Tempat Berbagi Informasi Kesehatan dan Keperawatan

MAKALAH SISTEM RESPIRARI ARDS LENGKAP

MAKALAH SISTEM RESPIRASI
TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
(ADULT RESPIRATORY SYNDROME)




Disusun oleh: ahmad khoiron          

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal napas mendadak yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom gawat napas akut juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik. Sindrom ini merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandunagnoksigen di arteri yang terjadi setelah penyakit atau cidera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari tekanan jalan napas normal. Terdapat kisaran yang luas dari faktor yang berkaitan denganterjadinya ARDS termasuk cidera langsung pada paru (seperti inhalasi asap) atau gangguan tidak langsung pada tubuh (seperti syok). 

MAKALAH SISTEM RESPIRASI
TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
(ADULT RESPIRATORY SYNDROME)



Disusun oleh: ahmad khoiron          





DOSEN PEMBIMBING :
Ns. AGUS SUPRIADI, S.Kep


                                                                  







                                                                                                         

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012

 

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah respirasi yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN ARDS “ ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik secara penulisan, bahasa atau materi yang ada. Untuk itu kami  mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya makalah ini.
Dengan mengucap Hamdallah kami  berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami maupun bagi kita semua.


Bengkulu, Maret 2012


penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL   
KATA PENGANTAR    
DAFTAR ISI  

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang................................................................................... 1    
1.2  Tujuan................................................................................................ 1
1.3  Manfaat............................................................................................. 2
    
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1  Konsep Dasar Teori
2.1.1        Pengertian............................................................................. 3
2.1.2        Etiologi................................................................................. 3
2.1.3        Patofisiologi......................................................................... 4
2.1.4        WOC.................................................................................... 6
2.1.5        Manifestasi Klinis................................................................. 7
2.1.6        Pemeriksaan.......................................................................... 7
2.1.7        Penatalaksanaan................................................................... 8
2.1.8        Komplikasi........................................................................... 9

2.2  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1        Pengkajian teoritis lengkap................................................... 10
2.2.2        Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul..................... 12
2.2.3        Rencana asuhan keperawatan .............................................. 13

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan...................................................................................... 17
3.2  Saran................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal napas mendadak yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom gawat napas akut juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik. Sindrom ini merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandunagnoksigen di arteri yang terjadi setelah penyakit atau cidera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari tekanan jalan napas normal. Terdapat kisaran yang luas dari faktor yang berkaitan denganterjadinya ARDS termasuk cidera langsung pada paru (seperti inhalasi asap) atau gangguan tidak langsung pada tubuh (seperti syok).
ARDS (juga disebut syok paru) merupakan akibat kerusakan /cedera paru dimana sebelumnya paru seaht. Sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien setiap tahun, dengan laju mortalitas untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor lain termasuk trauma mayor,KID, tranfusi darah, aspirasi, tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan matabolik toksik, pancreatitis, eklampsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara khusus menangani perawatan klinis dengan intubasi dan ventilasi mekanik.

1.2  Tujuan
Tujuan umum
Menjelaskan tentang ARDS dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus ARDS.
Tujuan khusus
1.      Menjelaskan tentang ARDS.
2.      Menjelaskan tentang penyebab dari ARDS.
3.      Menjelaskan tentnag manifestasi klinis dari ARDS.
4.      Menjelaskan tentang patofisiologi dari ARDS.
5.      Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk ARDS.
6.      Menjelaskan tentang komplikasi ARDS.
7.      Menjelaskan tentang penatalaksanaan ARDS.
8.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS.

1.3  Manfaat
1.      Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan kelompok dalam membuat asuhan keperawatan pada klien ARDS.
2.      Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan teoritis pada klien ARDS.
  
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Konsep dasar teori

2.1.1        Pengertian
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas. (Ellizabeth J. Corwin, 1997)
Adult Respirator Distress Syndrome  (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, sepsis, rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon. (Arif Muttaqin, 2009).
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernapasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jekas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit yang srius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus nonkardiogenikyang khas. (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 1995)
SDPD adalah kondisi disfungsi parenkim paru yang dikarakteristikan oleh (1 ) kejadian antesenden mayor, (2 ) ekslusi kardiogenik menyebabkan edema paru, ( 3 ) adanya takipnea dan hipoksia, dan (4 ) infiltrate pucat pada foto dada.(Marilynn E. Doenges, 2000).
Acult respiratory distress (ARDS) merupakan kelanjutan dari shock paru-paru, kongesti atelaktasis, post traumatic paru-paru, post infusion paru, dan ventilasi paru.(http://harnawatiaj.wordpress.com)

2.1.2        Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung .
Faktor Resiko
Trauma langsung pada paru
·         Pneumoni virus,bakteri,fungal
·         Contusio Paru
·         Aspirasi cairan lambung
·         Inhalasi asap berlebih
·         Inhalasi toksin
·         Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama

Trauma tidak langsung
·         Sepsis
·         Shock
·         DIC ( disseminated Intravaskular Coagulation )
·         Pankretitis
·         Uremia
·         Overdosis Obat
·         Idiophatic ( tidak diketahui )
·         Bedah Cardiobypass yang lama
·         Transfusi darah yang banyak
·         PIH (Pregnand Induced Hipertension )
·         Peningkatan PIH
·         Terapi radiasi.

2.1.3        Patofisiologi
 ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam paru. Sindrom ini merupakan suatu edema paru karena kelainan jantung. Dari segi histologis. Mula-mula terjadi kerusakan membrane kapiler-alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas endothelium kapiler pa`ru dan epitel aveoli yang mengakibatkan terjadinya edema alveolidan interstitial.
Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60 Å sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain darah kedalam alveoli dan terjadi edema paru. Mula-mula cairan berkumpul di interstisium terlampaui, alveoli mulai terisi menyebabkan atelektasis kongesti dan terjadi hubungan intrapulmoner (shunt).
Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS dimulai dengan aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, Syok, dan lain lain. Selanjutnya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a menyebabkan granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium mikrovaskular paru, sehingga mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Agregasi granulosit neutrofit merusak sel endothelium dengan melepaskan protease yang menghancurkan struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan proteolisis protein plasma dalam sirkulasi seperti factor Hageman, fibrinogen, dan komplemen.
Endotoksi bakteri, aspirasi asam lambung, dan intoksigasi oksigen dapat merusak sel endothelium arteri pulmonalis dan leukosit dan neutrofityang teraktifasi akan memperbesar kerusakan tersebut. Histamin, serotonin, atau bradikinin dapat menyebabkan kontraksi sel endothelium dan mengakibatkan pelebaran porus interselular serta peningkatan permeabilitas kapiler.
Adanya hipotensi dan pancreatitis akut dapat menghambat produksi surfaktan dan fosfolipase A. selain itu,cairan edema terutama fibrinogen akan menghambat produksi dan aktivitas surfaktan sehingga menyebabkan mikroakteletasis dan sirkulasi venoarterial bertambah. Adanya perlambatan aliran kapiler sebab hipotensi, hiperkoagulabilitas dan asidosis, hemolisis, toksin bakteri, dan lain-lain dapat merangsang timbulnya koagulasi intravascular tersebar.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan atelektasi kongesif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru menjadi kaku, dan komplian paru menurun. Kapasitas residu fungsional juga menurun. Hipoksemia berat merupakan gejala penting ARDS dan penyebab hipoksemia adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran darah mengalir ke alveoli yang kolaps), dan kelainan difusi alveoli-kapiler akibat penebalan dinding alveoli-kapiler.
Peningkatan permeabilitas membrane alveoli-kapiler menimbulkan edema interstitial dan alveolar serta atelektasi alveolar, sehingga jumlah udara sisa pada paru di akhir ekspirasi normal dan kapasitas residu fungsional menurun.

2.1.5        Manifestasi klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
·           Peningkatan jumlah pernapasan
·           Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
·           Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
·           Penurunan kesadaran mental
·           Takikardi, takipnea
·           Dispnea dengan kesulitan bernafas
·           Terdapat retraksi interkosta
·           Sianosis
·           Hipoksemia
·           Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
·           Auskultasi jantung : bunyi jantung normal tanpa murmur atau gallop

.
2.1.6        Pemeriksaan

Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri pada situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik pada tahap akhir.
Pada permulaan, foto dada menunjukkan kelainan minimal dan kadang-kadang terdapat gambaran edema interstisial. Pemberian oksigen pada tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah yang masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah, sianosis penderita menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada saat ini foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan tersebar luas. Pada saat terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat menurun, kenaikan PCO2 dan hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta asidosis respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.


Pemeriksaan penunjang
·         Chest X-ray; pada stadium awal tidak terlihat dengan jelas atau dapat juga terlihat adanya bayangan infiltrat ang terletak ditengan region perihilar paru-paru. Pada stadium lanjut, terlihat penyebaran dinterstisial secara bilateral dan infiltrat alveolar , menjadi rata dan dapat mencangkup keseluruhan lobus paru-paru. Tidak terjadi pembesaran pada jantung.
·         AGD; hipoksemia (penurunan PaO2) hopokapnia (penerunan niai CO2 dapat terjadi terutama pada fase awal sebagai kompensasi terhadap hiperventilasi), hiperkapnia (PaCO2 > 50) menunjukan terjadi gangguan pernapasan. Alkalosis respiratori (pH > 7,45) dapat timbul pada stadium awal , tetapi asidosis dapat juga timbul pada stadium lanjut yang berhubungan dengan peningkatan anatomical dead space dan penurun ventilasi alveolar. Asidosis metabolisme dapat timbul pada stadium lanjut yang berhubungan dengan peningkatan nilai laktat darah ,akibat metabolisme anaerob.
·         Pulmonary funfiction test ;kapasitas pengisian paru-paru dan volume paru-paru menurun ,terutama FRC ,peningkatan anatomical dead space dihasilkan area dimana timbul vasokonstriksi dan mikroemboli.
·         Gradien alveolar arteria: memberikan perbandingan tegangan oksigen dalam alveoli dan darah arteri
·         Asam laktat; meningkat

2.1.7        Penatalaksanaan
Terapi / penatalaksanaan ARDS
·           Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
·           Memastikan ventilasi yang adekuat
·           Memberikan dukungan sirkulasi
·           Memastikan volume cairan yang adequate
·           Memberikan dukungan nutrisi
Dukungan nutrisi yang adequat sangat penting dalam mengobati ARDS. Pasien dengan ARDS membutuhkan 35 – 45 kkal/kg sehari untuk memenugi kebutuhan normal. Pemberian makan enteral adalah pertimbangan pertama, namun nutrisi parenteral total dapat saja diperlukan
Terapi :
·           Intubasi untuk pemasangan ETT
·           Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure)  untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
·           Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat   pemasangan ventilator
·           Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
a.       Inotropik agent (Dopamine) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
b.      Antibiotik untuk mengatasi infeksi
c.       Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru
·           Pasang jalan nafas yang adekuat ( Pencegahan infeksi)
·           Ventilasi Mekanik ( Dukungan nutrisi)
·           TEAP  Monitor system terhadap respon
·           Pemantauan oksigenasi arteri (Perawatan kondisi dasar)
·           Cairan
·           Farmakologi ( O2, Diuretik)

2.1.8        Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
·         Ketidak seimbangan asam basa
·         Kebocoran udara (pneumothoraks,neumomediastinum,neumoperkardium,dll)
·         Perdarahan pulmoner
·         Displasia bronkopulmoner
·         Apnea
·         Hipotensi sistemik

2.2              Konsep Dasar ASKEP 
2.2.1        Pengkajian teoritis lengkap
1.      Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa.
2.      Keluhan Utama
Klien sering mengeluh sesak napas
3.      Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, sesak napas
4.      Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat ARDS terdahulu, kecelakaan/trauma,mengkonsumsi obat berlebihan
5.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami klien
6.      Data Dasar Pengkajian
a)   Aktivitas/istirahat
Gejala: kekurangan energi/kelelahan, insomnia     
b)   Sirkulasi
Gejala:riwayat adanya bedah jantung/bypass jantung paru, fenomena embolik (darah,udara,lemak)
Tanda:
·  TD: dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut jadi hipoksia); hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) ataudapat faktor pencetus seperti pada ekslampia
·   Frekuensi jantung: takikardi biasanya ada
·   Distrimia dapat terjadi, tetapi EKG sering normal
·  Kulit dan membran mukosa: pucat, dingin, sianosis biasanya terjadi (tahap lanjut
c)   Integritas ego
Gejala: Ketakutan,ancaman perasaan takut
Tanda: Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan mental
d)  Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan selera makan , mual
Tanda: Edema/perubahan berat badan, Hilang/berkurangnya bunyi usus
e)   Neurosensori
Gejala/tanda: Adanya trauma kepala, Mental lamban, disfungsi motor
f)    Pernapasan
Gejala: Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus paru, Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda: Pernapasan:
·         cepat, mendengkur, dangkal
·         Peningkatan kerja napas: penggunaan otot aksesori pernapasan, contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal, memerlukan oksigen konsentrasi tinggi
·         Bunyi napas: pada awal normal. AKrekels, ronki, dan dapat terjadi bunyi napas bronkial
·         Perkusi darah: bunyi pekak diatas area konsolidas
·         Ekspansi dada menurun atau tak sama
·         Peningkatan premitus (getar fibrasi pada dinding dada dengan palpitasi)
·         Sputum sedikit, berbusa.
·         Pucat atau sianosis.
·         Penurunan mental, bingung
g)   Keamanan
Gejala: Riwayat trauma ortopedik/fraktur, sepsis, tranfusi darah, episode anafilaktik.
h)   Seksualitas
Gejala:Kehamilan dengan adanya komplikasi eklamplisia
i)     Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:Makan atau kelebihan dosis obat   

2.2.2        Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.   Bersihan jalan napas tidak efektif yaang berhubungan dengan:
a)    Kehilangan fungsi sillia jalan napas (hipoperfusi)
b)   Peningkatan jumlah/vikositas sekret paru
c)    Meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial)
2.   Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan:
a)    Akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/area alveolar
b)   Hipoventilasi alveolar
c)    Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveolar
3.   Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan:
a)    Penggunaan diuretik
b)   Perpindahan cairan kearea lain
4.   Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan:
a)    Krisis situasi
b)   Ancaman untuk/perubahan status kesehatan;takut mati
c)    Faktor psikologis(efek hipoksemia)
5.   Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kenutuhan terapi yang berhubungan dengan:
a)    Kurang informasi
b)   Kesalahan interprestasi informasi
c)    Kurang mengingat

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No
Dx. Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Interverensi
Rasional
1
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam diharapkan Jalan nafas kembali normal dan efektif
-    Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih
-    Pasien bebas dari dispneu
-    Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-    Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas

Mandiri:
-    Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
-    Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
-    Catat karateristik dari suara nafas




-    Catat karateristik dari batuk




-    Pertahankan
 posisi tubuh/kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
-    Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
-    Peningkatan oral intake jika memungkinkan

Kolaboratif
-    Berikan O2 cairan IV : tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
-    Berikan terapi aerosol, ultrasonic nabulisasi
-    Berikan fisioterapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
-    Berikan bronchodilator misalnya; aminofilin, albuteal dan mukolitik
Mandiri :
-    Penggunaan otot-otot interostan/abdominal/ leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas

-    Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus

-    Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batabf trakheo branchial dan juga karena adanya cairan, mucus atau sumbatan lain dari saluran nafas
-    Karateristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
-    Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten





-    Penimbunan sekret menggangu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasi dan infeksi paru





-    Peningkatan cairan per oral
dapat mengencerkan sputum

Kolaboratif
-    Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen



-    Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret

-    Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisien penggunaan otot-otot pernafasan




-    Diberikan untuk
mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
Setelah dilakukan intervensi  keperawatan selama3X24 diharapakan klien  mengalami penurunan penumpukan cairan di alveoli
-    Pasien dapat meperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai AGD normal
-    Bebas dari gejala distress pernapasan
Mandiri:
-    Kaji kasus pernapasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola napas.
-    Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan sperti crakles, dan wheezing.
-    Kaji adanya cyanosis







-    Observasi adanya somnolen, confusion, apatis dan ketidakmampuan beristirahat.
-    Berikan istirahat yang cukup dan nyaman.

Kolaboratif:
-    Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
-    Berikan pencegahan IPPB
-    Review X-Ray dada
-    Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotic, bronchodilator, dan ekspektorant.
Mandiri:
-    Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas



-    Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ditemukan.





-    Selalu berarti bila diberikan O2 sebelum Cyanosis muncul. Tanda yanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi
-    Hipoksemia dapat menyebabakan iritabilitas dari miokardium.




-    Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen.
-     

Kolaboratif:
-    Memaksimalkan pertukaran O2 secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai.


-    Peningkatan ekspansi paru meningkat oksigenisasi

-    Memperlihatkan kongesti
paru yang progresif.
-    Untuk mencegah ARDS
3
Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan, perubahan status kesehatan, takut mati, factor fisiologi(efek hipoksemia)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan dapat mendiskusikan rasa takut.
-    Menyatakan kesadaran terhadap ansietas
-    Mengaku dan mendiskusikan takut.
-    Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
-    Menunjukan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif.
Mandiri:
-    Observasi peningkatan pernapasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
-    Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggangu waktu istirahat.
-    Bantu dengan tekhnik relaksasi, meditasi.


-    Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan.
-    Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
-    Membantu menerima situasi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
-    Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.





-    Indentifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.

Kolaboratif:
-    Memberikan sedatif sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
Mandiri:
-    Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.





-    Cemas berkurang oleh meningkatnya relaksasi dan pengawetan energy yang digunakan.







-    Memberi  kesempatan kepada pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
-    Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami.

-    Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi yang terekspresi
-    Menerima stress  yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segala akan menjadi baik.


-    Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahui. Penentraman hati yang palsu tidak menolong. Sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
-    Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan system pengontrolan terhadap kecemasannya.



Kolaboratif:
-    Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.







BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan

ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
Adult Respirator Distress Syndrome  (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, spesies, rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon.
B.                 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua.

  
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 1997. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta; EGC.
Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta; EGC.
Muttaqin, Arif. 2009.Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan; Salemba Medika.
Wlkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC







No comments:

Post a Comment