi manual kapanpun diindikasikan.






-penting untuk perawatan, contoh keputusan tentang kemampuan pasien yang akan datang dan dukungan tepat ventilator
-pasien dengan ventilator dapat mengalami hiperventilasi/ hipoventilasi.

-peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur sementara masih pada ventilator secara fisik dan psikologik menguntungkan.

-lipatan selang mencegah pengiriman volume adekuat dan meningkatkan tekanan jalan nafas.
-air mencegah distribusi gas dan pencetus pertumbuhan bakteri.
-melatih pasien nafas lambat, lebih dalam, praktik nafas abdomen, member posisi yang nyaman dan penggunaan teknik relaksasi dapat membantu memaksimalkan fungsi pernafasan.


2
Bersihan jalan nafas tidak efektif. Dapat dihubungkan dengan
Benda asing (jalan nafas buatan) pada trachea, ketidakmampuan batuk efektif.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24jam,diharapkan jalan napas kembali efektif.
-Napas normal
-batuk efektif
-bunyi napas bersih
-dispnea tidak ada
-sekret pada selang trakeostomi tidak ada
-sianosis tidak ada
-TTV: DBN
TD: 120/80 mmHg
N: 60-100x/i
RR: 16-24x/i
-Mandiri
- Kaji kepatenan jalan nafas








- Evaluasi gerakan dada dan asukultasi bunyi nafas bilateral





- Awasi letak selang endotrakeal. Catat tanda garis bibir dan bandingkan dengan letak yang diinginkan. Amankan selang dengan hati-hati dengan plester atau penahan selang.


- Catat batuk berlebihan, peningkatan dispnu,secret terlihat pada selang endotrakeal/trakeostomi, peningkatan ronkhi.



-Lakukan suctioning sesuai kebutuhan, batasi penghisapan 15 detik atau kurang. Pilih kateter yang tepat, isikan cairan garam faal steril, bila diindikasikan. Hiperventilasi dengan kantung sebelum penghisapan, gunakan oksigen 100% bila ada.











- Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan contoh menekan, nafas pada waktunya dan batuk segi empat sesuai indikasi.

-Ubah posisi/berikan cairan dalam kemampuan individu


-Dorong/berikan cairan dalam kemampuan pasien

Kolaborasi:
-Berikan fisioterapi dada sesuai indikasi,misal postural drainage, perkusi


-Berikan bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi, misal aminophilin,idiotharine hidroklorida

-Bantu bronkoskopi serat optic bila diindikasikan.


-obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret, perlengketan mukosa, perdarahan, spasme bronkus dan atau masalah dengan posisi trakeostomi/selang endotrakeal.

-gerakan dada simetris dengan bunyi nafas melalui area paru menunjukkan letak selang tepat/tak menutup jalan nafas.

-selang endotrakeal dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga menghambat aliran udara ke paru kiri dan pasien beresiko untuk pneumotorax tegangan.

-pasien intubasi biasanya mengalami reflex batuk tak efektif atau pasien dapat mengalami gangguan neuromuscular atau neurosensori

- penghisapan tidak harus rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia. Kateter penghisap diameternya harus kurang dari 50% diameter dalam trakeostomi untuk mencegah hipoksia. Hiperventilasi dengan kantung atau nafas panjang ventilator pada oksigen 100% mungkin diinginkan untuk menurunkan atelektasis dan untuk menurunkan hipoksia tiba-tiba.
- meningkatkan keefektifan upaya batuk dan pembersihan secret.



- meningkatkan drainage sekret dan ventilasi pada semua segmen paru, menurunkan resiko atelektasis.

-membantu mengencerkan secret, meningkatkan pengeluaran.
-meningkatkan ventilasi pada semua degmen paru dan alat drainage secret.

- meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot halus/spasme bronkus.
-dapat dilakukan untuk membuang secret/perlengketan mukosa.
3
Komunikasi verbal, kerusakan. Dapat dihubungkan dengan :
Hambatan fisik, contoh selang trakeostomi, paralisis neuromuscular.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan komunikasi kebutuhan dapat dipahami
-Klien tampak tenang
-Tidak ada pembengkakan pada laring
-Berat badan pasien berangsur normal
Mandiri
- Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi dengan pilihan arti







- Buat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan pertanyaan ya/tidak, berikan magic slate, kertas/pensil. Gambar/alphabet, gunakan tanda bahasa yang tepat, validasi arti upaya komunikasi.

-Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan, yakinkan pasien sadar dan secara fisik mempu menggunakannya.

- Letakkan catatan pada pusat pemanggil informasi staf bahwa pasien tidak mampu bicara.



- Dorong keluarga terdekat bicara dengan pasien, berikan informasi tentang keluarga dan kejadian sehari-hari.


-alasan untuk dukungan ventilator jangkan panjang bermacam-macam ; pasien dapat sadar dan beradaptasi pada penulisan. Metode komunikasi dengan pasien sangat individual.
-kontak mata menjamin minat komunikasi pasien bila pasien mampu untuk menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau nyaman melakukan gerak tubuh.

-lebih mampu untuk rileks, merasa aman.



-menyadarkan semua staf untuk berespons pada pasien di tempat tidur sebagai ganti melalui intercom.

-orang terdekat dapat sadar diri dalam perbincangan satu arah, tetapi pengetahuan bahwa ia mampu membantu pasien untuk meningkatkan kontak dengan realita sehingga memungkinkan pasien manjadi bagian dari keluarga dapat menurunkan perasaan kaku.





TINJAUAN KASUS
Format Pengkajian
  1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama                           : Tn. R.                        No Register : 01.180.630
Umur                           : 37 tahun
Suku/bangsa                : Serawai
Status Perkawinan      : kawin
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                                    : Timur Indah 3
Tanggal masuk RS      : 1 mei 2012
Tanggal Pengkajian     : 1 mei 2012
Catatan kedatangan    : Kursi roda (  ), Ambulan (√ ), Brankar (   )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur                : Ny. Q / 32                       No telepon : (0736)22011
Pendidikan                  : D3
Pekerjaan                     : PNS
Alamat                                    : Timur Indah 3
Sumber Informasi       : Pasien dan keluarga

2.                  Riwayat Kesehatan Keperawatan

  1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rs
Tn R (37 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu via IGD  pada tanggal 20 mei 2011, jam  11.20 wib dengan keluhan nyeri, batuk, sesak napas.
  1. Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
-faktor pencetus : klien mengatakan sesakk napas didahului oleh stridor ekspirasi seminggu sebelum masuk rumah sakit.
- sifat keluhan : klien mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus-menerus dan bertambah dengan aktivitas.
- berat ringannya keluhan : klien mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
- lamanya keluhan : klien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit saat merasakan keluhan.
- upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : klien mengatakan upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat.
- keluhan saat pengkajian : klien juga mengatakan kesulitan bernapas, kesulitan menelan, dan sulit untuk berkomunikasi.
  1. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
- Klien mengatakan tidak ada riwayat obstruksi pada jalan napas.
  1. Riwayat kesehatan keluarga (RKK)
a.       Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit obstruksi saluran napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya.
     3.   Pola Fungsi Kesehatan
a)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-          persepsi terhadap penyakit :
klien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
-          tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berhenti): tidak ada.
-          Alergi (obat-obatan, makanan, dll) : pasien tidak ada alergi.
b)      Pola nutrisi dan metabolisme
-          diet/suplemen khusus : tidak ada.
-          Instruksi diet sebelumnya : -
-          Nafsu makan ( normal, meningkat, menurun): menurun karena klien hanya menghabiskan ½ porsi.
-          Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis: klien mual muntah.
-          Fluktasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun):  BB pasien menurun sebanyak 2 kg (60 kg menjadi 58 kg)
-          Kesulitan menelan (disfagia): ada
-          Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu : lengkap.
-          Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam, keringat, keringat berlebihan, penyembuhan abnormal) : tidak ada.
-          Jumlah minimum /24 jam dan jenis (kehausan yang sangat) : tidak ada.
-          Frekuensi makan : normal (3x sehari).
-          Jenis makanan : karbohidrat, protein.
-          Pantangan/alergi : tidak ada.
-          Lain-lain : -
c)      Pola eliminasi
Buang air besar (BAB):
-           frekuensi : 1x 2 sehari                                                 waktu : pagi
-           Warna : kuning                                                            konsistensi : lembek
-           Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : tidak ada.
Buang Air Kecil (BAK)
-           Frekuensi : 2x sehari                                       warna : kuning
-           Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia) : tidak ada.
-           Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal) : kateter intermitten
-           Lain-lain : -

d)     Pola aktivitas dan latihan

0 ═ Mandiri                                   3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu                  4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas
0
1
2
3
4
Makan/minum




Mandi




Berpakaian/berdandan




Toileting




Mobilisasi di tempat tidur




Berpindah




Berjalan




Menaiki tangga




Berbelanja




Memasak




Pemeliharaan rumah





-          Alat bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot
555         555
-          Kekuatan otot : 555    555

-          Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak.
-          Keluhan saat beraktivitas : nyeri pada batang tenggorokan ketika pasien melakukan aktvitas seperti : bergerak.
-          Lain-lain :
e). Pola istirahat dan tidur.
- Lama tidur : 7 jam/ malam Tidur siang : 2 jam                     Tidur sore : -
- Waktu : 21.00 Wib
- Kebiasaan menjelang tidur : -
- Masalah tidur ( insomnia, terbangun dini, mimpi buruk) : Insomnia
- Lain-lain ( merasa segar / tidak setelah bangun ) : merasa segar.
f).  Pola kognitif dan persepsi.
- Status mental ( sadar /tidak, orientasi baik/tidak) : sadar
- Bicara : Normal ( ), tak jelas ( ), gagap ( ),aphasia ekspresif (√).
- Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak (√).
- Kemampuan memahami : ya(√), tidak ( )
- Pendengaran : DBN (√), tuli ( ) kanan/kiri, tinitas ( ), alat bantu dengar ( ).
- Tingkat ansietas : Ringan( ) Berat( ). Sedang ( ), Berat( ).
- Penglihatan ( DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
- Vertigo : tidak ada.
- Ketidaknyamanan / Nyeri ( akut/ kronis) : klien mengalami nyeri akut pada daerah batang tenggorokan.
- Penatalaksanaan Nyeri : pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri.
- Lain- lain : -
g). Persepsi diri dan konsep diri.
- perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : kilen merasa malu dengan tindakan trakeotomi dan trakeostomi.
- Lain – lain : -
h). Pola peran hubungan.
- Pekerjaan : selama sakit pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya.
- Sistem pendukung : pasangan (√), tetangga/ teman ( ), tidak ada( ), keluarga serumah (√), keluar serumah (√), keluarga tinggal berjauhan.
- Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : tidak ada.
- Kegiatan sosial : sejak adanya tindakan trakeotomi dan trakeostomi pasien tidak pernah melakukan kegiatan sosial.
- Lain- lain : -
i). Pola seksual dan Reproduksi.
j). Pola koping dan toleransi stres.
- perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit ( finansial, perawatan diri sendiri) : pasien tidak mengalami kesulitan mengenai biaya, perawatan RS.
- Kehilangan / perubahan yang besar di masa lalu: tidak ada.
- Keadaan emosi dalam sehari-hari( santai / tegang) : santai.
- Lain-lain : -
k). Keyakinan agama dalam kehidupan
- Agama : pasien beragama Islam.


4.  Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan Umum : klien tampak kesulitan bernafas, klien tampak kesulitan menelan, lemah.
-penampilan umum : penampilan umum baik, gaya berjalan tidak terkoordinasi, bicara tidak jelas.
- Kesadaran : komposmentis.
- Klien tampak  sehat/ sakit/ sakit berat : klien tampak sehat.
- BB : 58 kg (turun 2kg dari 60 kg menjadi 58kg).
- TB : 160 cm.

b. TTV :
-TD : 120/80 mmHg.
-N :110 x/i
-RR : 32 x/i
S : 37,5 C

c. kulit.
- warna kulit ( sianosis, ikterus, pucat, eritema, dll): tidak pucat.
-kelembapan : lembab.
- Turgor Kulit : elastis.
- Ada / tidaknya oedema : oedema tidak ada.

d. Kepala / rambut.
- Inspeksi : kepala simetris, warna rambut hitam, distribusi rambut merata, bersih dan tidak berketombe..
- Palpasi : Tekstur halus dan lembut, tidak berminyak dan tidak kering, :   tidak ada benjolan atau massa.

e. Mata :
- fungsi penglihatan : baik. Palpebra : terbuka
- Ukuran pupil : 2 mm          Isokor.
-konjungtiva : tidak anemis.
-Lensi / iris : warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa.
-Oedema palpebra : tidak ada oedema palpebra.

f. Telinga : DBN

g. Hidung dan sinus.

- inspeksi : bentuk simetris, tidak ada deformitas.
- pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada perdarahan : tidaak ada
- kebersihan :  bersih                                       Sekret : tidak ada

h. Mulut dan tenggorok.
- Membran mukosa : kering dan pucat kebersihan mulut : bersih.
- Keadaan gigi : gigi lengkap, caries dentis tidak ada.
- Tanda radang : tidak ada.
- Trismus : adanya kesulitan membuka mulut.
- kesulitan menelan : Disfagia ada.

i. Leher.
- Trakea ( simetris / tidak) : tidak simetris.
-karotid bruit :
- JVP :
- kelenjar limfe :
-Kelenjar tiroid :
- kaku kuduk :

j. thorak/ paru
- inspeksi : dada simetris, RR : 32 x/i, penggunaan otot bantu pernapasan     ada, retraksi dinding dada tidak ada.
- palpasi : Fremitus ka = ki, ekspansi paru simetris.
-Perkusi : Resonan pada kedua lapang paru
-Auskultasi : bunyi nafas stridor ( +)



2  ANALISA DATA.
Nama Klien : Tn. R      
Ruang rawat : Melati , RSUD M.Yunus bengkulu.
Diagnosa medik : Trakeotomi dan trakeostomi.
No.
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.
DS:
-klien mengatakan sesak napas.
-klien mengatakan kesulitan bernapas.
DO :
-klien tampak mengangkat bahu pada saat inspirasi
- Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
-klien tampak bernapas dengan cuping hidung.
TTV:
- TD : 120/ 80 mmHg
N : 110 x/i
RR : 32 x/i

Depresi pusat pernapasan, paralisis otot pernapasan.
Pola napas tak efektif
2.
DS:
-klien mengatakan ada dahak terasa lengket ditenggorokan.
-klien mengatakan batuk.
-klien mengatakan sesak napas.
-klien mengatakan kesulitan bernafas.
DO:
-klien tampak kesulitan mengeluarkan sputum
- Pernafasan dangkal
-          Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
-          Perkusi paru redup
-          Premetus menurun pada kedua paru

TTV:
- TD : 120/ 80 mmHg
N : 110 x/i
RR : 32 x/i
-          Takipnea ( +)
-          Dispnea ( +)
-          Klien tampak kesulitan bernapas.
Benda asing (jalan napas buatan ) pada trakea, ketidakmampuan batuk efektif.
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
3.
DS:
-Klien mengatakan kesulitan berbicara.
-Klien mengatakan kesulitan menelan.
DO :
-          klien tampak mukosa bibir kering.
-          Klien tampak kesulitan dalam menelan.
-          Ekspresi wajah relaksasi ketika berkomunikasi dengan cara menggunakan tulisan atau alat bantu.
TTV:
- TD : 120/ 80 mmHg
N : 110 x/i
RR : 32 x/i

Hambatan fisik,contoh selang trakeostomi, paralis neuromuskular.
Kerusakan komunikasi verbal.


    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas: sekret berlebihan
·                     Intervensi:
·                     Observasi keadaan umum pasien
·                     Observasi tanda-tanda vital
·                     Anjurkan pasien menciftakan ruangan yang nyaman dengan ventilasi yang cukup
·                     Bersihkan secret di jalan nafas dengan menggunakan suction
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
·                     Intervensi:
·                     Anjurkan pada keluarga pasien untuk mengatur posisi senyaman mungkin   sebelum tidur
·                     Ajarkan pasien teknik relaksasi tarik nafas dalam
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme Sregulasi/pengaturan
·                     Intervensi:
·                     Menganjurkan pasien banyak mengkonsumsi buah- buahan yang banyak mengandung air
·                     Kolaborasi  pemberian cairan parenteral dengan infus
·                     Menganjurkan pasien unutk minum air putih kurang lebih  8-12 gelas perhari
Resiko infeksi dengan faktor resiko tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer (kulit tidakutuh, trauma , mandi, berpakaian dan toileting b.d kelemahan
·                     Anjurkan pasien melakukan pergerakan secara bertahap
·                     Lakualan rom pasif / aktif untuk mengurangi tingkat cidera pada kulit
  
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn. R (37th)
Ruang rawat : Melati, RSUD M.Yunus Bengkulu
Diagnosa Medik : Trakeotomi damn Trakeostomi.
No.
Hari/ tanggal
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
1
Senin/8 Mei 2012
Pola napas tidak efektif/ventilasi spontan, ketidakmampuan untuk meneruskan berhubungan dengan depresi pusat pernapasan dan paralisis otot pernapasan.



Jam : 09.00 Wib.
-          Menyelidiki etiologi gagal pernapasan. Dengan hasil : perbaikan ventilasi.
-          Mengobservasi pola napas. Mencatat frekuensi, jarak antara pernapasan spontan dan napas ventilador. Dengan hasil : pola napasnya dapat efektif.
-          Meninggikan kepala tempat tidur/letakkan pada kursi ortopedik bila memungkinkan. Dengan hasil : dapat bernapas normal.
-          Memeriksa selang trakeostomi terhadap obstruksi, misal: terlipat. Dengan hasil : klien dapat mengeluarkan sekret yang ada diselang trakeostomi, tekanan jalan napas meningkat.
-          Mengalirkan selang sesuai indikasi, menghindari aliran ke pasien atau kembali kedalam wadah. Dengan hasil : tidak adanya pertumbuhan bakteri.
-          Membantu pasien dalam mengontrol pernapasan disamping tempat tidur dan ventilasi manual kapanpun diindikasikan. Dengan hasil : klien dapat memaksimalkan fungsi pernapasan.
Jam : 11.00 Wib.
S :
-          Klien mengatakan napasnya sedikit lega.
-          Kilen mengatakan sesak napasnya sedikit berkurang.
O :
-          Klien tampak sedikit mengangkat bahu  pada saat inspirasi.
-          Klien tampak tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan.
-          Klien tampak tidak lagi bernapas dengan cuping hidung.
TTV :
-          TD : 120/80 mmHg
-          N : 100x/i
-          RR : 26x/i
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
-          Periksa kembali TTV : RR : 16-24x/i
-          Observasi kembali pola napas.

Selasa/9 mei 2012
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan benda asing (jalan napas buatan) pada trakea, ketidakmampuan batuk efektif.
Jam : 09.00 Wib
-          Mengkaji kepatenan jalan napas. Dengan hasil : obstruksi jalan napas dapat berkurang.
-          Mengevaluasi gerakan dada dan auskultasi bunyi napas bilateral. Dengan hasil : gerakan dada simetris.
-          Mengawasi letak selang trakeostomi, mencatat tanda garis bibir dan membandingkan letak yang diinginkan, mengamankan selang dengan plester. Dengan hasil : menunjukkan letak selang yang tepat.
-          Mencatat batuk berlebihan, peningkatan dispnea, sekret terlihat pada selang trakeostomi, peningkatan ronkhi. Dengan hasil : batuk efektif, dispnea berkurang.
-          Menganjurkan pasien melakukan teknik batuk dengan sesuai indikasi. Dengan hasil : pengeluaran sekret.
Jam 11.00 Wib.
S :
-          Klien merasakan tidak ada sputum ditenggorokan.
-          Klien mengatakan tidak batuk lagi.
-          Klien merasakan tidak lagi sesak napas.
-          Klien tidak lagi kesulitan bernapas.
O :
-          Klien tampak dapat mengeluarkan sputum.
-          Klien tampak bernapas normal.
-          Klien tampak tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
TTV :
-          TD : 120/80 mmHg
-          N : 100x/i
-          RR : 26x/i
Takipnea : (-)
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.

Rabu/10 mei 2012
Komunikasi verbal, kerusakan, dapat duhubungkan dengan hambatan fisik, contoh : pada selang trakeostomi, paralisis neuromuscular.
Jam 09.00 Wib.

-Mengkaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi dengan pilihan arti. Dengan hasil : Pasien dapat sadar dan beradaptasi pada penulisan.
- Membuat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan pertanyaan ya/tidak, berikan magic slate, kertas/pensil. Gambar/alphabet, gunakan tanda bahasa yang tepat, validasi arti upaya komunikasi. Dengan hasil : Pasien mampu untuk menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau nyaman melakukan gerak tubuh.
- Meletakkan bel pemanggil dalam jangkauan, yakinkan pasien sadar dan secara fisik mempu menggunakannya. Dengan hasil : Lebih mampu untuk rileks, merasa aman.

- Meletakkan catatan pada pusat pemanggil informasi staf bahwa pasien tidak mampu bicara. Dengan hasil : Menyadarkan semua staf untuk berespons pada pasien di tempat tidur

- Mendorong keluarga terdekat bicara dengan pasien, berikan informasi tentang keluarga dan kejadian sehari-hari. Dengan hasil : Meningkatkan kontak dengan realita sehingga memungkinkan pasien manjadi bagian dari keluarga dapat menurunkan perasaan kaku.


Jam 11.00.Wib.
S :
-          Klien dapat berbicara walaupun terbata-bata.
-          Klien masih kesulitan menelan.
O :
-          Klien tampak mukosa bibir lembab
-          Klien tampak kesulitan untuk menelan.
-          Klien tampak ekspresi wajah sedikit bergairah.
TTV :
-          TD : 120/80 mmHg
-          N : 100x/i
-          RR : 26x/i
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.
-          Periksa kembali jalan pencernaan klien.
-          Periksa kembali TTV : RR : 16-24x/i










(Tanda tangan perawat)



 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca Penulis berharap semoga Makalah yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi E. Penanggulangan Sumbatan Laring. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 5th ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2003. p; 204-209
2.         Robert H, Maisel. Trakeostomi. In:BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p; 473-485
3.         Anonymus. Tracheostomy. Disability Online. Victoria. 2004. Available from: http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcpdf.nsf/ByPDF/Tracheostomy/$File/Tracheostomy.pdf. Access on: July 10, 2007
4.         Anonymus. Tracheostomy Clinical Guideline. Brighton and Sussex University Hospitals. 2006.Availablefrom:http://www.sussexcritcare.nhs.uk/ profclinical/carebundles/documents/TracheostomyguidelinesforTCPFINALAPRIL2005.pdf. Access on: July 10, 2007
5.         Sumber: Anonymus. Surgeries and procedures. Available at: http://pennhealth.com/ he
6.         alth_info /Surgery/tracheostomy_2.html. Access on :July 10, 2007
7.         Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
8.         Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC

9.         Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.

No comments:

Post a Comment