BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penuaan adalah normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
(Mickey Stanley, 2007).
Proses penuaan pada setiap orang akan
diikuti dengan penuaan dari setiap sistem-sistem tubuh, seperti sistem
sensoris, intergumen, musculoskeletal, dll. Penuaan pada setiap sistem ini akan
mengakibatkan penurunan dari fungsi setiap sistem ini, begitu juga dengan
sistem musculoskeletal. Pada sistem musculoskeletal tulang akan mengalami
osteoporosis.
Osteoporosis adalah suatu kondisi
penurunan masa tulang secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu
berjalan/bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang
terjadi dalam proporsi epidemic (Mickey Stanley, 2007).
Hilangnya substansi tulang
menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami
fraktur, baik fraktur spontan maupun akibat trauma minimal.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai
osteoporosis dan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis maka
masalah osteoporosis dan asuhan keperawatannya akan di bahas lebih lanjut pada
makalah ini.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
masalah osteoporosis dan asuhan keperawatan yang ditegakkan pada lansia dengan
masalah osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan
dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak
mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal.
Pengurangan massa
tulang tersebut tidak disertai dengan adanya perubahan perbandingan antara
substansi mineral dan organik tulang. Secara histopatologis osteoporosis
ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya
jumlah maupun ukuran trabekula tulang.
2.2. Etiologi
1.
Genetik
2.
Beban mekanis
3.
Visio
4.
Makanan dan hormon
2.3. Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi
penurunan massa
tulang secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu
berjalan/bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang
terjadi dalam proporsi epidemic. Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan
pada wanita, pria juga berisiko untuk mengalami osteoporosis. Hilangnya
substansi tulang menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung
untuk mengalami fraktur, baik fraktur spontan maupun fraktur akibat trauma
minimal. Ketika kemampuan menahan berat badan normal menurun atau tidak ada
sebagai konsekuensi dari penurunan atau gangguan mobilitas, akan terjadi
osteoporosis karena tulang yang jarang digunakan, aktivitas osteoklastik,
reabsorbsi tulang, dan pelepasan kalsium dan fosfor kemudian dipercepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengurangan massa
tulang pada usia lanjut :
1.
Determinan massa tulang.
a.
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh
terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup
besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya
mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat daripada bangsa Kaukasia. Jadi
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif
imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b.
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping
faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa
tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat
disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa
otot dan massa
tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa
tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain teknis atau pengayuh becak,
akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada
lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan
dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomyelitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa
tulang di samping faktor genetik.
c.
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan
hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian
makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan
pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya. Jadi massa seluruh atau
sebagian tertentu kerangka ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut secara
berurutan : genetik, beban mekanis, nutrisi/hormon.
2.
Determinan pengurangan massa tulang (bone loss)
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penurunan massa tulang pada lanjut usia
yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporotik, pada dasarnya sama seperti pada
faktor-faktor yang mempengaruhi massa
tulang, yaitu :
a.
Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap
risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih
mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar.
Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran
tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat
genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan
tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan
lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih
banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b.
Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin
merupakan faktor yang terpenting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya
usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi penting antara
faktor mekanis dengan faktor nutrisi/hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
2.4. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dapat dijumpai pada
pasien osteoporosis adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata.
Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak pasien sama dengan pada pasien bukan osteoporosis.
Rasa sakit oleh karena adanya kompresi fraktur pada vertebra pada umumnya
mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu nyeri timbul secara mendadak, sakitnya
hebat dan terlokalisasi pada daerah vertebra yang terserang, rasa sakit akan
berkurang secara pelan-pelan apabila pasien istirahat di tempat tidur dan
akhirnya nyeri akan sangat minimal. Kadang-kadang nyeri dirasakan ringan pada
pagi hari (bangun tidur) dan akan bertambah oleh karena melakukan pekerjaan
sehari-hari atau karena suatu pergerakan yang salah. Untuk selanjutnya, rasa
sakit ini berperan pula dalam proses timbulnya osteoporosis, yaitu dengan
adanya rasa sakit pasien akan sangat mengurangi mobilitas. Mobilitas yang
sangat berkurang akan mengakibatkan terjadinya resorbsi tulang yang berlebihan
dan hal ini akan memperberat osteoporosis yang telah ada.
Fraktur pada pasien osteoporosis
sering kali terjadi baik secara spontan ataupun oleh karena adanya trauma
minimal. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan,
panggul dan vertebra. Fraktur vertebra sering terjadi pada vertebra Th 11-12
dan akan mengakibatkan berkurangnya tinggi badan pasien. Adanya riwayat fraktur
pada daerah tersebut mengarah ke kecurigaan adanya osteoporosis, apalagi kalau
disertai dengan riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Gejala klinis lain yang sering
ditemukan adalah menurunnya tinggi badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.
2.5. Pemeriksaan
2.5.1. Pendekatan Diagnosis
1.
Anamnesis
Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis
adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata. Fraktur pada pasien
osteoporosis seringkali terjadi baik secara spontan ataupun oleh karena adanya
trauma minimal. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergerlangan
tangan, panggul dan vertebra.
2.
Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani pada pasien osteoporosis tidak
menunjukkan kelainan yang khas. Kelainan yang sering dijumpai adalah adanya
deformitas, vertebra torakalis yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi
badan. Jadi pasien merasa bertambah pendek.
2.5.2. Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
2.
Penilaian massa tulang
2.6. Diagnosis
Manifestasi klinis osteoporosis
adalah sebagai akibat kegagalan fungsi mekanis tulang. Kegagalan fungsi mekanis
tulang pada awalnya tampak sebagai fraktur vertebra yang diikuti dengan
timbulnya rasa sakit pada punggung secara akut atau kronik. Pada stadium
lanjut, dapat terjadi fraktur spontan di luar vertebra yang disertai dengan
timbulnya rasa nyeri setempat atau terjadinya deformitas.
Rasa sakit yang timbul pada
osteoporosis tidak mempunyai tipe yang khas. Pada umumnya rasa sakit sangat
berkurang pada waktu pagi hari (sesudah istirahat) dan akan bertambah sepanjang
hari terutama sesudah melakukan aktivitas fisis atau sesudah melakukan gerakan
yang salah. Rasa sakit ini dapat dibagi menjadi : akut dan kronik.
Rasa sakit akut berasal dari tulang
atau periosteum. Jadi rasa sakit akut akan dijumpai pada fraktur yang baru baik
pada vertebra atau di luar vertebra. Rasa sakit kronik berasal dari jaringan
lunak, yang disebabkan oleh karena teregangnya ligamentum dan otot sebagai
akibat timbulnya deformitas.
Kelainan bentuk vertebra pada pasien
dengan osteoporosis, kelainan pada vertebra dapat dijumpai sebagai akibat
terjadinya fraktur pada korpus vertebra. Apabila fraktur yang terjadi hanya
pada satu vertebra, biasanya secara klinis tidak menunjukkan adanya kelainan.
Apabila fraktur telah mengenai beberapa vertebra baru keadaan tersebut
menyebabkan deformitas vertebra. Oleh karena itu pada pasien osteoporosis
sebaiknya minimal dilakukan pemeriksaan radiologist vertebra torakal dan lumbal
dalam dua posisi yaitu antero-posterior dan lateral.
Diagnosis osteoporosis sebaiknya
ditegakkan sebelum gejala klinis timbul. Apabila gejala klinis sudah ada
biasanya sudah terlambat. Dalam usaha menegakkan diagnosis ini pada
osteoporosis, Christinase (1989) mengajukan cara penapisan (screening test).
Sasaran utama tes penapisan ini adalah wanita post menopause. Wanita-wanita ini
mengalami defisiensi hormon estrogen yang akan mengakibatkan perubahan metabolisme tulang yang dramatis.
Akan terjadi hambatan baik pada proses pembentukan maupun resorbsi tulang.
Apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka
akan terjadi keseimbangan kalsium yang negatif. Adanya resorbsi tulang maupun
pembentukan tulang tidak dapat dideteksi secara langsung dengan mudah. Akan
tetapi ada beberapa cara tidak langsung yang dapat dipakai untuk mengetahui
keadaan tersebut. Adanya resorbsi tulang dapat diukur dengan mengukur kalsium
urin puasa dan hidroksi prolin dibagi dengan ekskresi kreatinin. Adanya
pembentukan tulang dapat diketahui dengan mengukur alkalifostase total dalam
serum dan bone Glaprotein (osteokalsium) plasma. Kedua cara tersebut dapat
dipakai sebagai tes penapisan tentang adanya resorbsi tulang yang berlebihan
yang dikemudian hari sangat besar kemungkinannya untuk menderita osteoporosis.
Metode yang mutakhir untuk mengetahui
osteoporosis adalah pengukuran densitas tulang. Cara ini mempunyai ketepatan
yang sangat baik. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui adanya kelompok fast
bone losser, yang cenderung akan menjadi osteoporosis di kemudian hari.
Jadi pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
di atas (tes biokimia dan pengukuran densitas tulang) merupakan cara-cara yang
dapat dipakai sebagai posedur penapisan bagi para wanita menopause untuk
mengetahui adanya kelompok fast bone losser dan normal bone losser.
2.7. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang
mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada
permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain
yang tinggi kalsium (misal keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan
tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu
diterapkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada menopause, terapi pengganti
hormon (HRT = hormone replacement theraphy) dengan estrogen dan progesteron
dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya
patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah menjalani pengangkatan
ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami osteoporosis
pada usia yang cukup muda, penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini.
Estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka
panjang masih dievaluasi. Estrogen tak akan mengurangi kecepatan kehilangan
tulang dengan pasti. Tetapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit
peningkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus
diperiksa payudaranya tiap bulan dan diperiksa panggulnya, termasuk usapan
Papanicolaous dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali
setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan
untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium
etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan
secara injeks subkutan atau intramuskular. Efek samping (misal gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekwensi urine) biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan
tulang, namun, kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.
2.8. Pencegahan
Pencegahan terjadinya osteoporosis
dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak pada massa pertumbuhan/dewasa muda. Pencegahan
osteoporosis pada usia muda, mempunyai tujuan :
1.
Mencapai massa tulang dewasa (proses konsolidasi) yang
optimal.
2.
Mengatur makanan dan kebiasaan gaya hidup yang menjamin
seseorang tetap bugar.
Contoh :
1.
Diet mengandung tinggi kalsium
(1000 mg/hari)
2.
Latihan teratur tiap hari
3.
Hindari :
a.
Makanan tinggi protein
b.
Minum alkohol
c.
Merokok
d.
Minum kopi
e.
Minum antasida yang mengandung
aluminium
Biasanya anjuran-anuran ini sukar untuk ditaati oleh
pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
3.1.Dasar-Dasar Pengkajian Pasien
- Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan
fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau
terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
- Sirkulasi
Tanda : Hipretensi
(kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah).
Takikardia (respons stress,
hipovolemia)
Penurunan/tak ada nadi pada
bagian distal yang cidera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang
terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi
cidera.
- Neurosensori
Gejala : Hilang
gerakan/sensasi, spasme otot
Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda : Deformitas
lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri/ansietas atau trauma lain)
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri
berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imoilisasi), tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf.
Spasme/kram otot (setelah
imobilisasi).
- Keamanan
Tanda : Laserasi
kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan
cidera
Pertimbangan
Rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : Femur 7,8 hari;
panggul/pelvis, 6,7 haril lainnya 4,4 hari bila memerlukan perawatan di rumah
sakit. Memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri, dan
tugas pemeliharaan/ perawatan rumah.
3.2.Asuhan Keperawatan Teoritis
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
|
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam, diharapkan masalah nyeri
dapat diatasi
|
Mandiri :
§ Pertahankan Mobilisasi Bagian Yang
Sakit Dengan Tirah Baring.
§ Tinggikan Dan Dukung Ekstremitas Yang
Terkena
§ Tinggikan Penutup Tempat Tidur,
Pertahankan Linen Terbuka Pada Ibu Jari Kaki.
§ Evaluasi Keluhan Nyeri/Ketidak
Nyamanan, Perhatikan Lokasi Dan Karakteristik, Termasuk Intensitas (Skala
0-10). Perhatikan Petunjuk Nyeri Non Verbal (Perubahan Pada Tanda Vital Dan
Emosi/Perilaku).
§ Dorong Pasien Untuk Mendiskusikan
Masalah Sehubungan Dengan Cidera.
§ Jelaskan Prosedur Sebelum Memulai
§ Beri Obat Sebelum Perawatan Aktivitas
§ Lakukan Dan Awasi Latihan Tentang
Gerak Pasif/Aktif.
§ Berikan Alternatif Tindakan
Kenyamanan, Contoh Pijatan, Pijatan Punggung, Perubahan Posisi.
§ Dorong Menggunakan Teknik Manajemen
Stress, Contoh Relaksasi Progresif, Latihan Napas Dalam, Imajinasi
Visualisasi. Sentuhan Terapeutik.
§ Identifikasi Aktivitas Terapeutik
Yang Tepat Untuk Usia Pasien, Kemampuan Fisik, Dan Penampilan Pribadi.
§ Selidiki Adanya Keluhan Nyeri Yang
Tak Biasa/Tiba-Tiba Atau Dalam, Lokasi Progresi/Buruk Tidak Hilang Dengan
Analgesik.
Kolaborasi :
§ Lakukan Kompres Dingin/Es 24-48 Jam
Pertama Dan Sesuai Keperluan.
§ Berikan Obat Sesuai Indikasi :
Narkotik Dan Analgesik Non Narkotik, NSAID Injeksi Contoh Ketoralak
(Toradol), Dan/Atau Relaksan Otot, Contoh Siklobenzaprin (Flekseril),
Indroksin (Vistaril), berikan narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.
§ Berikan/awasi analgesik yang
dikontrol pasien (ADP) bila indikasi
|
§ Menghilangkan Nyeri Dan Mencegah
Kesalahan Posisi Tulang/Tegangan Jaringan Yang Cidera.
§ Meningkatkan Aliran Balik Vena,
Menurunkan Edema, Dan Menurunkan Nyeri.
§ Mempertahankan Kehangatan Tubuh Tanpa
Ketidaknyamanan Karena Tekanan Selimut Pada Bagian Yang Sakit.
§ Mempengaruhi Pilihan/Pengawasan
Keefektifan Intervensi. Tingkat Ansietas Dapat Mempengaruhi Persepsi/Reaksi
Terhadap Nyeri.
§ Membantu Untuk Menghilangkan
Ansietas. Pasien Dapat Merasakan Kebutuhan Untuk Menghilangkan Pengalaman
Kecelakaan.
§ Memungkinkan Pasien Untuk Siap Secara
Mental Untuk Aktivitas Juga Berpartisipasi Dalam Mengontrol Tingkat
Ketidaknyamanan.
§ Meningkatkan Relaksasi Otot Dan
Meningkatkan Partisipasi.
§ Mempertahankan Kekuatan/Mobilitas
Otot Yang Sakit Dan Memudahkan Resolusi Inflamasi Pada Jaringan Yang Cidera.
§ Meningkatkan Sirkulasi Umum,
Menurunkan Area Tekanan Lokal Dan Kelelahan Otot.
§ Memfokuskan Kembali Perhatian,
Meningkatkan Rasa Kontrol, Dan Dapat Meningkatkan Kemampuan Koping Dalam
Manajemen Nyeri, Yang Mungkin Menetap Untuk Periode Lebih Lama.
§ Mencegah Kebosanan, Menurunkan
Tegangan, Dan Dapat Meningkatkan Kekuatan Otot, Dapat Meningkatkan Harga Diri
Dan Kemampuan Koping.
§ Dapat Menandakan Terjadinya
Komplikasi, Contoh Infeksi, Iskemia Jaringan, Sindrom Kompartemen (Rujuk Ke
DK : Perfusi Jaringan, Perubahan : Perifer, Risiko Tinggi Terhadap).
§ Menurunkan Edema/Pembentukan
Hematoma, Menurunkan Sensasi Nyeri.
§ Diberikan Untuk Menurunkan Nyeri
Dan/Atau Spasme Otot. Penelitian Toradol Telah Diperbaiki Menjadi Lebih
Efektif Dalam Menghilangkan Nyeri Tulang, Dengan Masa Kerja Lebih Lama Dan
Sedikit Efek Samping Bila Dibandingkan Dengan Agen Narkotik. Catatan :
Vistaril sering digunakan untuk efek poten dari narkotik untuk memperbaiki/
menghilangkan nyeri panjang.
§ Pemberian rutin ADP mempertahankan
kadar analgesik darah adekuat, mencegah fluktuasi dalam penghilangan nyeri
sehubungan dengan tegangan otot/spasme.
|
2
|
Intoleransi aktivitas/ kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan fraktur
|
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah
intoleransi aktifitas dapat teratasi.
|
Mandiri :
§ Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cidera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap
imobilisasi.
§ Dorong partisipasi pada aktivitas
terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan, contoh : radio, TV,
koran, barang untuk pribadi/lukisan, jam, kalender, kunjungan keluarga/teman.
§ Instruksikan pasien untuk/bantu dalam
rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
§ Dorong penggunaan latihan isometrik
mulai dengan tungkai yang tak sakit.
§ Berikan papan kaki, bebat
pergelangan, gulungan trokanter/tangan yang sesuai.
§ Tempatkan dalam posisi telentang
secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan
fraktur tungkai bawah.
§ Instruksikan/dorong menggunakan
trapeze dan “pasca posisi” untuk fraktur tungkai bawah.
§ Bantu/dorong perawatan
diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).
§ Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan
kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas.
§ Awasi TD dengan melakukan aktivitas.
Perhatikan keluhan pusing.
§ Ubah posisi secara periodik dan
dorong untuk latihan batuk/napas dalam.
§ Auskultasi bising usus. Awasi
kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin. Tempatkan pada
pispot, bila mungkin, atau menggunakan bedpan fraktur. Berikan privasi.
§ Dorong peningkatan masukan cairan
sampai 2000-3000 m/hari, termasuk air asam/jus.
§ Berikan diet tinggi protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Pertahankan penurunan kandungan protein
sampai setelah defekasi pertama.
§ Tingkatkan jumlah diet kasar. Batasi
makanan pembentuk gas.
Kolaborasi :
§ Konsul dengan ahli terapi
fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis.
§ Lakukan program defekasi (pelunak
feces, enema, laksatif) sesuai indikasi.
§ Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik
klinik/ahli terapi sesuai indikasi.
|
§ Pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan
informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
§ Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol
diri/hari diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial.
§ Meningkatkan aliran darah ke otot dan
tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
§ Kontraksi otot isometrik tanpa
menekuk sendi atau menggerakan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan
dan
§ Berguna dalam mempertahankan posisi
fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi (contoh
kontraktur/kaki jatuh)
§ Menurunkan risiko kontraktur fleksi
panggul.
§ Memudahkan gerakan selama hygiene/
perawatan kulit, dan penggantian linen, menurunkan ketidaknyamanan dengan
tetap datar di tempat tidur. “Pasca-posisi” melibatkan menempatkan kaki yang
tak sakit datar di tempat tidur dan dengan lutut menekuk sementara
menggenggam trapeze dan mengangkat tubuh dari tempat tidur.
§ Meningkatkan kekuatan otot dan
sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan
kesehatan diri langsung.
§ Mobilisasi dini menurunkan komplikasi
tirah baring (contoh, flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi
fungsi organ. Belajar memperbaiki cara menggunakan alat penting untuk
mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien.
§ Hipotensi postural adalah masalah
umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus
(contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi
tegak).
§ Mencegah/menurunkan insiden
komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis, pneumonia)
§ Tirah baring, penggunaan analgesik,
dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltic dan
menghasilkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat
mencegah/membatasi komplikasi. Bedpan fraktur membatasi fleksi panggul dan
mengurangi tekanan lumbal/gips ekstremitas bawah.
§ Mempertahankan hidrasi tubuh,
menurunkan risiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.
§ Pada adanya cidera musculoskeletal,
nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat, sering
mengakibatkan penurunan berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang.
Ini dapat mempengaruhi
§ Penambahan baik pada feses membantu
mencegah konstipasi. Makanan pembentuk gas dapat menyebabkan distensi
abdominal, khususnya pada adanya penurunan mobilitas usus.
§ Berguna dalam membuat aktivitas
individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang
dengan gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang mengandalkan berat badan, juga
penggunaan alat, contoh walker, kruk, tongkat, meninggikan tempat duduk di
toilet, tongkat pengambil/penggapai, khususnya alat makan.
§ Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi
usus.
§ Pasien/orang terdekat memerlukan
tindakan intensif lebih untuk menerima kenyataan
kondisi/prognosis-imobilisasi lama, mengalami kehilangan kontrol.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1.
Identitas klien
Nama : Ny.
A
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Timur
indah
Tanggal pengkajian : 27
Desember 2010
Umur : 67 Tahun
2.
Alasan masuk ke panti
Klien tidak memiliki keluarga lagi oleh karena suaminya
sudah meninggal, dan semua anaknya sudah berkeluarga yang kesemuanya bertempat
di luar kota .
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat kesehatan dahulu
Dahulu klien pernah dirawat di rumah sakit akibat
kecelakaan, dan klien mengalami fraktur ulna kiri.
b.
Riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita osteoporosis.
c.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri pada ulna kiri akibat fraktur, dan
sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4.
Kebiasaan sehari-hari
a.
Biologis
1)
Pola makan
Klien hanya menghabiskan ¾ porsi dari makanan yang
tersedia.
2)
Pola minum
Klien setiap harinya hanya menghabiskan 4-5 gelas air
putih setiap harinya.
3)
Pola tidur
Pada malam hari klien sulit untuk tidur dan gelisah, dan
siangnya mengeluh nyeri dan sulit untuk beraktivitas.
4)
Pola eliminasi
Klien mengalami kesulitan dalam BAB, kadang-kadang BAB
bisa 2 hari sekali dengan konsistensinya agak keras, darah tidak ada, lendir
tidak ada, klien juga mengalami kesulitan dalam BAK, frekuensinya 3-5 x sehari.
5)
Aktivitas sehari-hari
Klien lebih sering berdiam diri di dalam kamar karena
sering merasa nyeri pada ulna kiri
6)
Rekreasi
Selama di panti klien tidak pernah mengikuti rekreasi
dengan teman-temannya.
b.
Psikologis
Klien terlihat sering cemas, dan gelisah.
c.
Sosial
1)
Hubungan antar keluarga
Anggota keluarga klien jarang mengunjungi klien
2)
Hubungan dengan orang lain
Klien lebih suka menyendiri di dalam kamar.
5.
Pemeriksaan
a.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Denyut nadi : 90 x / menit
Nafas : 22 x / menit
Suhu : 36,5oC
Kesadaran : Compos mentis
b.
Pemeriksaan fisik
1)
Kepala
Bentuk simetris, lesi tidak ada, benjolan tidak ada,
rambut klien hampir semuanya putih dan terlihat kusut.
2)
Mata
Bentuk simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, agak
sedikit sembab di bawah kelompak mata dan tampak lingkaran hitam, fungsi
penglihatan kurang.
3)
Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan seperti polip,
kebersihan hidung cukup bersih.
4)
Telinga
Bentuk simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan di
telinga.
5)
Mulut dan tenggorokan
Tidak ada gangguan menelan, mukosa mulut kering.
6)
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar telinga
7)
Payudara
Bentuk simetris, tidak ada kelainan/masa abnormal
8)
Abdomen
Tidak terdapat kelainan, bising usus 10x / menit
9)
Pernafasan
10)
Sistem kardiovaskuler
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
Irama jantung teratur
11)
Sistem gastro intestinal (GIT)
Bising usus 10 x / menit
BAB : 1 x sehari, kadang-kadang 2 hari sekali
12)
Sistem genitor urinaria
Tidak terdapat kelainan, BAK 3-5 x sehari
13)
Sistem muskuloskeletal
a.
Ekstremitas atas : pergerakan
ekstremitas atas bagian kiri kurang aktif karena dulu pernah mengalami fraktur
ulnaris, pada persendian ekstremitas atas sering bunyi bila digerakkan,
kadang-kadang terasa nyeri bila mengangkat beban yang terlalu berat.
b.
Ekstremitas bawah : pergerakan
kurang aktif, sering terasa nyeri pada tulang ekstremitas bawahbila terlalu
lama berjalan
c.
Vertebra dan Panggul
Pada vertebra dan panggul sering terasa nyeri bila ingin
berdiri, setelah duduk terlalu lama, Ny .A terlihat agak membungkuk saat
berjalan.
3.2. Analisa Data dan Masalah
Keperawatan
No
|
Analisa Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
1
|
DS :
§ Klien mengatakan ulna kirinya nyeri dan rasa nyeri itu akan
bertambah berat bila tangan kirinya mengangkat beban yang terlalu berat.
§ Klien mengatakan nyeri pada lutut bila terlalu lama berdiri dan
jalan terlalu jauh.
§ Klien mengatakan nyeri pada vertebra dan daerah panggul bila duduk
terlalu lama.
DO :
§ Klien tampak meringis karena nyeri pada ulna kirinya bila
mengangkat beban yang terlalu berat.
§ Klien tampak menahan nyeri bila ingin berdiri setelah duduk
terlalu lama.
§ Skala nyeri 4-6
§ TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC
|
Ketidakmampuan klien dalam merawat dirinya dengan
masalah osteoporosis
|
Nyeri
|
2
|
DS :
§ Klien mengatakan kesulitan untuk melakukan aktifitas yang banyak
melibatkan tangan kirinya.
§ Klien mengatakan tidak dapat mengangkat beban yang terlalu berat
terutama bila menggunakan tangan kirinya.
§ Klien mengatakan tidak sanggup untuk berjalan terlalu jauh.
DO :
§ Klien tampak kesulitan saat melakukan aktifitas yang melibatkan
tangan kiri.
§ Klien tampak kesulitan saat ingin berdiri setelah duduk terlalu
lama.
§ Klien tampak lebih banyak menggunakan tangan kanannya saat
beraktifitas.
§ TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC
|
Ketidakmampuan klien dalam merawat tubuh dengan
masalah osteoporosis
|
Risiko tinggi intoleransi aktifitias
|
3.3. Prioritas Masalah
Diagnosa 1 :
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Pembentukan
|
1
|
Sifat masalah aktual
|
3/3 x 1 = 1
|
Masalah bersifat aktual karena Ny. A telah mengalami
nyeri pada ulna kiri
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diatasi = sebagian
|
1/2 x 2 = 1
|
Sebagian masalah dapat teratasi karena adanya
keinginan klien untuk mengobati penyakitnya.
|
3
|
Potensi untuk dicegah = cukup
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Masalahnya sudah terjadi
|
4
|
Menonjol masalah (masalah tidak dirasakan)
|
0/2 x 2 = 0
|
Klien merasa tidak ada masalah
|
|
Total
|
2 2/3
|
|
Diagnosa II
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Pembentukan
|
1
|
Sifat masalah Risiko
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Masalah bersifat risiko karena Ny. A belum mengalami
defisit keperawatan diri
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diatasi = sebagian
|
1/2 x 2 = 1
|
Adanya sebagian keinginan klien untuk merawat diri
sendiri.
|
3
|
Potensi untuk dicegah = cukup
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Masalahnya sudah terjadi, perlu untuk memberikan
penjelasan pentingnya merawat diri
|
4
|
Menonjol masalah (masalah tidak dirasakan)
|
0/2 x 2 = 0
|
Masalah tidak dirasakan klien
|
|
Total
|
1 4/3
|
|
3.4. Diagnosa Yang Mungkin
Muncul
1.
Nyeri berhubungan dengan
ketidakmampuan klien dalam merawat dirinya dengan masalah osteoporosis.
2.
Risiko tinggi intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakmampuan klien dalam merawat tubuh dengan masalah
osteoporosis.
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
|
Standar
|
Intervensi
|
|
Tupan
|
Tupen
|
|||||
1
|
Nyeri akut pada Ny. A
berhubungan dengan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dengan masalah osteoporosis
|
Setelah perawatan 3 x 24
jam diharapkan nyeri akut pada Ny. A dapat teratasi dengan kriteria :
1. Klien tidak merasakan lagi nyeri pada
ulnaris bagian kiri
2. Mengambil keputusan yang tepat untuk
merawat diri dengan mengetahui akibat lanjut dari nyeri
|
Selama 1 x 30 menit
diharapkan klien mampu :
1. Mengenal masalah nyeri akut sakit
kepala.
Menyebutkan
definisi dari nyeri ulnaris
Menyebutkan
penyebab dari nyeri
2. Mengambil keputusan yang tepat untuk
merawat diri dengan :
Mengetahui
akibat lanjut dari nyeri
Memutuskan
untuk merawat klien dengan nyeri
3. Dalam 1 x 30 menit klien mampu
merawat dirinya sendiri dengan sakit kepala
Menyebutkan
cara menanggulangi nyeri
4. Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien
mampu memodifikasi lingkungan untuk dirinya dengan sakit kepala
Mempertahan
5. Setelah 1 x 30 menit pertemuan klien
mampu menggunakan yankes (klinik panti)
Menjelaskan
yankes, manfaat dan jadwal.
Mengunjungi
yankes
|
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Psiko motor
|
Nyeri yaitu suatu keadaan
yang diakibatkan oleh cidera terhadap jaringan-jaringan
Penyebab dari nyeri,
yaitu :
§ Cidera, seperti fraktur karena
osteoporosis, dll
§ Perubahan transmisi saraf pusat
Klien dapat menyebutkan
akibat lanjut dari nyeri :
§ Depresi
§ Berkurangnya sosialisasi
§ Gangguan tidur
§ Hambatan ambulasi
Klien memutuskan untuk
merawat dirinya dengan nyeri
Klien dapat menyebutkan
cara merawat dirinya bila terjadi nyeri
§ Nafas dalam dan relaksasi
§ Memfokuskan perhatian pada aktivitas
yang menyenangkan
Contoh : mendengarkan
musik
Lingkungan yang kondusif
untuk klien dengan nyeri yaitu :
§ Lingkungan yang bersih
§ Lingkungan yang aman
§ Lingkungan yang tenang
Klinik panti setiap rabu
dari jam 09.00-11.00 Wib
§ Menunjukkan kartu berobat
§ Menunjukkan obat-obatan yang dipakai.
|
1.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang nyeri
1.1.2. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.1.3. Diskusikan bersama klien tentang
nyeri
1.1.4. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang
penyebab nyeri.
1.2.2. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.2.3. Diskusikan bersama klien
1.2.4. Motivasi klien untuk mengulang
1.2.5. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.2.6. Beri kesempatan klien untuk bertanya
Kaji
pengetahuan klien tentang akibat lanjut dari nyeri.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
Motivasi
klien untuk mengulang kembali akibat lanjut dari nyeri
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
Motivasi
klien untuk merawat dirinya dengan nyeri.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang perawatan nyeri.
3.1.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.3.
Diskusikan
dengan klien tentang perawatan dirinya.
3.1.4.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.5.
Beri
kesempatan klien untuk bertanya.
4.1.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang lingkungan yang kondusif untuk nyeri.
4.1.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
5.1.1. Jelaskan yankes dan manfaatnya
5.1.2. Jelaskan jadwal yankes
5.1.3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5.1.4. Beri reinforcement (+) atas tanggapan
klien yang benar/baik
5.2.1. Motivasi klien untuk menggunakan
yankes
5.2.2. Beri reinforcement (+) atas perilaku
klien yang baik
|
2
|
Risiko tinggi Intoleransi
aktivitas pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan diri merawat tubuh
dengan osteoporosis
|
Selama perawatan 4 x 24
jam diharapkan intoleransi aktivitas pada Ny. A dapat teratasi
|
Setelah 1 x 30 menit
diharapkan klien mampu :
1. Mengenal masalah intoleransi
aktifitas akibat osteoporosis pada Ny. A
Menyebutkan
definisi dari osteoporosis
Menyebutkan
penyebab dari osteoporosis
Menyebutkan
tanda dan gejala
2. Mengambil keputusan yang tepat untuk
merawat klien dengan osteoporosis
Mengetahui
akibat lanjut dari penyakit osteoporosis
Memutuskan
untuk merawat klien dengan penyakit osteoporosis
3. Dalam 1 x 30 menit klien mampu
merawat dirinya sendiri dengan penyakit osteoporosis
Menyebutkan
cara menanggulangi intoleransi aktifitas pada penyakit osteoporosis
4. Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien
mampu memodifikasi lingkungan untuk dirinya dengan intoleransi aktifitas
akibat penyakit osteoporosis
Mempertahan
5. Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien mampu
menggunakan yankes (klinik panti)
Menjelaskan
yankes manfaat dan jadwal
Mengunjungi
yankes
|
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal atau psiko
motor
Respon verbal
Psiko motor
|
Osteoporosis yaitu suatu
keadaan dimana terdapat proses pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap
trauma minimal.
Penyebab utama terjadinya
:
§ Usia
§ Beban mekanis
§ Genetik
§ Makanan dan hormon
Tanda dan gejala
osteoporosis :
§ Nyeri dengan dan atau tidak adanya
fraktur
Klien dapat menyebutkan
akibat lanjut dari penyakit osteoporosis pada Ny. A adalah : ketidakmampuan
beraktivitas
Klien memutuskan untuk
merawat dirinya dengan penyakit osteoporosis
Klien dapat menyebutkan
cara untuk merawat dirinya untuk merawat dirinya, yaitu :
§ Membiasakan diri untuk melatih bagian
tubuh yang nyeri secara perlahan-lahan
§ Menjaga diri, agar tidak mengalami
cidera akibat penurunan kemampuan fungsi anggota tubuh
Lingkungan yang kondusif
untuk klien dengan intoleransi aktifitas akibat penyakit osteoporosis, adalah
:
§ Lingkungan yang bersih
§ Lingkungan yang nyaman
§ Lingkungan yang aman
Klinik panti setiap rabu
dari jam 09.00-11.00 Wib
§ Menunjukkan kartu berobat
§ Menunjukkan obat-obatan yang dipakai
|
1.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang
osteoporosis
1.1.2. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.1.3. Diskusikan bersama klien tentang
osteoporosis
1.1.4. Beri reinforcement (+) atas jawaban
yang benar
1.2.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang penyebab osteoporosis.
1.2.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.2.3.
Diskusikan
bersama klien tentang penyebab osteoporosis.
1.2.4.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.3.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang tanda dan gejala osteoporosis.
1.3.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.3.3.
Diskusikan
bersama klien tentang penyebab osteoporosis.
1.3.4.
Motivasi
klien untuk mengulangi tanda dan gejala osteoporosis
1.3.5.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.3.6.
Beri
kesempatan klien untuk bertanya
Kaji
pengetahuan klien tentang akibat lanjut dari osteoporosis.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
Motivasi
klien untuk mengulang kembali menyebutkan akibat lanjut dari osteoporosis.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
2.2.1.
Motivasi
klien untuk merawat dirinya dengan penyakit osteoporosis.
2.2.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang perawatan diri.
3.1.2.
Beri
reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.3.
Diskusikan
dengan klien tentang perawatan dirinya.
3.1.4.
Beri
reinforcement (+)
4.1.1.
Kaji
pengetahuan klien tentang lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.
4.1.2.
Motivasi
klien untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.
4.1.3.
Beri
reinforcement (+) atas ungkapan klien yang benar
5.1.1.
Jelaskan
yankes dan manfaatnya
5.1.2.
Jelaskan
jadwal yankes
5.1.3.
Beri
kesempatan klien untuk bertanya
5.1.4.
Beri
reinforcement (+) atas tanggapan klien yang benar
5.2.1.
Memotivasi
klien untuk menggunakan yankes.
5.2.2.
Beri
reinforcement (+)
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan
dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak
mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal.
Fraktur yang mempengaruhi pengurangan massa
tulang pada usia lanjut yaitu determinan massa
tulang. Determinan pengurangan massa
tulang.
Walaupun osteoporosis paling sering
ditemukan pada wanita, pria juga berisiko untuk mengalami osteoporosis.
4.2. Saran
Diharapkan kepada para pembaca
terutama mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu agar dapat memahami
pengertian dari osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth, Brunner, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Suryono, Slamet, dkk. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta
: FKUI.
Stanley, Mickey, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
Stockslager, Jaime. 2008. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC.
No comments:
Post a Comment