Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

Makalah Sistem Integumen Pasien Dengan Penyakit Kulit Parasitik



BAB 1
PENDAHULUAN
     1.1  Latar Belakang

Penyakit kulit parasitik terdiri dari 2 macam yaitu pedikulosis dan scabies. Penyakit ini juga disebut infestasi kutu. Dimana investasi kutu ini mengenai berbagai usia. Adpun 3 varietas kutu yang menjangkiti manusia yaitu: tuma atau kutu kepala (pediculus humanus capitis), kutu badan (pediculus humanus corposis) serta kutu kelamin (phthirus pubis). Kutu ini hidup diluar hospesnya dan berkembang biak dengan menghisap darah manusia kurang lebih selama 5 kali sehari.
Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan aksretanya kedalam kulit sehingga menimbulkan sensasi gatal yang sangat hebat. Dengan kita terus menerus menggaruk kepala maka akan dapat menyebabkan infeksi nakteri sekunder seperti impetigo serta furun kulosi. Tuma/kutu ini dapat menular baik melalui kontak langsung, ataupun alat-alat yang digunakan secara bersama dan bergantian seperti (sisir, topi, bantal, dll). Kutu juga banyak mengenai orang-orang yang jarang
mandi, karena kebersihan diri yang tidak terawat maka akan mudah bagi kutu untuk berkembangbiak. Adapun orang yang bersih namun mengalami penyakit kulit ini adalah orang-orang yang seksual aktif. Kutu ini juga sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan yang dapat menimbulkan infeksi.
Kutu akan mampu bertelur 2-3 butir perhari selama 2 bulan dan telur tersebut akan menetas dalam waktu 3-4 hari. Jadi begitu cepat perkembangan kutu tersebut. Jika kita tidak menjaga kebersihan tubuh kita maka akan sangat mudah bagi kutu untuk berkembang biak dan hidup ditubuh kita.
1.2.2        Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit parasitic

1.2.3  Manfaat
·      Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan asuha keperawatan pada klien dengan penyakit parasitic
·      Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
·      Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai askep dengan penyakit parasitic
                                   



BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 DEFINISI

 PEDIKULOSIS (infeksi kulit)
Intensitas kutu mengenai segala usia. Ada tiga varietas kutu yang menjakit manusia, yaitu: pedikulosis humanus kapitis (tuma atau kutu kepala), pedikulosis humanus corposis (kutu badan) dan phthirus pubis (kutu kemaluan). Kutu merupakan ektoparasit karena hidup pada bagian luar tubuh hospesnya. Kutu tersebut bergantung nutrisinya pada hospes dengan mengisap darah manusia kurang lebih 5 kali sehari. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskretanya ke dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat.

A. PEDIKULOSIS
1.Pedikulitis Kapitis
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut peduculuc humanus capitis pada kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substsansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturitasnya dalam tempo 2 minggu.

2.Pedikulosis Korposis
Pedikulosis korposis merupakan infestasi kutu pediculus humanus corposis pada badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti bajunya.
“Debu” berwarna coklat kemerahan (ekskresi kutu). Dapat ditemukan pada pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut dan bulu mata. Macula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat pada badan, paha dan aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut dengan billirubin (yang merubah menjadi biliverdin) atau ekskresi yang dihasilkan oleh kelenjar liur kutu.
Lipatan pubis harus diperiksa untuk mendeteksi keberadaan pthtirus pubis yang merayap disepanjang batang rambut atau keradaan telur kutu tersebut yang menempel erat dengan rambut atau tempat pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling sering ditemukan, khususnya dimalam hari. Infeksi oleh kutu kemaluan dapat dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).

3.Phthirus pubis
Pedikulosis pubis merupakan infestasi oleh phthirus pubis (crab louse; kutu kemaluan) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi didaerah genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks

B. SKABIES
Merupakan infestasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standar, sekalipun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat bersih. Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi. Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari sampai 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur)menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.

2.2.2 ETIOLOGI
·         Kutu/tuma (pediculus humanus capitis, pedikulus humanus corporis, dan phthrirus pubis)
·         Debu
·         Kebiasaan
·         Pola hidup
·         Lingkungan
·         Seksual

2.2.3 PATOFISIOLOGI

Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan juga menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada kodisi yang padat penduduknya.
Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.

2.2.4 MANIFESTASI KLINIS
1. PEDIKULOSIS
A. Pedikulosis kapitis

Manifestasi klinis
Tuma paling sering ditemukan pada bagian posterior kepala dan dibelakang telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang berbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut. Gigitan serangga ini manyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukaa yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infeksi tuma lebih sering ditemukan pada anak-anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat ditularkan langsung lewat kontak fisik atau tidak langsung lewat sisir, sikat rambut, wig, topi, dan perangkat tempat tidur (bantal, seprei dll) yang terinfeksi oleh tuma.
B. Pedikulosis korposis
Manifestasi klinis
Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam (leher, badan dan paha). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan ditempat ini, kutu melekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titik pendarahan yang kecil dan khas. Eksoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat rasa gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Diantara lesi sekunder yang ditimbulakan terdapat guratan linier garuka yang paralel dan eczema dengan derajat ringan. Pada kasus yang menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.

1.          SCABIES
Manifestasi klinis
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya gejala pada pasien. Pasien akan mengeluh gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, kepada pasien ditanyakan dimana tempat gatal tersebut paling hebat. Kaca pembesar dan senter (penlight) dipegang dengan sudut miring terhadap permukaan kulit sementara pemeriksaan  dilakukan untuk mencari terowongan yang berupa tonjolan kulit yang kecil. Terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna kecoklatan atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta pada pergelangan tangan.
Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi siku, daerah disekitar putting susu, lipatan aksila, dibawah payudara ynag menggantun, dan pada atau lipat gluteus, penis atau skrotum. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat didaerah-daerah kulit sekitarnya. Namun, terowongan tersebut tidak selalu terlihat. Setiap pasien dengan ruam dapat menderita scabies.
Salah atu tanda scabies yang klasik adalah peningktan rasa gatal yang terjadi pada malam hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulsi terhadap parasit tersebut. Demikian pula, hipersensitifitas terdapat organisme tersebut dan produk ekskresinya dapat turut menimbulkan rasa gatal,. Jika infeksi sudah menyebar, anggota keluarga yang lain dan teman dekat juga akan mengeluhkan rasa gatal sekitar 1 bulan kemudian.
Lesi sekunder cukup sering dijumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta. Superinfeksi bakteri dapat terjadi akibat ekskoriasi yang hebat pada terowongan dan papula.

2.2.5 PENATA LAKSANAAN
1. PEDIKULOSIS
A.               PEDIKULOSIS KAPITIS

Terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang mengandung lindane(kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida (sampo RID atau R&C). kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakaian sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisr dengan sisir bergigi halus (serit) yang sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkang telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per satu ( karena itu orang awam memakai istilah “ mencari kutu”).
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikit dengan suhu 54 C- atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan denagn alat vacuum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien harus diobati.
Komplikasi seperti pruritus yang hebat, pioderma (infeksi kulit yang membentuk puss) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotic sistemik serta kortikosteroid topical.


Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat dirumah.
Kepada pasien dijelaskan bahwa tuma dapat menjangkiti semua orang dan bukan merupakan tanda ketidakbersihan. Keadaan ini menyebar dengan cepat sehingga terapinya harus segera dimulai. Epidemic disekolah dapat diatasi dengan menyuruh semua siswa untuk mengeramas rambutnya pada malam yang sama. Kepada peserta didik harus diingatkan agar tidak memakai sisir, sikat rambut atu topi yang sama. Setiap anggota keluarga harus diperiksa setiap sehari sekali untuk melihat adanya tuma selama sedikitnya 2 minggu. Kepada pasien harus diberitahukan bahwa lindane dapat memberikan efek toksik kalau tudak digunakan dengan benar.

B.PEDIKULOSIS KORPOSIS DAN PHTHRIS PUBIS
Penatalaksanaan
Kepada pasien diminta untuk mandi dengan memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (kwell) atau malation dalam isopropyl alcohol (losion prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terinfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi produk. Terapi topical alternative lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin (RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (cuprex). Jika bulu mata turut terkena, Vaseline dapat dioleskan tebal-tebal 2 kali sehari salam 8 hari yang kemidian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang masih tertinggal.

Komplikasi seperti pruritus hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotic sistemik serta kortikostiroid topical. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan penyakit epidemic pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tufus epidemic, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat dieksresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.


Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat di rumah
Semua anggota keluarga dan suami/istri pasien harus diobati serta mendapatkan penyuluhan mengenai hygiene perorangan dan cara-cara untuk mencegah atau mengendalikan infestasi kutu. Untuk pasien dan pasangan seksualnya harus dibuatkan pula jadwal untuk pemeriksaan diagnostik terhadap penyakit menular seksual yang turut menginfeksi. Semua pakaian dan perangkat tempat tidur (sprei, sarung bantal, dll). Harus dicuci serta menjalani dry-cleaning.

2.                SCABIES
Penatalaksanan
Kepada pasien diminya agar mandi dengan air hangat dana sabun guna menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan kering benar serta menjadi dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane atau krotamiton ( krim dan lotion eurak), dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher kebawah dengan hanya meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada scabies tidak terkena). Obat ini dibiarkan salama 12 hingga 24 jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi obat 1 kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi tersebut diulangi sesudah 1 minggu kemudian.
·         Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi dingin dapat meningkatkan absorpsi perkutan skabisida sehingga berpotensi untuk menimbulkan gangguan system saraf pusat seperti serangan kejang.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat di rumah
Pasien harus mengenakan pakaian yang bersih dan tidur diatas sprei yang baru saja dicuci dibinatu. Semua perangkat tempat tidur (sprei, sarung bantal, dll). Serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan dikeringkan dengan alat pengering panas karena kutu scabies ternyata dapat hidup sampai 36 jam pada linin. Jika linen tempat tidur  atau pakaian pasien tidak dapat dicuci dengan air panas, disarangkan agar barang-barang tersebut dicuci secara dry-cleaning.
Sesudah terapi scabies selesai dilakukan, pasien harus mengoleskan salep seperti kortikosteroid topical pada lesi kulit karena skabida dapat mengiritasi kulit. Hipersensitivitas pasien tidak berhenti setelah kutu dihancurkan. Rasa gatal dapat terus berlangsung selama beberapa hari atau minggu sebagai manifestasi hipersensitifitas. Khususnya pada orang-orang yang atopic(alergik). Keadaan ini bukan merupakan suatu tanda gagalnya terapi. Kepada pasien dianjurkan agar tidak mengoleskan lebih banyak skabisida (karena tindakan ini akan menambah iritasi serta meningkatkan rasa gatal) dan tidak semakin sering mandi dengan air panas (karena tindakan ini membuat kulit kering serta menimbulkan gatal).
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu scabies. Jika scabies ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang turut terdapat. Scabies dapat pula dijumpai bersama denagn pedikulosis.



2.2.6    DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Diagnose keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu.
b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit (pedikulosis).
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya infeksi berat pada kulit.
d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko penularan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab, pengobatan, dan pencegahan.
2.2.7 . Intervensi keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang).
Intervensi :
· Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis.
· Anjurkan agar kulit pasien tetap kering.
· Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi, tempat tidur dan sisir.
· Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal 2xseminggu
· Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap
· Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal.

b. Diagnosa 2
Tujuan : pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya
NOC : citra tubuh
kriteria hasil :
 1. Mengidentifikasi kekuatan personal
2. pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh
3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
4. memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal
Skala :
1. Tidak pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. positif
NIC : penampilan citra tubuh
Intervensi :
1. Beri motivasi untuk menerima keadaan dirinya
2. beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
3. jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis
4. berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social
c. Diagnosa 3
Tujuan : pasien terhindar dari kerusakan kulit
NOC : pengendalian risiko
kriteria hasil :
1. Memantau factor risiko dari perilaku dan lingkungan yang memperaparah kerusakan integritas kulit
2. mengikuti strategi pengendalian risiko yang dipilih
3. mengenal perubahan status kesehatan
4. pasien mempunyai kulit yang utuh.
Skala :
1. Tidak pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. konsisten
NIC : surveilans kulit
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin
2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka
4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut
d. Diagnose 4
Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan
Noc : perilaku sehat

Criteria hasil :
1. Tidak terjadi penularan
2. mengidentifikasi potensial risiko
3. menyusun dan mengikuti strategi
untukmemksimalkan kesehatan
4. berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
NIC : pedoman system kesehatan
Intervensi :
 1. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk, perangkat tempat tidur yang mengandung kutu atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya suhu 54 o C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang
2. ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner
3. ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan shamppo
4. beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan pasien untuk diobati
5. anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien

Evaluasi diagnostik
Diagnosis dipastikan dengan menemukan sarcoptes scabiei atau produk samping kutu tersebut dari kulit. Sampel jaringan superficial epidermis dikerok pada daerah diatas terowongan atau papula dengan menggunakan mata pisau scalpel yang kecil.  Hasil kerokan diletakkan pada slide mikroscop dan diperiksa lewat mikroskop dengan pembesaran rendah untuk melihat kutu pada setiap stadium (dewasa, telur, cangkang, telur, larva, nimfa) dan butiran fesesnya.

      BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Penyakit parasitik adalah suatu penyakit yang diakibat oleh infeksi dari kulit manusia, baik dibagian kepala, badan dan pubis.:
·         Dibagian kepala, klien saat mandi keramas jarang menggunakan shampo sehingga  menimbulkan tuma (kutu), mengakibatkan tuma tersebut berkembang biak di kepala yang menimbulkan rasa gatal di kulit kepala klien.
·         Dibagian badan, klien jarang mandi atau jarang mengganti pakaian,  bagian yang sering terkena adalah bagian dalam, (leher, badan, paha). Tuma tersebut hidup di pelipit pakaian dan ditempat ini tuma melekat erat kemudian menusuk kulit yang bisa menimbulkan rasa gatal dan bintik  bintik kemerahan
·         Dibagian pubis, Yang merupakan infestasi oleh phthirus pubis (crab louse; kutu kemaluan) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi didaerah genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks.dan jarang mengantikan celana dalam.
2.     SARAN
·         Perawat bisa mengenal dengan cepat ciri-ciri dari penyakit infeksi parasitik
·         Perawat bisa menangani pasien dengan penyakit infeksi parasitik dengan cepat, teliti dan terampil

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Jakarta: EGC
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

No comments:

Post a Comment