Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

askep Osteoporosis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Mickey Stanley, 2007).
Proses penuaan pada setiap orang akan diikuti dengan penuaan dari setiap sistem-sistem tubuh, seperti sistem sensoris, intergumen, musculoskeletal, dll. Penuaan pada setiap sistem ini akan mengakibatkan penurunan dari fungsi setiap sistem ini, begitu juga dengan sistem musculoskeletal. Pada sistem musculoskeletal tulang akan mengalami osteoporosis.
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan masa tulang secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan/bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang terjadi dalam proporsi epidemic (Mickey Stanley, 2007).
Hilangnya substansi tulang menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur, baik fraktur spontan maupun akibat trauma minimal.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai osteoporosis dan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis maka masalah osteoporosis dan asuhan keperawatannya akan di bahas lebih lanjut pada makalah ini.
1.2.    Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai masalah osteoporosis dan asuhan keperawatan yang ditegakkan pada lansia dengan masalah osteoporosis.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.    Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Pengurangan massa tulang tersebut tidak disertai dengan adanya perubahan perbandingan antara substansi mineral dan organik tulang. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.

2.2.    Etiologi
1.      Genetik
2.      Beban mekanis
3.      Visio
4.      Makanan dan hormon

2.3.    Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan massa tulang secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan/bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang terjadi dalam proporsi epidemic. Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan pada wanita, pria juga berisiko untuk mengalami osteoporosis. Hilangnya substansi tulang menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur, baik fraktur spontan maupun fraktur akibat trauma minimal. Ketika kemampuan menahan berat badan normal menurun atau tidak ada sebagai konsekuensi dari penurunan atau gangguan mobilitas, akan terjadi osteoporosis karena tulang yang jarang digunakan, aktivitas osteoklastik, reabsorbsi tulang, dan pelepasan kalsium dan fosfor kemudian dipercepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut :
1.      Determinan massa tulang.
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai faktor antara lain :
a.       Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat daripada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.


b.      Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain teknis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomyelitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik. 
c.       Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya. Jadi massa seluruh atau sebagian tertentu kerangka ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut secara berurutan : genetik, beban mekanis, nutrisi/hormon.
2.      Determinan pengurangan massa tulang (bone loss)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada lanjut usia yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporotik, pada dasarnya sama seperti pada faktor-faktor yang mempengaruhi massa tulang, yaitu :
a.       Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.


b.      Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi penting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi/hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

2.4.    Manifestasi Klinis
Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak pasien  sama dengan pada pasien bukan osteoporosis. Rasa sakit oleh karena adanya kompresi fraktur pada vertebra pada umumnya mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu nyeri timbul secara mendadak, sakitnya hebat dan terlokalisasi pada daerah vertebra yang terserang, rasa sakit akan berkurang secara pelan-pelan apabila pasien istirahat di tempat tidur dan akhirnya nyeri akan sangat minimal. Kadang-kadang nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur) dan akan bertambah oleh karena melakukan pekerjaan sehari-hari atau karena suatu pergerakan yang salah. Untuk selanjutnya, rasa sakit ini berperan pula dalam proses timbulnya osteoporosis, yaitu dengan adanya rasa sakit pasien akan sangat mengurangi mobilitas. Mobilitas yang sangat berkurang akan mengakibatkan terjadinya resorbsi tulang yang berlebihan dan hal ini akan memperberat osteoporosis yang telah ada.
Fraktur pada pasien osteoporosis sering kali terjadi baik secara spontan ataupun oleh karena adanya trauma minimal. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra. Fraktur vertebra sering terjadi pada vertebra Th 11-12 dan akan mengakibatkan berkurangnya tinggi badan pasien. Adanya riwayat fraktur pada daerah tersebut mengarah ke kecurigaan adanya osteoporosis, apalagi kalau disertai dengan riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Gejala klinis lain yang sering ditemukan adalah menurunnya tinggi badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.

2.5.    Pemeriksaan
2.5.1.  Pendekatan Diagnosis
1.      Anamnesis
Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata. Fraktur pada pasien osteoporosis seringkali terjadi baik secara spontan ataupun oleh karena adanya trauma minimal. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergerlangan tangan, panggul dan vertebra.

2.      Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani pada pasien osteoporosis tidak menunjukkan kelainan yang khas. Kelainan yang sering dijumpai adalah adanya deformitas, vertebra torakalis yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi badan. Jadi pasien merasa bertambah pendek.
2.5.2.  Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium
2.      Penilaian massa tulang

2.6.    Diagnosis
Manifestasi klinis osteoporosis adalah sebagai akibat kegagalan fungsi mekanis tulang. Kegagalan fungsi mekanis tulang pada awalnya tampak sebagai fraktur vertebra yang diikuti dengan timbulnya rasa sakit pada punggung secara akut atau kronik. Pada stadium lanjut, dapat terjadi fraktur spontan di luar vertebra yang disertai dengan timbulnya rasa nyeri setempat atau terjadinya deformitas.
Rasa sakit yang timbul pada osteoporosis tidak mempunyai tipe yang khas. Pada umumnya rasa sakit sangat berkurang pada waktu pagi hari (sesudah istirahat) dan akan bertambah sepanjang hari terutama sesudah melakukan aktivitas fisis atau sesudah melakukan gerakan yang salah. Rasa sakit ini dapat dibagi menjadi : akut dan kronik.
Rasa sakit akut berasal dari tulang atau periosteum. Jadi rasa sakit akut akan dijumpai pada fraktur yang baru baik pada vertebra atau di luar vertebra. Rasa sakit kronik berasal dari jaringan lunak, yang disebabkan oleh karena teregangnya ligamentum dan otot sebagai akibat timbulnya deformitas.
Kelainan bentuk vertebra pada pasien dengan osteoporosis, kelainan pada vertebra dapat dijumpai sebagai akibat terjadinya fraktur pada korpus vertebra. Apabila fraktur yang terjadi hanya pada satu vertebra, biasanya secara klinis tidak menunjukkan adanya kelainan. Apabila fraktur telah mengenai beberapa vertebra baru keadaan tersebut menyebabkan deformitas vertebra. Oleh karena itu pada pasien osteoporosis sebaiknya minimal dilakukan pemeriksaan radiologist vertebra torakal dan lumbal dalam dua posisi yaitu antero-posterior dan lateral.
Diagnosis osteoporosis sebaiknya ditegakkan sebelum gejala klinis timbul. Apabila gejala klinis sudah ada biasanya sudah terlambat. Dalam usaha menegakkan diagnosis ini pada osteoporosis, Christinase (1989) mengajukan cara penapisan (screening test). Sasaran utama tes penapisan ini adalah wanita post menopause. Wanita-wanita ini mengalami defisiensi hormon estrogen yang akan mengakibatkan  perubahan metabolisme tulang yang dramatis. Akan terjadi hambatan baik pada proses pembentukan maupun resorbsi tulang. Apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka akan terjadi keseimbangan kalsium yang negatif. Adanya resorbsi tulang maupun pembentukan tulang tidak dapat dideteksi secara langsung dengan mudah. Akan tetapi ada beberapa cara tidak langsung yang dapat dipakai untuk mengetahui keadaan tersebut. Adanya resorbsi tulang dapat diukur dengan mengukur kalsium urin puasa dan hidroksi prolin dibagi dengan ekskresi kreatinin. Adanya pembentukan tulang dapat diketahui dengan mengukur alkalifostase total dalam serum dan bone Glaprotein (osteokalsium) plasma. Kedua cara tersebut dapat dipakai sebagai tes penapisan tentang adanya resorbsi tulang yang berlebihan yang dikemudian hari sangat besar kemungkinannya untuk menderita osteoporosis.
Metode yang mutakhir untuk mengetahui osteoporosis adalah pengukuran densitas tulang. Cara ini mempunyai ketepatan yang sangat baik. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui adanya kelompok fast bone losser, yang cenderung akan menjadi osteoporosis di kemudian hari.
Jadi pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas (tes biokimia dan pengukuran densitas tulang) merupakan cara-cara yang dapat dipakai sebagai posedur penapisan bagi para wanita menopause untuk mengetahui adanya kelompok fast bone losser dan normal bone losser.

2.7.    Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (misal keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diterapkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada menopause, terapi pengganti hormon (HRT = hormone replacement theraphy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah menjalani pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda, penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini. Estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti. Tetapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya tiap bulan dan diperiksa panggulnya, termasuk usapan Papanicolaous dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeks subkutan atau intramuskular. Efek samping (misal gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekwensi urine) biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan tulang, namun, kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.

2.8.    Pencegahan
Pencegahan terjadinya osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak pada massa pertumbuhan/dewasa muda. Pencegahan osteoporosis pada usia muda, mempunyai tujuan :
1.      Mencapai massa tulang dewasa (proses konsolidasi) yang optimal.
2.      Mengatur makanan dan kebiasaan gaya hidup yang menjamin seseorang tetap bugar.
Contoh :
1.      Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2.      Latihan teratur tiap hari
3.      Hindari :
a.       Makanan tinggi protein
b.      Minum alkohol
c.       Merokok
d.      Minum kopi
e.       Minum antasida yang mengandung aluminium
Biasanya anjuran-anuran ini sukar untuk ditaati oleh pasien.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1.Dasar-Dasar Pengkajian Pasien
  1. Aktivitas/Istirahat
Tanda  :  Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
  1. Sirkulasi
Tanda  :  Hipretensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
               Takikardia (respons stress, hipovolemia)
               Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cidera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
               Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.
  1. Neurosensori
Gejala  :  Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
               Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda  :  Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
               Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain)
  1. Nyeri/Kenyamanan
Gejala  :  Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imoilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
               Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
  1. Keamanan
Tanda  :  Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
               Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
  1. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala  :  Lingkungan cidera
Pertimbangan Rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : Femur 7,8 hari; panggul/pelvis, 6,7 haril lainnya 4,4 hari bila memerlukan perawatan di rumah sakit. Memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas pemeliharaan/ perawatan rumah.








3.2.Asuhan Keperawatan Teoritis
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam, diharapkan masalah nyeri dapat diatasi
Mandiri :
§ Pertahankan Mobilisasi Bagian Yang Sakit Dengan Tirah Baring.

§ Tinggikan Dan Dukung Ekstremitas Yang Terkena

§ Tinggikan Penutup Tempat Tidur, Pertahankan Linen Terbuka Pada Ibu Jari Kaki.
§ Evaluasi Keluhan Nyeri/Ketidak Nyamanan, Perhatikan Lokasi Dan Karakteristik, Termasuk Intensitas (Skala 0-10). Perhatikan Petunjuk Nyeri Non Verbal (Perubahan Pada Tanda Vital Dan Emosi/Perilaku).
§ Dorong Pasien Untuk Mendiskusikan Masalah Sehubungan Dengan Cidera.


§ Jelaskan Prosedur Sebelum Memulai



§ Beri Obat Sebelum Perawatan Aktivitas

§ Lakukan Dan Awasi Latihan Tentang Gerak Pasif/Aktif.


§ Berikan Alternatif Tindakan Kenyamanan, Contoh Pijatan, Pijatan Punggung, Perubahan Posisi.
§ Dorong Menggunakan Teknik Manajemen Stress, Contoh Relaksasi Progresif, Latihan Napas Dalam, Imajinasi Visualisasi. Sentuhan Terapeutik.
§ Identifikasi Aktivitas Terapeutik Yang Tepat Untuk Usia Pasien, Kemampuan Fisik, Dan Penampilan Pribadi.

§ Selidiki Adanya Keluhan Nyeri Yang Tak Biasa/Tiba-Tiba Atau Dalam, Lokasi Progresi/Buruk Tidak Hilang Dengan Analgesik.



Kolaborasi :
§ Lakukan Kompres Dingin/Es 24-48 Jam Pertama Dan Sesuai Keperluan.
§ Berikan Obat Sesuai Indikasi : Narkotik Dan Analgesik Non Narkotik, NSAID Injeksi Contoh Ketoralak (Toradol), Dan/Atau Relaksan Otot, Contoh Siklobenzaprin (Flekseril), Indroksin (Vistaril), berikan narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.




§ Berikan/awasi analgesik yang dikontrol pasien (ADP) bila indikasi

§ Menghilangkan Nyeri Dan Mencegah Kesalahan Posisi Tulang/Tegangan Jaringan Yang Cidera.
§ Meningkatkan Aliran Balik Vena, Menurunkan Edema, Dan Menurunkan Nyeri.
§ Mempertahankan Kehangatan Tubuh Tanpa Ketidaknyamanan Karena Tekanan Selimut Pada Bagian Yang Sakit.
§ Mempengaruhi Pilihan/Pengawasan Keefektifan Intervensi. Tingkat Ansietas Dapat Mempengaruhi Persepsi/Reaksi Terhadap Nyeri.


§ Membantu Untuk Menghilangkan Ansietas. Pasien Dapat Merasakan Kebutuhan Untuk Menghilangkan Pengalaman Kecelakaan.
§ Memungkinkan Pasien Untuk Siap Secara Mental Untuk Aktivitas Juga Berpartisipasi Dalam Mengontrol Tingkat Ketidaknyamanan.
§ Meningkatkan Relaksasi Otot Dan Meningkatkan Partisipasi.
§ Mempertahankan Kekuatan/Mobilitas Otot Yang Sakit Dan Memudahkan Resolusi Inflamasi Pada Jaringan Yang Cidera.
§ Meningkatkan Sirkulasi Umum, Menurunkan Area Tekanan Lokal Dan Kelelahan Otot.
§ Memfokuskan Kembali Perhatian, Meningkatkan Rasa Kontrol, Dan Dapat Meningkatkan Kemampuan Koping Dalam Manajemen Nyeri, Yang Mungkin Menetap Untuk Periode Lebih Lama.
§ Mencegah Kebosanan, Menurunkan Tegangan, Dan Dapat Meningkatkan Kekuatan Otot, Dapat Meningkatkan Harga Diri Dan Kemampuan Koping.
§ Dapat Menandakan Terjadinya Komplikasi, Contoh Infeksi, Iskemia Jaringan, Sindrom Kompartemen (Rujuk Ke DK : Perfusi Jaringan, Perubahan : Perifer, Risiko Tinggi Terhadap).



§ Menurunkan Edema/Pembentukan Hematoma, Menurunkan Sensasi Nyeri.
§ Diberikan Untuk Menurunkan Nyeri Dan/Atau Spasme Otot. Penelitian Toradol Telah Diperbaiki Menjadi Lebih Efektif Dalam Menghilangkan Nyeri Tulang, Dengan Masa Kerja Lebih Lama Dan Sedikit Efek Samping Bila Dibandingkan Dengan Agen Narkotik. Catatan : Vistaril sering digunakan untuk efek poten dari narkotik untuk memperbaiki/ menghilangkan nyeri panjang.
§ Pemberian rutin ADP mempertahankan kadar analgesik darah adekuat, mencegah fluktuasi dalam penghilangan nyeri sehubungan dengan tegangan otot/spasme.
2
Intoleransi aktivitas/ kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi.
Mandiri :
§ Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cidera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

§ Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan, contoh : radio, TV, koran, barang untuk pribadi/lukisan, jam, kalender, kunjungan keluarga/teman.
§ Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.


§ Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.




§ Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan trokanter/tangan yang sesuai.


§ Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
§ Instruksikan/dorong menggunakan trapeze dan “pasca posisi” untuk fraktur tungkai bawah.






§ Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).


§ Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.



§ Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing.



§ Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.

§ Auskultasi bising usus. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin. Tempatkan pada pispot, bila mungkin, atau menggunakan bedpan fraktur. Berikan privasi.




§ Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 m/hari, termasuk air asam/jus.
§ Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi pertama.









§ Tingkatkan jumlah diet kasar. Batasi makanan pembentuk gas.



Kolaborasi :
§ Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis.







§ Lakukan program defekasi (pelunak feces, enema, laksatif) sesuai indikasi.
§ Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik/ahli terapi sesuai indikasi.

§ Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
§ Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/hari diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial.
§ Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
§ Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan massa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
§ Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi (contoh kontraktur/kaki jatuh)
§ Menurunkan risiko kontraktur fleksi panggul.


§ Memudahkan gerakan selama hygiene/ perawatan kulit, dan penggantian linen, menurunkan ketidaknyamanan dengan tetap datar di tempat tidur. “Pasca-posisi” melibatkan menempatkan kaki yang tak sakit datar di tempat tidur dan dengan lutut menekuk sementara menggenggam trapeze dan mengangkat tubuh dari tempat tidur.
§ Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
§ Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh, flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara menggunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien.
§ Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi tegak).
§ Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis, pneumonia)
§ Tirah baring, penggunaan analgesik, dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltic dan menghasilkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat mencegah/membatasi komplikasi. Bedpan fraktur membatasi fleksi panggul dan mengurangi tekanan lumbal/gips ekstremitas bawah.
§ Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan risiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.
§ Pada adanya cidera musculoskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat, sering mengakibatkan penurunan berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang. Ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus, dan kekuatan. Catatan : makanan protein meningkat kandungannya pada usus halus, mengakibatkan pembentukan gas dan konstipasi. Sehingga fungsi GI harus secara penuh membaik sebelum makanan berprotein meningkat.
§ Penambahan baik pada feses membantu mencegah konstipasi. Makanan pembentuk gas dapat menyebabkan distensi abdominal, khususnya pada adanya penurunan mobilitas usus.

§ Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang mengandalkan berat badan, juga penggunaan alat, contoh walker, kruk, tongkat, meninggikan tempat duduk di toilet, tongkat pengambil/penggapai, khususnya alat makan.
§ Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus.
§ Pasien/orang terdekat memerlukan tindakan intensif lebih untuk menerima kenyataan kondisi/prognosis-imobilisasi lama, mengalami kehilangan kontrol.




BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.   Pengkajian
1.      Identitas klien
Nama                                 :  Ny. A
Jenis Kelamin                    :  Perempuan
Agama                               :  Islam
Status Perkawinan            :  Janda
Pendidikan                        :  SD
Pekerjaan                           :  Tidak ada
Alamat                              :  Timur indah
Tanggal pengkajian           :  27 Desember 2010
Umur                                 :  67 Tahun
2.      Alasan masuk ke panti
Klien tidak memiliki keluarga lagi oleh karena suaminya sudah meninggal, dan semua anaknya sudah berkeluarga yang kesemuanya bertempat di luar kota.
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu
Dahulu klien pernah dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan, dan klien mengalami fraktur ulna kiri.
b.      Riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita osteoporosis.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri pada ulna kiri akibat fraktur, dan sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4.      Kebiasaan sehari-hari
a.       Biologis
1)      Pola makan
Klien hanya menghabiskan ¾ porsi dari makanan yang tersedia.
2)      Pola minum
Klien setiap harinya hanya menghabiskan 4-5 gelas air putih setiap harinya.
3)      Pola tidur
Pada malam hari klien sulit untuk tidur dan gelisah, dan siangnya mengeluh nyeri dan sulit untuk beraktivitas.
4)      Pola eliminasi
Klien mengalami kesulitan dalam BAB, kadang-kadang BAB bisa 2 hari sekali dengan konsistensinya agak keras, darah tidak ada, lendir tidak ada, klien juga mengalami kesulitan dalam BAK, frekuensinya 3-5 x sehari.
5)      Aktivitas sehari-hari
Klien lebih sering berdiam diri di dalam kamar karena sering merasa nyeri pada ulna kiri
6)      Rekreasi
Selama di panti klien tidak pernah mengikuti rekreasi dengan teman-temannya.
b.      Psikologis
Klien terlihat sering cemas, dan gelisah.
c.       Sosial
1)      Hubungan antar keluarga
Anggota keluarga klien jarang mengunjungi klien
2)      Hubungan dengan orang lain
Klien lebih suka menyendiri di dalam kamar.
5.      Pemeriksaan
a.       Tanda-tanda vital
Tekanan darah                         :  160/100 mmHg
Denyut nadi                             :  90 x / menit
Nafas                                       :  22 x / menit
Suhu                                        :  36,5oC
Kesadaran                                :  Compos mentis


b.      Pemeriksaan fisik
1)      Kepala
Bentuk simetris, lesi tidak ada, benjolan tidak ada, rambut klien hampir semuanya putih dan terlihat kusut.
2)      Mata
Bentuk simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, agak sedikit sembab di bawah kelompak mata dan tampak lingkaran hitam, fungsi penglihatan kurang.
3)      Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan seperti polip, kebersihan hidung cukup bersih.
4)      Telinga
Bentuk simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan di telinga.
5)      Mulut dan tenggorokan
Tidak ada gangguan menelan, mukosa mulut kering.
6)      Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar telinga
7)      Payudara
Bentuk simetris, tidak ada kelainan/masa abnormal
8)      Abdomen
Tidak terdapat kelainan, bising usus 10x / menit

9)      Pernafasan
Normal : 22 x / menit
10)  Sistem kardiovaskuler
TD  : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
Irama jantung teratur
11)  Sistem gastro intestinal (GIT)
Bising usus 10 x / menit
BAB : 1 x sehari, kadang-kadang 2 hari sekali
12)  Sistem genitor urinaria
Tidak terdapat kelainan, BAK 3-5 x sehari
13)  Sistem muskuloskeletal
a.       Ekstremitas atas : pergerakan ekstremitas atas bagian kiri kurang aktif karena dulu pernah mengalami fraktur ulnaris, pada persendian ekstremitas atas sering bunyi bila digerakkan, kadang-kadang terasa nyeri bila mengangkat beban yang terlalu berat.
b.      Ekstremitas bawah : pergerakan kurang aktif, sering terasa nyeri pada tulang ekstremitas bawahbila terlalu lama berjalan
c.       Vertebra dan Panggul
Pada vertebra dan panggul sering terasa nyeri bila ingin berdiri, setelah duduk terlalu lama, Ny .A terlihat agak membungkuk saat berjalan.
3.2.   Analisa Data dan Masalah Keperawatan
No
Analisa Data
Penyebab
Masalah
1
DS :
§ Klien mengatakan ulna kirinya nyeri dan rasa nyeri itu akan bertambah berat bila tangan kirinya mengangkat beban yang terlalu berat.
§ Klien mengatakan nyeri pada lutut bila terlalu lama berdiri dan jalan terlalu jauh.
§ Klien mengatakan nyeri pada vertebra dan daerah panggul bila duduk terlalu lama.

DO :
§ Klien tampak meringis karena nyeri pada ulna kirinya bila mengangkat beban yang terlalu berat.
§ Klien tampak menahan nyeri bila ingin berdiri setelah duduk terlalu lama.
§ Skala nyeri 4-6
§ TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

Ketidakmampuan klien dalam merawat dirinya dengan masalah osteoporosis
Nyeri
2
DS :
§ Klien mengatakan kesulitan untuk melakukan aktifitas yang banyak melibatkan tangan kirinya.
§ Klien mengatakan tidak dapat mengangkat beban yang terlalu berat terutama bila menggunakan tangan kirinya.
§ Klien mengatakan tidak sanggup untuk berjalan terlalu jauh.

DO :
§ Klien tampak kesulitan saat melakukan aktifitas yang melibatkan tangan kiri.
§ Klien tampak kesulitan saat ingin berdiri setelah duduk terlalu lama.
§ Klien tampak lebih banyak menggunakan tangan kanannya saat beraktifitas.
§ TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 90 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5oC

Ketidakmampuan klien dalam merawat tubuh dengan masalah osteoporosis
Risiko tinggi intoleransi aktifitias


3.3.   Prioritas Masalah
Diagnosa 1 :
No
Kriteria
Skor
Pembentukan
1
Sifat masalah aktual
3/3 x 1 = 1
Masalah bersifat aktual karena Ny. A telah mengalami nyeri pada ulna kiri
2
Kemungkinan masalah dapat diatasi = sebagian
1/2 x 2 = 1
Sebagian masalah dapat teratasi karena adanya keinginan klien untuk mengobati penyakitnya.
3
Potensi untuk dicegah = cukup
2/3 x 1 = 2/3
Masalahnya sudah terjadi
4
Menonjol masalah (masalah tidak dirasakan)
0/2 x 2 = 0
Klien merasa tidak ada masalah

Total
2 2/3


Diagnosa II
No
Kriteria
Skor
Pembentukan
1
Sifat masalah Risiko
2/3 x 1 = 2/3
Masalah bersifat risiko karena Ny. A belum mengalami defisit keperawatan diri
2
Kemungkinan masalah dapat diatasi = sebagian
1/2 x 2 = 1
Adanya sebagian keinginan klien untuk merawat diri sendiri.
3
Potensi untuk dicegah = cukup
2/3 x 1 = 2/3
Masalahnya sudah terjadi, perlu untuk memberikan penjelasan pentingnya merawat diri
4
Menonjol masalah (masalah tidak dirasakan)
0/2 x 2 = 0
Masalah tidak dirasakan klien

Total
1 4/3



3.4.   Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1.      Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan klien dalam merawat dirinya dengan masalah osteoporosis.
2.      Risiko tinggi intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan klien dalam merawat tubuh dengan masalah osteoporosis.



No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Standar
Intervensi
Tupan
Tupen
1
Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan masalah osteoporosis
Setelah perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut pada Ny. A dapat teratasi dengan kriteria :
1.    Klien tidak merasakan lagi nyeri pada ulnaris bagian kiri














2.    Mengambil keputusan yang tepat untuk merawat diri dengan mengetahui akibat lanjut dari nyeri

Selama 1 x 30 menit diharapkan klien mampu :
1.    Mengenal masalah nyeri akut sakit kepala.
                        Menyebutkan definisi dari nyeri ulnaris





                        Menyebutkan penyebab dari nyeri








2.    Mengambil keputusan yang tepat untuk merawat diri dengan :
                        Mengetahui akibat lanjut dari nyeri






                        Memutuskan untuk merawat klien dengan nyeri

3.    Dalam 1 x 30 menit klien mampu merawat dirinya sendiri dengan sakit kepala
                        Menyebutkan cara menanggulangi nyeri







4.    Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien mampu memodifikasi lingkungan untuk dirinya dengan sakit kepala
                        Mempertahan kan  lingkungan yang kondusif


5.    Setelah 1 x 30 menit pertemuan klien mampu menggunakan yankes (klinik panti)
                        Menjelaskan yankes, manfaat dan jadwal.



                        Mengunjungi yankes







Respon verbal






Respon verbal














Respon verbal







Respon verbal








Respon verbal
















Respon verbal










Respon verbal





Psiko motor








Nyeri yaitu suatu keadaan yang diakibatkan oleh cidera terhadap jaringan-jaringan





Penyebab dari nyeri, yaitu :
§  Cidera, seperti fraktur karena osteoporosis, dll
§  Perubahan  transmisi saraf pusat












Klien dapat menyebutkan akibat lanjut dari nyeri :
§  Depresi
§  Berkurangnya sosialisasi
§  Gangguan tidur
§  Hambatan ambulasi



Klien memutuskan untuk merawat dirinya dengan nyeri








Klien dapat menyebutkan cara merawat dirinya bila terjadi nyeri
§  Nafas dalam dan relaksasi
§  Memfokuskan perhatian pada aktivitas yang menyenangkan
Contoh : mendengarkan musik












Lingkungan yang kondusif untuk klien dengan nyeri yaitu :
§  Lingkungan yang bersih
§  Lingkungan yang aman
§  Lingkungan yang tenang







Klinik panti setiap rabu dari jam 09.00-11.00 Wib





§  Menunjukkan kartu berobat
§  Menunjukkan obat-obatan yang dipakai.







1.1.1.      Kaji pengetahuan klien tentang nyeri
1.1.2.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.1.3.      Diskusikan bersama klien tentang nyeri
1.1.4.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

1.2.1.      Kaji pengetahuan klien tentang penyebab nyeri.
1.2.2.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.2.3.      Diskusikan bersama klien
1.2.4.      Motivasi klien untuk mengulang
1.2.5.      Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.2.6.      Beri kesempatan klien untuk bertanya






                            Kaji pengetahuan klien tentang akibat lanjut dari nyeri.
                            Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
                            Motivasi klien untuk mengulang kembali akibat lanjut dari nyeri
                            Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

                            Motivasi klien untuk merawat dirinya dengan nyeri.
                            Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar






3.1.1.        Kaji pengetahuan klien tentang perawatan nyeri.
3.1.2.        Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.3.        Diskusikan dengan klien tentang perawatan dirinya.
3.1.4.        Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.5.        Beri kesempatan klien untuk bertanya.








4.1.1.        Kaji pengetahuan klien tentang lingkungan yang kondusif untuk nyeri.
4.1.2.        Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar







5.1.1.       Jelaskan yankes dan manfaatnya
5.1.2.       Jelaskan jadwal yankes
5.1.3.       Beri kesempatan klien untuk bertanya
5.1.4.       Beri reinforcement (+) atas tanggapan klien yang benar/baik

5.2.1.      Motivasi klien untuk menggunakan yankes
5.2.2.      Beri reinforcement (+) atas perilaku klien yang baik

2
Risiko tinggi Intoleransi aktivitas pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan diri merawat tubuh dengan osteoporosis
Selama perawatan 4 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas pada Ny. A dapat teratasi
Setelah 1 x 30 menit diharapkan klien mampu :
1.    Mengenal masalah intoleransi aktifitas akibat osteoporosis pada Ny. A
              Menyebutkan definisi dari osteoporosis






              Menyebutkan penyebab dari osteoporosis






              Menyebutkan tanda dan gejala









2.    Mengambil keputusan yang tepat untuk merawat klien dengan osteoporosis
              Mengetahui akibat lanjut dari penyakit osteoporosis






              Memutuskan untuk merawat klien dengan penyakit osteoporosis

3.    Dalam 1 x 30 menit klien mampu merawat dirinya sendiri dengan penyakit osteoporosis
              Menyebutkan cara menanggulangi intoleransi aktifitas pada penyakit osteoporosis



4.    Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien mampu memodifikasi lingkungan untuk dirinya dengan intoleransi aktifitas akibat penyakit osteoporosis
              Mempertahan kan keadaan lingkungan yang bersih kondusif





5.     Setelah 1 x 30 menit pertemuan, klien mampu menggunakan yankes (klinik panti)
              Menjelaskan yankes manfaat dan jadwal




              Mengunjungi yankes







Respon verbal







Respon verbal







Respon verbal
















Respon verbal








Respon verbal










Respon verbal

















Respon verbal atau psiko motor











Respon verbal





Psiko motor








Osteoporosis yaitu suatu keadaan dimana terdapat proses pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal.



Penyebab utama terjadinya :
§  Usia
§  Beban mekanis
§  Genetik
§  Makanan dan hormon




Tanda dan gejala osteoporosis :
§  Nyeri dengan dan atau tidak adanya fraktur















Klien dapat menyebutkan akibat lanjut dari penyakit osteoporosis pada Ny. A adalah : ketidakmampuan beraktivitas






Klien memutuskan untuk merawat dirinya dengan penyakit osteoporosis










Klien dapat menyebutkan cara untuk merawat dirinya untuk merawat dirinya, yaitu :
§  Membiasakan diri untuk melatih bagian tubuh yang nyeri secara perlahan-lahan
§  Menjaga diri, agar tidak mengalami cidera akibat penurunan kemampuan fungsi anggota tubuh









Lingkungan yang kondusif untuk klien dengan intoleransi aktifitas akibat penyakit osteoporosis, adalah :
§  Lingkungan yang bersih
§  Lingkungan yang nyaman
§  Lingkungan yang aman










Klinik panti setiap rabu dari jam 09.00-11.00 Wib





§  Menunjukkan kartu berobat
§  Menunjukkan obat-obatan yang dipakai








1.1.1.       Kaji pengetahuan klien tentang osteoporosis
1.1.2.       Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.1.3.       Diskusikan bersama klien tentang osteoporosis
1.1.4.       Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

1.2.1.         Kaji pengetahuan klien tentang penyebab osteoporosis.
1.2.2.         Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.2.3.         Diskusikan bersama klien tentang penyebab osteoporosis.
1.2.4.         Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

1.3.1.          Kaji pengetahuan klien tentang tanda dan gejala osteoporosis.
1.3.2.          Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.3.3.          Diskusikan bersama klien tentang penyebab osteoporosis.
1.3.4.          Motivasi klien untuk mengulangi tanda dan gejala osteoporosis
1.3.5.          Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
1.3.6.          Beri kesempatan klien untuk bertanya






                          Kaji pengetahuan klien tentang akibat lanjut dari osteoporosis.
                          Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
                          Motivasi klien untuk mengulang kembali menyebutkan akibat lanjut dari osteoporosis.
                          Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar

2.2.1.        Motivasi klien untuk merawat dirinya dengan penyakit osteoporosis.
2.2.2.        Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar







3.1.1.        Kaji pengetahuan klien tentang perawatan diri.
3.1.2.        Beri reinforcement (+) atas jawaban yang benar
3.1.3.        Diskusikan dengan klien tentang perawatan dirinya.
3.1.4.        Beri reinforcement (+)












4.1.1.        Kaji pengetahuan klien tentang lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.
4.1.2.        Motivasi klien untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.
4.1.3.        Beri reinforcement (+) atas ungkapan klien yang benar







5.1.1.        Jelaskan yankes dan manfaatnya
5.1.2.        Jelaskan jadwal yankes
5.1.3.        Beri kesempatan klien untuk bertanya
5.1.4.        Beri reinforcement (+) atas tanggapan klien yang benar

5.2.1.        Memotivasi klien untuk menggunakan yankes.
5.2.2.        Beri reinforcement (+)






BAB IV
PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Fraktur yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut yaitu determinan massa tulang. Determinan pengurangan massa tulang.
Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan pada wanita, pria juga berisiko untuk mengalami osteoporosis.

4.2.   Saran
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu agar dapat memahami pengertian dari osteoporosis.



DAFTAR PUSTAKA


Suddarth, Brunner, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Suryono, Slamet, dkk. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

Stanley, Mickey, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Stockslager, Jaime. 2008. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.


Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

No comments:

Post a Comment