PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit kulit parasitik terdiri
dari 2 macam yaitu pedikulosis dan scabies. Penyakit ini juga disebut infestasi
kutu. Dimana investasi kutu ini mengenai berbagai usia. Adpun 3 varietas kutu
yang menjangkiti manusia yaitu: tuma atau kutu kepala (pediculus humanus capitis), kutu badan (pediculus humanus corposis) serta kutu kelamin (phthirus pubis). Kutu ini hidup diluar
hospesnya dan berkembang biak dengan menghisap darah manusia kurang lebih
selama 5 kali sehari.
Kutu
manusia menyuntikkan getah pencernaan dan aksretanya kedalam kulit sehingga
menimbulkan sensasi gatal yang sangat hebat. Dengan kita terus menerus
menggaruk kepala maka akan dapat menyebabkan infeksi nakteri sekunder seperti
impetigo serta furun kulosi. Tuma/kutu ini dapat menular baik melalui kontak
langsung, ataupun alat-alat yang digunakan secara bersama dan bergantian
seperti (sisir, topi, bantal, dll). Kutu juga banyak mengenai orang-orang yang
jarang
mandi, karena kebersihan diri yang tidak terawat maka akan mudah bagi kutu untuk berkembangbiak. Adapun orang yang bersih namun mengalami penyakit kulit ini adalah orang-orang yang seksual aktif. Kutu ini juga sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan yang dapat menimbulkan infeksi.
mandi, karena kebersihan diri yang tidak terawat maka akan mudah bagi kutu untuk berkembangbiak. Adapun orang yang bersih namun mengalami penyakit kulit ini adalah orang-orang yang seksual aktif. Kutu ini juga sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan yang dapat menimbulkan infeksi.
Kutu
akan mampu bertelur 2-3 butir perhari selama 2 bulan dan telur tersebut akan
menetas dalam waktu 3-4 hari. Jadi begitu cepat perkembangan kutu tersebut.
Jika kita tidak menjaga kebersihan tubuh kita maka akan sangat mudah bagi kutu
untuk berkembang biak dan hidup ditubuh kita.
1.2.2
Tujuan
Untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit parasitic
1.2.3 Manfaat
·
Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan asuha
keperawatan pada klien dengan penyakit parasitic
·
Menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca.
·
Sebagai sumber referensi bagi
pembaca mengenai askep dengan penyakit parasitic
BAB 11
TINJAUAN
PUSTAKA
1.2.1
DEFINISI
PEDIKULOSIS (infeksi kulit)
Intensitas kutu mengenai segala
usia. Ada tiga varietas kutu yang menjakit manusia, yaitu: pedikulosis humanus kapitis (tuma atau kutu kepala), pedikulosis humanus corposis (kutu
badan) dan phthirus pubis (kutu
kemaluan). Kutu merupakan ektoparasit karena hidup pada bagian luar tubuh
hospesnya. Kutu tersebut bergantung nutrisinya pada hospes dengan mengisap
darah manusia kurang lebih 5 kali sehari. Kutu manusia menyuntikkan getah
pencernaan dan ekskretanya ke dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat.
A. PEDIKULOSIS
1.Pedikulitis Kapitis
Pedikulosis
kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut peduculuc humanus capitis pada kulit
kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substsansi
yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma dalam waktu sekitar 10 hari dan
mencapai maturitasnya dalam tempo 2 minggu.
2.Pedikulosis Korposis
Pedikulosis
korposis merupakan infestasi kutu pediculus
humanus corposis pada badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang
mandi atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti
bajunya.
“Debu”
berwarna coklat kemerahan (ekskresi kutu). Dapat ditemukan pada pakaian dalam.
Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut dan bulu mata.
Macula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat pada badan, paha
dan aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut dengan
billirubin (yang merubah menjadi biliverdin) atau ekskresi yang dihasilkan oleh
kelenjar liur kutu.
Lipatan
pubis harus diperiksa untuk mendeteksi keberadaan pthtirus pubis yang merayap
disepanjang batang rambut atau keradaan telur kutu tersebut yang menempel erat
dengan rambut atau tempat pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal
merupakan gejala yang paling sering ditemukan, khususnya dimalam hari. Infeksi
oleh kutu kemaluan dapat dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore,
kandidiasis, sifilis).
3.Phthirus pubis
Pedikulosis
pubis merupakan infestasi oleh phthirus
pubis (crab louse; kutu kemaluan) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit
ini umumnya terjadi didaerah genital dan terutama ditularkan lewat hubungan
seks
B. SKABIES
Merupakan
infestasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal. Penyakit
ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi hygiene
dibawah standar, sekalipun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat
bersih. Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun
demikian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena
kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat
menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang
terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi.
Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat
pula terinfeksi. Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan
superficial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan
pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas
terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari sampai 2 bulan.
Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur)menetas dalam waktu 3-4 hari dan
berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam
tempo sekitar 10 hari.
2.2.2
ETIOLOGI
·
Kutu/tuma
(pediculus humanus capitis, pedikulus
humanus corporis, dan phthrirus pubis)
·
Debu
·
Kebiasaan
·
Pola
hidup
·
Lingkungan
·
Seksual
2.2.3
PATOFISIOLOGI
Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan juga menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada kodisi yang padat penduduknya.
Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
2.2.4
MANIFESTASI KLINIS
1. PEDIKULOSIS
A. Pedikulosis kapitis
Manifestasi
klinis
Tuma
paling sering ditemukan pada bagian posterior kepala dan dibelakang telinga.
Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang berbentuk
oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut. Gigitan
serangga ini manyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukaa yang dilakukan untuk
menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri sekunder seperti
impetigo serta furunkulosis. Infeksi tuma lebih sering ditemukan pada anak-anak
dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat ditularkan langsung lewat
kontak fisik atau tidak langsung lewat sisir, sikat rambut, wig, topi, dan
perangkat tempat tidur (bantal, seprei dll) yang terinfeksi oleh tuma.
B. Pedikulosis korposis
Manifestasi klinis
Daerah kulit yang
terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam (leher, badan
dan paha). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan ditempat ini,
kutu melekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya. Gigitan
kutu menyebabkan titik-titik pendarahan yang kecil dan khas. Eksoriasi yang
menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat rasa gatal dan perbuatan menggaruk
yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Diantara lesi sekunder yang
ditimbulakan terdapat guratan linier garuka yang paralel dan eczema dengan
derajat ringan. Pada kasus yang menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan
bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
1.
SCABIES
Manifestasi klinis
Diperlukan
waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya gejala pada pasien.
Pasien akan mengeluh gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat
terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, kepada pasien ditanyakan
dimana tempat gatal tersebut paling hebat. Kaca pembesar dan senter (penlight)
dipegang dengan sudut miring terhadap permukaan kulit sementara
pemeriksaan dilakukan untuk mencari
terowongan yang berupa tonjolan kulit yang kecil. Terowongan bisa berupa lesi
yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna kecoklatan atau hitam dan
menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta pada
pergelangan tangan.
Lokasi lainnya adalah
permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi siku, daerah
disekitar putting susu, lipatan aksila, dibawah payudara ynag menggantun, dan
pada atau lipat gluteus, penis atau skrotum. Erupsi yang berwarna merah dan
gatal biasanya terdapat didaerah-daerah kulit sekitarnya. Namun, terowongan
tersebut tidak selalu terlihat. Setiap pasien dengan ruam dapat menderita
scabies.
Salah
atu tanda scabies yang klasik adalah peningktan rasa gatal yang terjadi pada
malam hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kehangatan kulit
yang menimbulkan efek stimulsi terhadap parasit tersebut. Demikian pula,
hipersensitifitas terdapat organisme tersebut dan produk ekskresinya dapat
turut menimbulkan rasa gatal,. Jika infeksi sudah menyebar, anggota keluarga
yang lain dan teman dekat juga akan mengeluhkan rasa gatal sekitar 1 bulan
kemudian.
Lesi
sekunder cukup sering dijumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta
kusta. Superinfeksi bakteri dapat terjadi akibat ekskoriasi yang hebat pada
terowongan dan papula.
2.2.5 PENATA LAKSANAAN
1.
PEDIKULOSIS
A.
PEDIKULOSIS KAPITIS
Terapinya
mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang mengandung lindane(kwell) atau
senyawa piretrin dengan piperonil butoksida (sampo RID atau R&C). kepada
pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk
pemakaian sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisr dengan
sisir bergigi halus (serit) yang sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau
cangkang telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur
tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per
satu ( karena itu orang awam memakai istilah “ mencari kutu”).
Semua
barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma
atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikit dengan suhu 54 C- atau
dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani
dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan denagn alat vacuum cleaner.
Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota
keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien harus diobati.
Komplikasi
seperti pruritus yang hebat, pioderma (infeksi kulit yang membentuk puss) dan
dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotic sistemik serta
kortikosteroid topical.
Pendidikan
pasien dan pertimbangan perawat dirumah.
Kepada
pasien dijelaskan bahwa tuma dapat menjangkiti semua orang dan bukan merupakan
tanda ketidakbersihan. Keadaan ini menyebar dengan cepat sehingga terapinya
harus segera dimulai. Epidemic disekolah dapat diatasi dengan menyuruh semua
siswa untuk mengeramas rambutnya pada malam yang sama. Kepada peserta didik
harus diingatkan agar tidak memakai sisir, sikat rambut atu topi yang sama.
Setiap anggota keluarga harus diperiksa setiap sehari sekali untuk melihat
adanya tuma selama sedikitnya 2 minggu. Kepada pasien harus diberitahukan bahwa
lindane dapat memberikan efek toksik kalau tudak digunakan dengan benar.
B.PEDIKULOSIS
KORPOSIS DAN PHTHRIS PUBIS
Penatalaksanaan
Kepada
pasien diminta untuk mandi dengan memakai sabun dan air. Kemudian, lindane
(kwell) atau malation dalam isopropyl alcohol (losion prioderm) dioleskan pada
daerah-daerah kulit yang terinfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk
informasi produk. Terapi topical alternative lainnya adalah pedikulida berbahan
dasar piretrin (RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau
tembaga oleat 0,03% (cuprex). Jika bulu mata turut terkena, Vaseline dapat
dioleskan tebal-tebal 2 kali sehari salam 8 hari yang kemidian diikuti oleh
pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang masih tertinggal.
Komplikasi
seperti pruritus hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan
dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotic sistemik serta
kortikostiroid topical. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan
penyakit epidemic pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tufus epidemic, demam
hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam
traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat dieksresikan ke permukaan kulit
pasien yang terinfeksi.
Pendidikan pasien dan
pertimbangan perawat di rumah
Semua
anggota keluarga dan suami/istri pasien harus diobati serta mendapatkan
penyuluhan mengenai hygiene perorangan dan cara-cara untuk mencegah atau
mengendalikan infestasi kutu. Untuk pasien dan pasangan seksualnya harus
dibuatkan pula jadwal untuk pemeriksaan diagnostik terhadap penyakit menular
seksual yang turut menginfeksi. Semua pakaian dan perangkat tempat tidur
(sprei, sarung bantal, dll). Harus dicuci serta menjalani dry-cleaning.
2.
SCABIES
Penatalaksanan
Kepada
pasien diminya agar mandi dengan air hangat dana sabun guna menghilangkan
debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan kering benar
serta menjadi dingin.
Preparat
skabisida, seperti lindane atau krotamiton ( krim dan lotion eurak), dioleskan
tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher kebawah dengan hanya
meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada scabies tidak terkena).
Obat ini dibiarkan salama 12 hingga 24 jam dan sesudah itu, pasien diminta
untuk membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi obat 1 kali sudah dapat
memberikan efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi tersebut diulangi
sesudah 1 minggu kemudian.
·
Pasien
perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan skabisida segera
sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi dingin dapat
meningkatkan absorpsi perkutan skabisida sehingga berpotensi untuk menimbulkan
gangguan system saraf pusat seperti serangan kejang.
Pendidikan pasien dan
pertimbangan perawat di rumah
Pasien
harus mengenakan pakaian yang bersih dan tidur diatas sprei yang baru saja
dicuci dibinatu. Semua perangkat tempat tidur (sprei, sarung bantal, dll).
Serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan dikeringkan dengan
alat pengering panas karena kutu scabies ternyata dapat hidup sampai 36 jam
pada linin. Jika linen tempat tidur atau
pakaian pasien tidak dapat dicuci dengan air panas, disarangkan agar barang-barang
tersebut dicuci secara dry-cleaning.
Sesudah
terapi scabies selesai dilakukan, pasien harus mengoleskan salep seperti
kortikosteroid topical pada lesi kulit karena skabida dapat mengiritasi kulit.
Hipersensitivitas pasien tidak berhenti setelah kutu dihancurkan. Rasa gatal
dapat terus berlangsung selama beberapa hari atau minggu sebagai manifestasi
hipersensitifitas. Khususnya pada orang-orang yang atopic(alergik). Keadaan ini
bukan merupakan suatu tanda gagalnya terapi. Kepada pasien dianjurkan agar
tidak mengoleskan lebih banyak skabisida (karena tindakan ini akan menambah
iritasi serta meningkatkan rasa gatal) dan tidak semakin sering mandi dengan
air panas (karena tindakan ini membuat kulit kering serta menimbulkan gatal).
Semua
anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati secara bersamaan
untuk menghilangkan kutu scabies. Jika scabies ditularkan lewat hubungan seks,
pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang
turut terdapat. Scabies dapat pula dijumpai bersama denagn pedikulosis.
2.2.6
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
2. Diagnose keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu.
b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit (pedikulosis).
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya infeksi berat pada kulit.
d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko penularan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab, pengobatan, dan pencegahan.
a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu.
b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit (pedikulosis).
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya infeksi berat pada kulit.
d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko penularan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab, pengobatan, dan pencegahan.
2.2.7 . Intervensi
keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang).
Intervensi :
· Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis.
· Anjurkan agar kulit pasien tetap kering.
· Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi, tempat tidur dan sisir.
· Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal 2xseminggu
· Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap
· Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal.
b. Diagnosa 2
Tujuan : pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya
NOC : citra tubuh
kriteria hasil :
a. Diagnosa 1
Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang).
Intervensi :
· Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis.
· Anjurkan agar kulit pasien tetap kering.
· Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi, tempat tidur dan sisir.
· Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal 2xseminggu
· Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap
· Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal.
b. Diagnosa 2
Tujuan : pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya
NOC : citra tubuh
kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi kekuatan personal
2. pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh
3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
4. memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal
Skala :
2. pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh
3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
4. memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal
Skala :
1. Tidak
pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. positif
NIC : penampilan citra tubuh
Intervensi :
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. positif
NIC : penampilan citra tubuh
Intervensi :
1. Beri
motivasi untuk menerima keadaan dirinya
2. beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
3. jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis
4. berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social
c. Diagnosa 3
Tujuan : pasien terhindar dari kerusakan kulit
NOC : pengendalian risiko
kriteria hasil :
2. beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
3. jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis
4. berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social
c. Diagnosa 3
Tujuan : pasien terhindar dari kerusakan kulit
NOC : pengendalian risiko
kriteria hasil :
1. Memantau
factor risiko dari perilaku dan lingkungan yang memperaparah kerusakan
integritas kulit
2. mengikuti strategi pengendalian risiko yang dipilih
3. mengenal perubahan status kesehatan
4. pasien mempunyai kulit yang utuh.
Skala :
2. mengikuti strategi pengendalian risiko yang dipilih
3. mengenal perubahan status kesehatan
4. pasien mempunyai kulit yang utuh.
Skala :
1. Tidak
pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. konsisten
NIC : surveilans kulit
Intervensi :
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. konsisten
NIC : surveilans kulit
Intervensi :
1. Lakukan
pengkajian kondisi kulit secara rutin
2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka
4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut
d. Diagnose 4
Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan
Noc : perilaku sehat
Criteria hasil :
2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka
4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut
d. Diagnose 4
Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan
Noc : perilaku sehat
Criteria hasil :
1. Tidak
terjadi penularan
2. mengidentifikasi potensial risiko
3. menyusun dan mengikuti strategi
untukmemksimalkan kesehatan
4. berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
NIC : pedoman system kesehatan
Intervensi :
2. mengidentifikasi potensial risiko
3. menyusun dan mengikuti strategi
untukmemksimalkan kesehatan
4. berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
NIC : pedoman system kesehatan
Intervensi :
1. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk,
perangkat tempat tidur yang mengandung kutu atau telurnya harus dicuci dengan
air panas sedikitnya suhu 54 o C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk
mencegah infestasi ulang
2. ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner
3. ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan shamppo
4. beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan pasien untuk diobati
5. anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien
2. ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner
3. ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan shamppo
4. beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan pasien untuk diobati
5. anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien
Evaluasi
diagnostik
Diagnosis
dipastikan dengan menemukan sarcoptes
scabiei atau produk samping kutu tersebut dari kulit. Sampel jaringan
superficial epidermis dikerok pada daerah diatas terowongan atau papula dengan
menggunakan mata pisau scalpel yang kecil.
Hasil kerokan diletakkan pada slide mikroscop dan diperiksa lewat
mikroskop dengan pembesaran rendah untuk melihat kutu pada setiap stadium
(dewasa, telur, cangkang, telur, larva, nimfa) dan butiran fesesnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit
parasitik adalah suatu penyakit yang diakibat oleh infeksi dari kulit manusia,
baik dibagian kepala, badan dan pubis.:
·
Dibagian kepala, klien
saat mandi keramas jarang menggunakan shampo sehingga menimbulkan tuma (kutu), mengakibatkan tuma
tersebut berkembang biak di kepala yang menimbulkan rasa gatal di kulit kepala
klien.
·
Dibagian badan, klien
jarang mandi atau jarang mengganti pakaian,
bagian yang sering terkena adalah bagian dalam, (leher, badan, paha).
Tuma tersebut hidup di pelipit pakaian dan ditempat ini tuma melekat erat
kemudian menusuk kulit yang bisa menimbulkan rasa gatal dan bintik bintik kemerahan
·
Dibagian pubis, Yang
merupakan infestasi oleh phthirus pubis (crab louse; kutu kemaluan) sangat
sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi didaerah genital dan
terutama ditularkan lewat hubungan seks.dan jarang mengantikan celana dalam.
2.
SARAN
·
Perawat
bisa mengenal dengan cepat ciri-ciri dari penyakit infeksi parasitik
·
Perawat
bisa menangani pasien dengan penyakit infeksi parasitik dengan cepat, teliti
dan terampil
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran, EGC.
No comments:
Post a Comment